Sukses

Dukung Unjuk Rasa Perubahan Iklim, Ribuan Siswa di Australia Bolos Sekolah

Ribuan siswa di Australia membolos sekolah untuk mengikuti aksi unjuk rasa, mendesak pemerintah berpihak pada penanganan perubahan iklim.

Liputan6.com, Sydney - Ribuan siswa di seluruh Australia serentak membolos sekolah untuk bergabung dengan aksi unjuk rasa mendesak pemerintah bertindak lebih serius dalam mengatasi perubahan iklim.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison, memarahi rencana para siswa untuk berunjuk rasa selama jam sekolah, dia bersikeras pemerintahnya sedang menangani perubahan iklim.

Namun, sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (30/11/2018), banyak siswa mengatakan pernyataan bernada tinggi dari sang perdana menteri, telah memperkuat tekad mereka untuk memprotes.

"Kami akan menjadi orang-orang yang menderita dari konsekuensi keputusan yang mereka (politikus) buat saat ini," kata Jagveer Singh (17), salah seorang pengunjuk rasa.

Penyelenggara aksi terkait mengatakan mereka terinspirasi oleh Greta Thunberg, seorang gadis 15 tahun di Swedia yang telah melakukan protes serupa.

Saat ini, Australia telah berkomitmen untuk mengurangi emisinya sebesar 26-28 persen pada rentang tahun 2005 hingga 2030, yang didasarkan pada perjanjian iklim Paris.

PM Morrison baru-baru ini mengutip target energi terbarukan, dana pembelian energi bersih, dan proyek pembangkit listrik tenaga air sebagai bukti kemajuan Australia.

Dia mengatakan kepada parlemen pada hari Senin: "Apa yang kami inginkan adalah lebih banyak belajar di sekolah dan mengurangi gerakan aktivis di luar jam belajar."

Namun, pernyataan kemajuan versi PM Morrison mendapat bantahan awal pekan ini. PBB mengatakan Australia dan banyak negara gagal memenuhi komitmen emisi mereka.

Negeri Kanguru disebu tidak menghasilkan perbaikan yang siginifikan dalam kebijakan iklinya tahun lalu, menurut laporan kesenjangan emisi.

Demonstrasi oleh para ribuan siswa tersebt dilakukan di setiap ibu kota negara bagian dan 20 kota regional.

 

Simak video pilihan berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gerakan Dimulai di Sydney

Ide unjuk rasa dimulai dari gagasan dua orang siswa, Milou Albrect dan Harriet O'Shea Carre --keduanya berusia 14 tahun-- di negara bagian Victoria.

"Keadaan darurat perubahan iklim adalah sesuatu yang telah kita pikirkan sejak lama," kata Harriet, yang menyebut gerakan tersebut dengan nama Strike 4 Climate. 

"Kami menulis surat dan melakukan hal-hal yang berbeda, tetapi mereka (politikus) sepertinya tidak pernah membuat perbedaan. Sungguh, pendidikan, adalah satu-satunya kekuatan kami. Dengan mengorbankannya, ini akan membuat titik besar."

Ditambahkan oleh Milou: "Kami ingin pemerintah mengakui secara terbuka bahwa perubahan iklim adalah krisis. Hentikan penggalian batubara, dan segera beralih ke energi terbarukan."

Sementara itu, Jean Hinchcliffe (14) melihat ide menggelar aksi protes terkait serupa dengan gambaran masalah di kota kelahirannya, Sydney.

"Saya tidak bisa hanya duduk-duduk sampai saya cukup dewasa untuk memilih," katanya.

"Semua orang, semua anak muda, kita dapat melihat bahwa perubahan iklim adalah masalah nyata, dan kita benar-benar muak dengan kelambanan politikus," lanjut Hinchcliffe.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Ruby Walker (16), yang mengetahui gagasan aksi protes dari unggahan viral di Facebook, dan terinspirasi untuk melanjutkannya di Inverel, kota yang berjarak 570 kilometer di utara Sydney.

Dia mengatakan dia juga terinspirasi oleh aktivisme siswa sekolah menengah di AS tentang perdebatan terkait kontrol senjata.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.