Sukses

2 Orang Diringkus Polisi Pascagangguan Drone di Bandara Gatwick Inggris

Seorang pria dan wanita ditangkap polisi pada Jumat malam waktu Inggris atas tuduhan serangan drone di Bandara Gatwick.

Liputan6.com, London - Polisi di Inggris menangkap dua orang pelaku penerbangan drone atau pesawat tak berawak di Bandara Gatwick. Pria dan wanita ini langsung ditetapkan sebagai tersangka atas tuduhan "penggunaan drone untuk tindak kriminal", serta dinilai telah mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Gatwick.

Karena ulah tersangka, bandara tersibuk kedua di Inggris itu tidak beroperasi selama tiga hari sejak Rabu, 19 Desember 2018. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu dini hari waktu setempat, polisi di Sussex mengatakan bahwa penangkapan itu dilakukan di daerah Gatwick setelah pukul 22.00 pada Jumat malam.

Sementara itu, pihak Bandara Gatwick menyampaikan pada Sabtu pagi bahwa bandara telah dibuka lagi dan mereka meminta kepada seluruh calon penumpang untuk memeriksa kembali tiket yang mereka miliki ke maskapai masing-masing sebelum bepergian.

"Landasan pacu kami sudah dibuka dan kami akan kembali menjalankan jadwal penuh. Ada 757 penerbangan yang dijadwalkan terjadi pada hari ini, dengan membawa 124.484 penumpang secara keseluruhan," kata seorang juru bicara Bandara Gatwick yang dikutip dari The Guardian. Sabtu (22/12/2018).

"Keselamatan adalah prioritas utama kami dan kami berterima kasih atas kesabaran para penumpang saat kami berupaya untuk membawa mereka ke tujuan akhir, tepat sebelum Natal tiba," lanjut jubir itu.

Situasi dan kondisi di Bandara Gatwick mendadak ricuh pada Rabu malam, ketika drone terlihat melayang di dekat landasan pacu. Kejadian ini memaksa ratusan penerbangan dibatalkan atau ditunda. Penumpang yang sudah berada di dalam pesawat pun, sebelum burung besi yang mereka tumpangi terbang, dibuat ketakutan sehingga mereka berlarian keluar pesawat sebelum tinggal landas.

Atas insiden itu, para ahli IT dari polisi dan militer dikerahkan untuk mencari 'dalang' di balik drone atau operator yang menngontrolnya. Drone misterius tersebut sempat hilang, namun kemudian muncul kembali di dekat bandara setiap kali pihak berwenang mencoba membuka landasan pacu.

Inspektur James Collis mengatakan, "Untuk sat ini, kami masih melakukan investigasi dan membangun pertahanan untuk mendeteksi dan mencegah datangnya gangguan lebih lanjut."

"Kami juga terus menekankan kepada masyarakat, penumpang, dan siapa pun yang ada di sekitar Bandara Gatwick agar selalu waspada dan segera menghubungi kami, bila mereka memiliki informasi yang dapat membantu penyelidikan kami," lanjutnya.

Polisi di Inggris telah dibekali dengan berbagai macam taktik untuk memerangi drone. Beberapa di antaranya telah dirilis ke publik.

Menurut otoritas setempat, salah satu peralatan yang diyakini telah dikerahkan di Bandara Gatwick adalah sistem Drone Dome yang dikembangkan oleh Israel. Teknologi ini disebut-sebut dapat mendeteksi drone menggunakan radar, selain juga bisa menghambat komunikasi antara drone dan operatornya, memungkinkan pihak berwenang untuk mengambil kendali dan mendaratkan drone.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

1.000 Pesawat Gagal Terbang dan Mendarat

Berbicara pada hari Jumat, kepala eksekutif Bandara Gatwick, Stewart Wingate, mengaku bahwa aktivitas drone itu ditargetkan secara sengaja dan telah dirancang untuk menutup bandara dan membawa gangguan maksimal menjelang Natal".

"Peristiwa ini jelas menyoroti tantangan strategis dalam sektor kedirgantaraan negara ini, yang masih perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat. Tidak mungkin hanya karena drone, bandara jadi ditutup selama tiga hari dan tak ada penerbangan dalam waktu itu. Ini jelas merupakan teknologi yang relatif baru dan kita harus menemukan solusi yang tepat untuk memastikan insiden itu tidak terulang lagi," kata Wingate.

Sementara itu, seorang juru bicara Bandara Gatwick menuturkan, sekitar 1.000 pesawat telah dibatalkan atau dialihkan dan sekitar 140.000 calon penumpang terdampak karena kasus ini sejak Rabu malam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.