Sukses

Lanjutkan Misi Mendiang Suami, Dua Janda Ini Siap Menaklukkan Everest

Dua janda, yang para suaminya meninggal dalam pendakian di Gunung Everest, berencana menaklukan gunung tertinggi di dunia.

Liputan6.com, Kathmandu - Dua janda Sherpa, yang para suaminya meninggal dalam pendakian di Gunung Everest, berencana menaklukan gunung tertinggi di dunia.

Mereka berniat menyelesaikan pendakian yang gagal diselesaikan suami mereka, sekaligus memberikan inspirasi kepada para perempuan lajang lainnya, kata keduanya, Rabu 26 Desember 2018, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (27/12/2018).

Suami Furdiki Sherpa meninggal pada 2013, saat memperbaiki tali pendakian untuk tamu-tamu asingnya pada ketinggian 8.850 meter.

Sherpa adalah salah satu suku di Tibet yang hidup di lereng-lereng gunung Himalaya. Mereka terkenal karena keahlian mendaki dan mengenal medan hingga sering menjadi pemandu para pendaki Everest.

Furdiki akan mendaki Everest pada Mei mendatang bersama Nima Doma Sherpa, istri dari salah satu dari 16 sherpa yang tewas akibat longsoran salju dekat base camp pada 2014.

"Kami akan mendaki Gunung Everest untuk menghapus duka dan menghormati suami kami dengan mencapai puncak yang tidak terjamah oleh mereka," kata keduanya dalam sebuah pernyataan.

Nima, 36 tahun, mengatakan mereka sudah menyelesaikan pelatihan dan mendaki dua puncak yang lebih kecil. Nepal memiliki delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hanya 500 Perempuan yang Berhasil

Menurut blogger Everest, Alan Arnette, Everest sudah didaki oleh 4.833 orang sejak pertama kali ditaklukan oleh pendaki asal Selandia Baru, Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay Sherpa pada 1953. Everest membentang dari perbatasan Nepal-China dan bisa dicapai dari kedua sisi.

Menurut pejabat pendakian hanya sekitar 500 perempuan di antara para pendaki yang sukses mendaki Everest.

Furdiki, 42 tahun, yang seperti para Sherpa lainnya hanya memakai nama pertama, mengatakan kemaitan suaminya mengakibatkan kesulitan ekonomi yang berat.

"Kematian suami saya bukan akhir dari hidup saya," kata ibu dua anak itu. "Saya menjalankan ekspedisi ini untuk menyebar pesan bahwa para janda bisa menyelesaikan petualangan yang berat."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.