Sukses

Turis AS Tewas Dipanah Suku Terpencil di Kepulauan Andaman dan Nikobar

Seorang turis warga negara Amerika Serikat, tewas dipanah oleh Suku Sentinel yang sengaja memencilkan diri di Kepulauan Andaman dan Nikobar.

Liputan6.com, Andaman dan Nikobar - Seorang turis warga negara Amerika Serikat, tewas dipanah oleh suku terpencil di Kepulauan Andaman dan Nikobar, India kata kepolisian setempat pada Rabu 21 November 2018.

John Allen Chau tewas dalam upayanya untuk menginjakkan kaki di Pulau Sentinel Utara, rumah bagi Suku Sentinel yang sengaja mengisolasi diri sejak lama.

Chau berangkat bersama dengan tujuh nelayan yang membawanya. Mereka kini telah diamankan oleh kepolisian.

Para nelayan mengatakan kepada polisi bahwa mereka terakhir melihat pria Amerika itu dihujani panah oleh Suku Sentinel tepat setelah ia mendarat di Pulau Sentinel Utara pada 16 November 2018.

Anggota suku menyeret Chau ke pantai, kata para nelayan. Beberapa saat kemudian, mereka melihat tubuh Chau setengah terkubur di pasir.

"Dia berusaha mencapai pulau Sentinel pada tanggal 14 November tetapi tidak berhasil. Dua hari kemudian dia bersiap dengan baik. Dia membawa sebuah kano untuk mendekat sendirian ke pulau itu," kata seorang sumber kepada kantor berita AFP, seperti dikutip dari NDTV, Rabu (21/11/2018).

"Dia diserang oleh panah tetapi dia terus berjalan. Para nelayan melihat suku-suku itu mengikat tali di lehernya dan menyeret tubuhnya. Mereka (nelayan) ketakutan dan melarikan diri tetapi kembali keesokan paginya untuk menemukan tubuh Chau terkubur di pantai," kata sumber itu.

Begitu mereka sampai di Port Blair, para nelayan menceritakan insiden itu kepada seorang pengkhotbah setempat, Alex, yang merupakan teman Chau. Alex kemudian memperingatkan keluarga Chau di AS, yang segera menghubungi Kedutaan Besar AS di New Delhi, India untuk meminta bantuan.

Kepolisian Kepulauan Andaman dan Nikobar menangkap para nelayan dan menanyai Alex setelah para pejabat AS memberitahu mereka tentang insiden itu.

Pihak berwenang Kepulauan Andaman dan Nikobar telah meluncurkan tim pencari helikopter untuk mencari mayat itu. Mereka mengatakan helikopter tidak dapat mendarat di pulau itu karena Suku Sentinel bersikap sangat bermusuhan kepada siapa saja yang berupaya mendekati mereka.

Alex mengatakan, Chau telah berkunjung ke Andaman beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Pria AS itu juga "seorang pengkhotbah" yang tampaknya mengatakan kepada Alex bahwa dia tertarik untuk "mengubah pola hidup" Suku Sentinel, kata sumber yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah tersebut.

"Kami mengetahui laporan mengenai seorang warga AS di Kepulauan Andaman dan Nikobar," kata seorang juru bicara Konsulat AS di Chennai lewat email kepada kantor berita Reuters.

"Ketika seorang warga negara AS hilang, kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat saat mereka melakukan upaya pencarian," tambahnya, tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut atas alasan privasi.

Hanya orang-orang yang memiliki akses dan izin tingkat tinggi yang dapat mengunjungi kawasan Kepulauan Andaman dan Nikobar, disebabkan karena kawasan tersebut menjadi rumah bagi Suku Sentinel yang dilindungi, serta sejumlah fasilitas dan pasukan pertahanan India.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekilas tentang Suku Sentinel

Dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi, dunia menjadi semakin terhubung. Tapi, tidak dengan sebuah suku yang telah menutup diri kurang lebih selama 60.000 tahun.

