Sukses

Tiup Peluit dan Bawa Spanduk, Ribuan Orang Protes Pemerintahan Serbia

Kerumunan anti-pemerintah Serbia memadati pusat Kota Beograd untuk melakukan unjuk rasa.

Liputan6.com, Beograd - Ribuan orang berkumpul di Serbia dalam protes terbaru untuk sang pemimpin negara. Mereka menuduh Presiden populis Aleksandar Vucic menekan kebebasan demokratis yang dimenangkan dengan susah payah dan menindas lawan-lawannya.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (23/12/2018), kerumunan anti-pemerintah memadati pusat Kota Beograd hari Sabtu. Mereka meniup peluit dan mengibarkan spanduk.

Aksi serupa juga diadakan dalam dua pekan terakhir dalam ekspresi terbesar mengenai ketidakpuasan dengan pemerintahan Serbia yang dipimpin oleh Vucic.

Demonstrasi jalanan pecah setelah sejumlah pelaku kekerasan memukuli seorang politisi oposisi bulan lalu, sebuah serangan yang mengingatkan banyak pihak pada tahun 1990-an semasa pemerintahan tokoh kuat Slobodan Milosevic, yang ditandai dengan serangan brutal terhadap lawan-lawan politiknya.

Para pengecam mengatakan pemerintah Vucic telah mendorong pidato kebencian yang menyasar lawan dan memberlakukan kontrol atas media.

Vucic seorang mantan nasionalis ekstrem yang sekarang mengatakan akan memimpin Serbia menuju Uni Eropa, membantah tuduhan-tuduhan itu.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sahabat Presiden Rusia

Perdana Menteri Serbia Aleksandar Vucic resmi memenangi pemilihan presiden pada April 2017 lalu. Pria tersebut dikenal sebagai sahabat karib Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Vucic mendeklarasikan kemenangannya di Markas Partai Sayap Kanan. Dia menyatakan, terpilihnya dia menjadi presiden sangat penting bagi Serbia.

"Kemenangan sudah begitu jelas. Ini hari penting bagi kita hal ini karena menunjukkan (kemenangan saya akan membawa) Serbia melaju ke depan," ucap Vucic, seperti dikutip dari Time, Senin 3 April 2017.

"Mayoritas rakyat Serbia ingin jalur Eropa berlanjut ke Serbia, tapi juga kami harus mempertahankan hubungan baik tradisioanl kami dengan Rusia dan China," ucap dia.

Pada pemilu tersebut dalam hitung cepat yang dilakukan Vucic merengkuh suara lebih dari 55 persen. Sementara saingannya dari Partai Liberal Sasa Jankovic hanya 15 persen dan calon lain Luka Maksimovic 9 persen.

Kendati dikenal sebagai sobat baik Putin, Vucic merupakan sosok pendukung bergabungnya Serbia dengan Uni Eropa. Sampai saat ini, negara pecahan Yugoslavia tersebut terus berupaya masuk organisasi multilateral Benua Biru itu.

Walau mendukung masuknya Serbia ke Uni Eropa, masyarakat pendukung Vucic menginginkan negara tersebut juga memperdalam hubungan bersama Rusia.

Sebelum pemilihan Serbia berlangsung, Vucic terbang ke Moskow untuk bertemu Putin. Dalam pertemuan tersebut Putin berjanji siap mengirim alutsista seperti jet tempur, tank, dan senjata ke negara itu.

Putin beralasan, pengiriman dilakukan demi memperkuat militer Serbia. Disamping menjanjikan pengiriman alutsista, Putin pun terang-terangan mendeklarasikan dukungan terhadap Vucic.

Pemberian dukungan oleh Putin, menimbulkan kekhawatiran di kawasan tempat Serbia berada. Kecemasan tersebut terkait menajamnya pengaruh Rusia di wilayah Balkan.

Vucic merupakan tokoh ultranasionalis yang menjabat menjadi perdana menteri dari tahun 2014. Kemenangannya, dikomentari miring oleh kelompok oposisi.

Mereka menuduh, Vucic membredel media yang menentangnya, serta melakukan intimidasi terhadap pemilih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.