Sukses

Terseret Kasus Korupsi 1MDB, Najib Razak Merasa Ditipu

Najib Razak membeberkan pembelaan diri terbaru seputar dugaan keterlibatannya dalam skandal megakorupsi 1MDB Malaysia.

Liputan6.com, Kuala Lumpr - Mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak membeberkan pembelaan diri terbaru seputar dugaan keterlibatannya dalam skandal megakorupsi 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB yang merugikan Negeri Jiran senilai miliaran dolar.

Dalam informasi terbaru yang ia beberkan kepada pers, Najib berdalih bahwa dirinya telah ditipu oleh figur dan firma yang dipercayakan untuk memantau 1MDB -- sebuah perusahaan negara yang dibentuk di era Najib untuk membangkitkan geliat investasi Negeri Jiran di luar negeri.

Hal itu, klaim Najib, membuat dirinya dan orang-orang terdekatnya, terseret dalam pusaran skandal rasuah tersebut.

Dia mengatakan, pemerintahannya telah menunjuk pengacara, auditor dan firma finansial Goldman Sachs Group untuk memantau 1MDB --saat masih beroperasi-- namun, hal-hal buruk terjadi ketika pemantauan tidak dilakukan dengan benar.

"Kami sudah menunjuk pengacara, auditor, bank ... yang berarti kami memiliki sistem yang benar ... namun, mereka tidak melaksanakan tugas mereka ... itulah kesimpulannya," kata Najib yang kemudian menyimpulkan bahwa dirinya merasa ditipu oleh figur dan firma tersebut, demikian seperti dikutip dari The New Strait Times, Kamis (22/11/2018).

Ia mengatakan hal itu dalam wawancara khusus yang disiarkan langsung di halaman Facebook Sinar Harian.

Najib juga berbicara tentang kesalahan yang dibuat oleh pemerintahannya, yang gagal untuk mendeteksi penipuan yang diduga dilakukan oleh Low Taek Jho atau Jho Low --pemodal dan bankir yang diduga menjadi dalang utama di balik skandal korupsi 1MDB.

Jho Low sendiri tengah menjadi buronan Malaysia dan Amerika Serikat atas dugaan keterkaitannya dalam korupsi 1MDB.

Ketika ditanya tentang keputusan pemerintahannya agar 1MDB bekerjasama dengan Jho Low, Najib berargumen bahwa pada saat itu, pria tersebut dianggap memiliki kemampuan bisnis yang baik dan memiliki hubungan yang erat dengan beberapa negara di Asia Barat.

Oleh karenanya, pemerintahan Najib menempatkan Jho Low di posisi yang strategis dalam 1MDB saat masih beroperasi.

"Awalnya, dia (Jho Low) adalah negosiator untuk Otoritas Investasi Terengganu (TIA). Sebelum dia bergabung 1MDB, dia memiliki hubungan erat dengan negara-negara seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi."

"Dia juga berhasil membawa investasi ke kedua negara. Jadi pada saat itu, saya melihatnya dari aspek itu. Namun, ketika dia melakukan penipuan, tindakan harus diambil terhadapnya," tambah Najib Razak.

Mengomentari lebih lanjut, Najib Razak mengulangi pendiriannya bahwa masalah 1MDB bukanlah faktor utama dalam kekalahan koalisi partai Barisan Nasional yang dipimpinnya pada Pemilu Malaysia 2018.

"Saya mengakui masalah 1MDB memiliki dampak besar, tetapi saya menekankan bahwa masalah 1MDB adalah salah satu faktor, bukan satu-satunya faktor atau faktor utama yang menyebabkan kekalahan Barisan Nasional," katanya.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Korupsi Pembelian Kapal Selam

Awal pekan ini, otoritas anti-korupsi Malaysia telah membuka kembali penyelidikan terhadap kasus pembelian kapal selam yang diperdebatkan 16 tahun lalu, yang melibatkan mantan perdana menteri Najib Razak.

Sejak kalah dalam pemilihan Mei, Najib telah dituduh melakukan beberapa pelanggaran hukum dan telah menjadi sasaran penyelidikan korupsi.

Dikutip dari The Straits Times pada Selasa (20/11/2018), beberapa di antaranya terkait dengan skandal miliaran dolar AS pada dana investasi negara, 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Najib Razak mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan tersebut.

Penyelidik dari Komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia (MACC) kini menduga ada keterlibatan Najib dalam dugaan ada suap pada penjualan dua kapal selam kelas Scorpene ke Malaysia oleh produsen asal Prancis, DCN International (DCNI), pada tahun 2002.

Saat itu, Najib menjabat sebagai menteri pertahanan, tulis surat kabar lokal The Star, mengutip sumber MACC.

Satu sumber yang dikutip oleh The Star mengatakan, Najib dipanggil untuk memberikan pernyataan terkait pembelian kapal selam pada hari Senin, setelah diperiksa atas dugaan korupsi panel listrik tenaga surya untuk sekolah-sekolah di Sarawak.

Pihak penyidik disebut akan mengambil kesaksian dari beberapa orang, termasuk mantan pembantu Najib, Abdul Razak Baginda, yang sedang diselidiki oleh keuangan Prancis terkait pembelian kapal selam.

Investigasi sebelumnya oleh pihak berwenang Malaysia, tidak menemukan bukti yang menghubungkan Najib Razak dengan dugaan korupsi dalam kesepakatan itu.

Para pembantu Najib tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar. Bersama dengan para pendukungnya, ia secara konsisten membantah melakukan kesalahan dalam kesepakatan kapal selam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.