Sebuah suku terpencil di pulau Sentinel Utara adalah contohnya. Suku Sentinel yang mendiami pulau itu dianggap sebagai suku yang tidak terhubung, karena mereka hampir tidak memiliki kontak dengan dunia luar.

Pulau Sentinel Utara terletak di dekat kepulauan Andaman di tengah-tengah lautan Hindia.

Suku itu tidak pernah mengembangkan pertanian dan masih menggantungkan hidup sebagai pemburu dan pengumpul sebagaimana halnya cara hidup manusia sekitar 10 ribu tahun lalu.

Berbeda dengan suku terasing di hutan lebat Amazon, sebenarnya suku Sentinel ini sudah lama diketahui, namun mereka menolak berurusan dengan dunia luar.

Suku tersebut dengan ganasnya menolak berkomunikasi dengan siapapun yang mencoba berhubungan dengan mereka, baik itu para penjelajah Eropa maupun pasukan penjaga pantai India.

Dilaporkan hanya ada beberapa kunjungan antropologi yang tercatat pernah ke sana. Para pengunjung lain, termasuk para penyintas kapal kandas, disambut dengan hujan anak panah.

Pulau Sentinel Utara terletak di lepas pantai kepulauan Andaman Besar, yaitu suatu gugusan kepulauan di tengah Samudra Hindia, antara India dan Semenanjung Malaysia.

Kepulauan Andaman, bersama dengan Pulau Nicobar, merupakan bagian dari wilayah India. Banyak warga India tinggal di pulau itu, berdampingan dengan sejumlah warga pribumi Andaman. Suku Jarawa adalah suku dengan jumlah populasi terbesar di pulau itu -- suku itu menjadi korban wisata "safari manusia".

Hal ini berbeda dengan suku Sentinel. Selain kunjungan kolonial Eropa dan beberapa kapal yang kandas di sana, penduduk pulau itu seakan tidak tersentuh.

Pada 1880, seorang penjelajah Inggris bernama M.V. Portman menculik 6 warga pribumi pulau itu dan mengembalikan mereka yang tidak meninggal karena sakit, ditambah dengan sejumlah hadiah. Cara itu merupakan praktik damai lazim pada masa itu. Sesudah peristiwa itu, pulau tersebut seakan tidak pernah disinggahi.

Pada tahun 1960-an, pemerintah India membuat keputusan untuk melakukan kontak dengan suku Sentinel. Sebuah perjalanan reguler dimulai pada tahun 1967. Hasilnya tidak banyak, kecuali pemberian hadiah-hadiah kepada penduduk pulau.

Pada 1981, kapal Primrose yang berbendera Panama kandas di batu karang sekitar pulau. Suku Sentinel menghujani kapal itu dengan anak panah.

Para awak kapal yang tidak bersenjata hanya bisa bergeming menunggu sekitar seminggu lamanya. Sebagai buktinya, haluan kapal Primrose masih tertinggal di batu-batuan karang di sana hingga saat ini.

Sekitar satu dekade sesudahnya, pada tahun 1991, seorang ahli antropologi India bernama Madhumala Chattopadhyay berhasil melakukan kontak akrab dengan penduduk setelah beberapa kali perjalanan ke sana. Namun demi melindungi suku Sentinel dari penyakit, pemerintah India menghentikan perjalanan-perjalanan antropologi.

Sejak saat itu, suku Sentinel menarik kembali keramahan mereka. Sesudah tsunami pada tahun 2004, sebuah helikopter penjaga pantai India dihujani anak panah ketika sedang memantau ke sana. Suku Sentinel sepertinya berhasil mengatasi bencana tsunami dengan cara mengungsi ke tempat yang lebih tinggi sebelum tsunami tiba.

Pada tahun 2006, dua orang nelayan India dibunuh karena hanyut terlalu dekat ke pulau itu. Hingga sekarang, pulau itu menjadi kawasan yang dijauhi demi keselamatan orang luar dan warga Sentinel itu sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.