Sukses

Diduga Langgar Norma Diplomatik, Utusan PBB di Somalia Diperintahkan Angkat Kaki

Diplomat tertinggi PBB di Somalia diduga melanggar norma diplomatik internasional. Berikut ini penjelasannya.

Liputan6.com, Mogadishu - Nicholas Haysom, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Somalia, diminta oleh pemerintah setempat untuk meninggalkan negara itu.

"Keputusan itu diambil setelah diplomat tertinggi PBB di Somalia itu dianggap melanggar standar badan dunia tersebut dan norma diplomatik internasional, dengan mencampuri kedaulatan nasional Somalia," menurut pernyataan yang dirilis media yang dikuasai pemerintah.

Meski demikian, seperti dikutip dari VOA Indonesia pada Kamis (3/1/2019), pernyataan itu tidak merinci keterangan lebih lanjut.

Pada hari Senin, 31 Desember 2018, Haysom mendesak pemerintah Somalia agar melindungi hak asasi manusia. Ia menuliskan melalui surat yang dikirim kepada otoritas lokal.

Analis percaya bahwa surat Haysom itu dan keputusan pemerintah Somalia untuk mengusirnya, menunjukkan hubungan antara kedua pihak tidak stabil.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menunjuk Haysom sebagai Wakil Khusus untuk Somalia dan Kepala Misi Bantuan PBB di Somalia (UNSOM) pada September 2018.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Militer Somalia Eksekusi 6 Militan Al-Shabab Tanpa Pengadilan

Sebelumnya, beberapa pejabat dan aktivis HAM pada Selasa, 1 Januari 2019, mengatakan bahwa militer Somalia telah mengeksekusi enam militan Al Shabab tanpa proses pengadilan.

"Keenam laki-laki itu telah dipenjara selama lima bulan. Mereka merupakan bagian dari unit pembunuhan Al Shabab. Salah seorang di antara mereka tertangkap basah ketika membunuh seorang tentara pemerintah. Penangkapannya pun memicu penangkapan lima orang lainnya, dan akhirnya kami mengeksekusi mereka," ujar Farah Mohamed Turba, seorang komandan militer Somalia kepada VOA.

Keenam militan itu dieksekusi pada Minggu, 30 Desember 2018 oleh regu tembak di kota Bardhere, sekitar 300 kilometer barat daya Mogadishu.

Bardhere adalah kota pertanian yang penting, yang pernah menjadi benteng utama Al Shabab di kawasan itu. Kelompok tersebut kehilangan kendali atas wilayah ini ketika diserbu pasukan Ethiopia pada 2015.

Keluarga mereka yang dieksekusi dan berhasil dihubungi, menggambarkan insiden itu sebagai eksekusi final yang dilakukan oleh pasukan militer tanpa pengadilan.

Turba menuturkan, militer mengikuti perintah menteri pertahanan Somalia. "Ketika militan membunuh dua jendral senior Somalia dalam suatu ledakan baru-baru ini, komandan militer dan menteri pertahanan mengatakan seluruh militan Al Shabab seharusnya dibunuh," ujar Turba.

Belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan atau panglima Tentara Nasional Somalia tentang eksekusi terbaru tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.