Sukses

13-12-1977: Pesawat Air Indiana 216 Celaka 90 Detik Setelah Lepas Landas

Pesawat Air Indiana Penerbangan 216 celaka pada 13 Desember 1977. Kapal terbang tersebut mengangkut tim basket University of Evansville.

Liputan6.com, Evansville - Mike Joyner, Mark Siegel, Kraig Heckendorn, Greg Smith...nama-nama tersebut masuk dalam daftar korban kecelakaan pesawat Air Indiana Penerbangan 216 pada 13 Desember 1977. Mereka adalah anggota tim basket University of Evansville yang semuanya tewas dalam insiden nahas itu.

Para punggawa tim Purple Aces itu berhasil masuk ke ke liga besar NCAA. Dengan pelatih baru, branding baru, harapan baru.

Masuk ke Divisi I berarti lokasi tanding mereka tambah jauh. Tak mungkin lagi ditempuh dengan perjalanan panjang naik bus. Maka, pada pagi yang berkabut itu, mereka naik pesawat carter DC-3, Air Indiana penerbangan 216, menuju Nashville, Tennessee.

Kapal terbang lepas landas sekitar pukul 07.20, menembus kepulan awan tebal di atas Evansville Dress Regional Airport.

Sekitar 90 menit kemudian, mereka pergi untuk selamanya.

Seperti dikutip dari situs wibc.com, Rabu (12/12/2018), berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata dan Kepolisian Negara Bagian Indiana, pesawat tersebut berbelok tajam ke kiri, mesin berputar lebih cepat, dan kemudian jatuh di dekat ujung kompleks bandara, di sepanjang rel kereta Louisville & Nashville Railroad.

Suara ledakan keras terdengar, sebelum pesawat diselimuti api dan terbakar sepenuhnya.

"Jasad-jasad dan puing-puing bertebaran di mana-nama," demikian arsip audio WIBC pada 1977 yang menggambarkan situasi di lokasi kejadian. Sebanyak 29 orang meninggal dunia dalam musibah kecelakaan pesawat itu.

Laporan dari National Transportation Safety Board menyebut, para pilot dan personel darat lupa melepas kunci pengaman (safety locks) yang berfungsi menjaga agar rudder atau kemudi pesawat tetap berada di tempatnya saat berada di darat.

Akibatnya, pesawat yang sedang berada di udara tidak bisa dikemudikan dengan baik. Dan, ketika pilot mencoba melakukan manuver untuk memperbaikinya, kapal terbang tersebut jatuh.

Laporan tersebut juga menyebut soal tak seimbangnya berat bagasi yang dimuat ke pesawat. Tak hanya terlalu banyak, tapi tas-tas tersebut ditempatkan terlalu jauh di belakang.

Tak hanya pihak universitas yang terguncang, tapi juga seluruh warga kota Evansville.

"Orang-orang masih mengingat apa yang terjadi pada saat itu, mereka membicarakannya, seperti saat Anda menyinggung insiden pembunuhan Kennedy atau bencana Challenger," kata Tom Kazee, pimpinan University of Evansville, seperti dimuat situs Post Gazette pada 2017.

"Insiden kecelakaan pesawat itu meninggalkan jejak luar biasa bagi kota ini."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kisah Astronot Monyet yang Hilang

Tak hanya kecelakaan Air Indiana 216 yang terjadi pada tanggal 13 Desember.

Pada 1958, pencarian astronot monyet dihentikan. Primata itu hilang sekembalinya melakukan perjalanan dari antariksa, di mana ia berangkat dengan diangkut di hidung roket Jupiter AM-13.

Roket berbobot 50 ton yang biasanya mengangkut misil jarak menengah itu, ditembakkan oleh pihak tentara Amerika Serikat dari Cape Canaveral di Florida. Penerbangan roket tersebut berlangsung selama 15 menit.

Gordo yang memiliki tinggi 30 sentimeter dan berbobot 1 hingga 1,5 kg dipilih karena anatomi tubuhnya mirip manusia. Hewan itu juga sangat sensitif terhadap suhu di sekitarnya.

Pejabat pertahanan AS mengatakan, napas Gordo mulai melambat setelah roket diluncurkan dan detak jantungnya menjadi tak teratur. Namun saat roket itu bebas dari gravitasi Bumi, kondisi fisik Gordo kembali normal.

Kala itu, monyet tersebut mengenakan helm yang terbuat dari plastik. Ia pun diisolasi terhadap adanya perubahan suhu dengan lapisan alumunium foil dan fiber glass.

Sejumlah alat pengamat dipasang ditubuhnya, seperti termometer yang terus ditaruh di ketiaknya, mikrofon untuk merekam detak jantungnya, dan instrumen lain untuk mendeteksi napasnya.

Gordo telah melakukan perjalanan sejauh 482 kilometer menuju angkasa luar dan kemudian menempuh perjalanan lebih dari 2.414 km hingga akhirnya terjatuh di Atlantik Selatan.

Gordo hilang setelah parasut yang membawanya gagal berkembang dan kerucut logam yang membawanya tenggelam ke lautan. Tentara AS akhirnya menghentikan pencarian itu setelah enam jam.

Pada tanggal yang sama pada tahun 1642, seorang pelaut Belanda melakukan aksi yang belum pernah terpikirkan di masa itu. Pria bernama Abel Tasman tersebut melakukan penjelajahan ke Selatan Pasifik.

Ekspedisi itu ternyata membuahkan hasil. Tasman menemukan sebuah pulau yang sangat indah, yang kini dikenal sebagai Selandia Baru.

Pada 13 Desember 2001 juga tercatat peristiwa lain. Hari itu sekelompok orang melakukan serangan brutal di Gedung DPR di New Delhi, ibu kota India. Bom bunuh diri dan tembakan menggelegar di tempat para wakil rakyat bekerja.

Akibat kejadian tersebut, setidaknya 12 orang tewas dan 22 lainnya terluka. Gedung parlemen rusak cukup parah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.