Sukses

AS Tarik Pasukan dari Suriah, Presiden Rusia: Keputusan yang Tepat

Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut baik keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik pulang pasukan AS dari Suriah.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut baik keputusan mitranya dari Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menarik pulang pasukannya dari Suriah setelah mengumumkan kemenangannya atas ISIS.

"Fakta bahwa AS telah memutuskan untuk menarik pasukannya adalah keputusan yang tepat," kata Putin pada konferensi pers Kamis kemarin, seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (21/12/2018).

Trump mengumumkan pada hari Rabu bahwa semua pasukan AS akan ditarik dari Suriah dan bahwa ISIS telah "dikalahkan".

Presiden Rusia mengatakan bahwa "karena menyangkut kemenangan atas IS, secara keseluruhan, saya setuju dengan presiden AS," menambahkan bahwa "kami telah memukul serius (ISIS) di Suriah."

Keputusan Trump untuk menarik sepenuhnya dikonfirmasi oleh pejabat AS dan diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa bulan mendatang.

Namun demikian, Putin tetap sedikit meragukan rencana Washington DC, mengatakan "kami tidak melihat tanda-tanda AS menarik pasukan (saat ini), tetapi saya mengakui bahwa itu mungkin."

Dalam twit pada hari Kamis, Trump mengatakan bahwa keputusannya untuk menarik sekitar 2.000 pasukan AS dari Suriah "tidak mengherankan" dan bahwa ia ingin melakukannya lebih cepat.

Dalam twit berikutnya, Trump mempertanyakan peran AS di Timur Tengah dan mengatakan bahwa itu adalah "waktu bagi (negara) yang lain untuk akhirnya bertempur".

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengaruh bagi Negara Lain yang Bertempur

Meskipun ada pernyataan Trump bahwa ISIS telah dikalahkan, para pejabat Prancis dan Inggris --yang berkoalisi dengan AS di Suriah-- menekankan ancaman kelompok teroris itu masih ada. Kedua negara Eropa itu juga berkomitmen untuk tetap berkoalisi untuk melawan ISIS di Suriah.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang tetap prihatin dengan pengaruh Iran di Suriah, mengatakan bahwa Israel akan meningkatkan perjuangannya melawan pasukan Negeri Para Mullah yang mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Israel juga khawatir keluarnya AS --yang merupakan sekutu utama mereka-- dapat mengurangi pengaruh diplomatiknya dengan Rusia, pendukung besar pemerintahan Assad.

Sedangkan bagi Turki, berita tentang pulangnya tentara AS dari Suriah kemungkinan akan disambut dengan baik.

Hubungan Washington-Ankara telah lama tegang oleh perbedaan sikap atas Suriah, di mana AS telah mendukung kelompok politik YPG beretnis Kurdi Suriah --yang juga membentuk Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dan berkoalisi dengan AS-- dalam perang melawan ISIS. 

Turki menganggap YPG sebagai kelompok teroris dan perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang dilarang oleh Ankara. Setelah deklarasi Trump, Turki kemudian meningkatkan retorikanya untuk melawan Kurdi.

Menurut kantor berita negara Turki Anadolu Ajansi, Menteri Pertahanan Hulusi Akar mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa Turki sedang mempersiapkan operasi militer baru di beberapa bagian timur laut Suriah, bekas wilayah operasi pasukan AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.