Sukses

Gunung di Pulau Terpencil Papua Nugini Erupsi, Desa Dihujani Batu Vulkanik

Gunung berapi di Papua Nugini ini telah meletus beberapa kali dan memuntahkan lava serta abu bulan Desember 2018 lalu.

Liputan6.com, Sydney - Salah satu gunung berapi paling aktif di Papua Nugini dilaporkan erupsi. Pihak berwenang mengatakan pada Selasa 8 Januari 2019 bahwa desa-desa di pulau terpencil dihujani dengan batu vulkanik.

Pulau Manam adalah kerucut gunung berapi yang menjulang keluar dari laut di utara daratan Papua Nugini dan tercatat pernah meletus beberapa kali dalam sejarah, dengan aktivitas utama pada November 2004 yang memaksa evakuasi sekitar 9.000 orang.

Gunung berapi itu telah meletus beberapa kali dan sejak itu, dan memuntahkan lava serta abu vulkanik bulan Desember lalu.

"Serangkaian getaran di sekitar Pulau Manam memicu sistem peringatan pada hari Senin dan gunung berapi mulai meletus segera setelah itu," kata Observatorium Vulkanologi Rabaul seperti dikutip dari Channel News, Selasa (8/1/2018).

"Letusan berlanjut hingga Selasa pagi," kata Ima Itikarai dari observatorium kepada AFP.

Sebuah laporan pengamatan bersama dengan situs web berita lokal Loop PNG mengatakan letusan terbaru berasal dari kawah utama, dengan lava yang kemudian mengalir ke lembah di dekatnya dan semburan batu vulkanik yang menghujani desa-desa.

Papua Nugini memiliki banyak gunung berapi, terutama di pulau-pulau lepas pantainya, karena negara ini terletak di persimpangan dua lempeng tektonik.

Beberapa penduduk pulau yang dievakuasi dari Manam 15 tahun yang lalu dan dimukimkan kembali di tempat lain di Papua Nugini baru-baru ini mengeluh, bahwa mereka masih berjuang dengan kehidupan baru mereka, demikian surat kabar The National melaporkan.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gunung Rabaul Meletus di Papua Nugini

Sebelumnya, sekitar 2.000 dari 9.000 penduduk Pulau Manam juga pernah dievakuasi ke tempat yang lebih aman dalam beberapa gelombang besar pada Agustus 2018 lalu.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Minggu 26 Agustus 2018, letusan terjadi pada pukul 06.00 pagi, mengeluarkan gumpalan abu lebih dari 15 kilometer di atas permukaan laut, kata Observatorium Gunung Rabaul (RVO).

Gumpalan dan hujan abu begitu padat sehingga sinar matahari terhalang selama berjam-jam, dan banyak pohon tumbang karena tidak kuat menahan beban, jelas otoritas penanggulangan bencana Papua Nugini.

"Daerah yang paling terkena dampak adalah Baliau dan Kuluguma, di mana visibilitas menjadi sangat buruk akibat gumpalan dan hujan abu, orang-orang menggunakan cahaya obor untuk bergerak," lapor buletin informasi RVO.

Pejabat geodetik utama pada observatorium terkait, Steve Saunders, mengatakan bahwa meskipun fase awal letusan sudah berakhir, pembukaan lubang baru menunjukkan bahwa aktivitas gunung berapi kemungkinan masih berlajut hingga beberapa hari ke depan.

"Tidak ada korban jiwa sejauh yang kami tahu, tetapi penduduk tetap dihimbau untuk sementara menjauh dari berbagai kawasan lembah guna menghindari risiko diterjang aliran lumpur deras. Selain itu, ancaman selimut abu juga masih membayangi seluruh kawasan kaki gunung," jelas Saunders.

Terletak di perairan timur laut Papua Nugini, Pulau Manam hanya berjarak 10 kilometer dari daratan utama, dan merupakan rumah bagi gunung berapi paling aktif di negara Pasifik tersebut.

Jurnalis lokal, Scott Waide, membagikan rekaman dan foto online dari lava dan abu yang keluar dari kawah gunung berapi.

Gunung Rabaul sempat meletus cukup besar pada 2006 silam, di mana menurut otoritas Papua Nugini, menyebabkan puluhan orang tewas akibat terkubur tanah longsor dan menghirup gas beracun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini