Sukses

Emisi C02 Naik dalam 4 Tahun Terakhir, Perubahan Iklim Kian Mengkhawatirkan

Dampak perubahan iklim disebut kian mengkhawatirkan, setelah kenaikan emisi CO2 untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir.

Liputan6.com, New York - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa berbagai upaya global untuk mengatasi perubahan iklim, telah keluar dari jalur yang diharapkan. Hal ini, utamanya disebabkan oleh kenaikan emisi karbondioksia (CO2) pertama dalam empat tahun terakhir.

Laporan kesenjangan emisi menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi bertanggung jawab untuk peningkatan CO2 pada 2017, sementara upaya nasional untuk mengurangi karbon telah tersendat.

Dikutip dari BBC pada Rabu (27/11/2018), laporan itu muncul beberapa waktu sebelum konferensi itentang perubahan klim PBB dimulai di Polandia pasa 2-14 Desember.

Selama sembilan tahun terakhir, lembaga pemerhati lingkungan di bawah PBB telah menghasilkan penilaian terhadap studi ilmiah terbaru tentang emisi gas rumah kaca saat ini dan masa depan.

Aktivitas ini menyoroti perbedaan antara tingkat emisi gas rumah kaca yang dapat dipertahankan dunia untuk menjaga suhu dalam batas aman, dengan tingkat yang mungkin didasarkan pada janji dan tindakan yang diambil oleh masing-masing negara.

Antara 2014 dan 2016, emisi global CO2 dari industri dan produksi energi pada dasarnya stabil, sementara ekonomi global tumbuh sederhana. Tetapi, pada 2017, emisi ini naik 1,2 persen didorong oleh pendapatan domestik bruto (PDB) yang lebih tinggi.

Sementara kenaikan mungkin tampak kecil, perlu dilihat dalam konteks upaya untuk menjaga suhu global meningkat lebih dari 1,5 derajat Celsius, seperti yang baru-baru ini diuraikan dalam laporan kunci Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Menurut PBB, untuk menjaga dunia di bawah target itu, emisi gas rumah kaca global pada 2030 herus 55 persen lebih rendah daripada saat ini.

"Masih ada kesenjangan besar antara kata-kata dan perbuatan, antara target yang disepakati oleh pemerintah di seluruh dunia untuk menstabilkan iklim kita, dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan ini," kata Dr Gunnar Luderer, dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim, serta salah satu penulis dari penelitian terkait.

Para ilmuwan mengatakan bahwa untuk mengatasi kesenjangan tersebut, negara-negara harus menaikkan ambisi mereka lima kali lipat untuk memenuhi tujuan batas maksimal suhu Bumi 1,5 derajat Celsius.

Saat ini, dunia sedang menuju kenaikan suhu 3,2 derajat Celsius pada akhir Abad ke-21, kata laporan itu.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Memuncaknya Emisi Rumah Kaca Global

Salah satu aspek kunci dari penelitian di atas adalah tentang memuncaknya emisi rumah kaca global.

Laporan itu mengatakan bahwa memuncaknya emisi pada 2020 adalah "penting untuk mencapai target suhu dalam perjanjian Iklim Paris," tetapi skala upaya saat ini tidak mencukupi.

Studi tersebut mengatakan bahwa pada tahun 2030, sekitar 57 negara yang mewakili sekitar 60 persen emisi global akan mencapai puncaknya.

Studi tersebut juga mengatakan bahwa negara-negara termasuk Argentina, Australia, Kanada, Uni Eropa (tidak terkecuali Inggris), Korea Selatan, Arab Saudi, Afrika Selatan dan AS, kurang mencapai kontribusi nasional mereka untuk tahun 2030.

Tiga negara, Brasil, China dan Jepang saat ini berada di jalur yang disepakati, sementara tiga lainnya, India, Rusia dan Turki didesak untuk lebih bekerja keras daam mencapai target global.

PBB menaruh harapan besar pada apa yang disebut "aktor non-negara", yang berarti pemerintah lokal, kota dan daerah, serta bisnis dan institusi pendidikan tinggi yang dapat berdampak besar pada solusi perubahan iklim di masa depan.

Para peneliti memperkirakan bahwa, saat ini, lebih dari 7.000 kota dari 133 negara dan 6.000 perusahaan dengan pendapatan setidaknya US$ 36 triliun, telah berjanji untuk mengambil solusi aktif dalam mengatasi perubahan iklim.

Ditambahkan oleh studi terkait bahwa ada potensi untuk memotong emisi gas rumah kaca hingga 19 gigaton CO2 per tahun pada 2030, di mana hal itu cukup untuk menjaga Bumi tetap pada jalur kenaikan suhu tertinggi 2 derajat Celsius.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.