Sukses

Dugaan Malafungsi di Balik Gugatan Ayah Korban Lion Air ke Boeing

Gugatan dilayangkan pada Boeing, produsen pesawat terbesar di dunia. Penggugatnya adalah ayah korban kecelakaan Lion Air.

Liputan6.com, Chicago - Gugatan dilayangkan pada Boeing, produsen pesawat terbesar di dunia. Penggugatnya adalah H. Irianto, ayah Rio Nanda Pratama, dokter yang menjadi korban kecelakaan Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di Laut Jawa pada Senin, 29 Oktober 2018.

Gugatan dilayangkan pada Rabu, 14 November 2018, di Pengadilan Chicago, di mana Boeing bermarkas. Ini adalah gugatan pertama yang dilayangkan ke produsen pesawat itu terkait musibah Lion Air.

Dalam gugatan tersebut, Irianto mengklaim, sistem kontrol penerbangan baru dalam pesawat Boeing 737 MAX 8 memicu kecelakaan. Ia meminta pertanggungjawaban Boeing, meskipun tak menyebut soal ganti rugi.

Seperti dikutip dari The Straits Times, Sabtu (17/11/2018), para penyelidik meyakini sensor yang keliru memicu sistem keamanan komputer untuk mendorong pesawat melakukan penurunan (dive) ketika pilot sedang berusaha mengatasi sejumlah malafungsi yang terjadi di dalam pesawat.

Saat ini Boeing dan regulator penerbangan AS sedang mempertimbangkan, apakah akan menambah perangkat lunak untuk memperbaiki performa Boeing 737 MAX 8.

Sebelumnya, tiga serikat pilot di AS menyuarakan keprihatinan, tentang apa yang mereka sebut sebagai kurangnya informasi yang disediakan Boeing terkait sistem keamanan di pesawat anyarnya.

Air Line Pilots Association, yang merepresentasikan para penerbang di United Continental menulis surat kepada pejabat administrator Federal Aviation Administration (FAA), Dan Elwell.

"Dikhawatirkan bahwa ada potensi kekurangan dalam sistem penerbangan keamanan yang signifikan," demikian cuplikan surat tersebut. Pihak serikat pilot juga meminta penjelasan lebih rinci.

Sementara itu, Southwest Airlines Pilots Association dan Allied Pilots Association, yang merepresentasikan para penerbang di American Airlines Group juga menyuarakan hal serupa.

Juru bicara Boeing, Chaz Bickers menolak untuk mengomentari gugatan atau penyelidikan terkait kecelakaan Lion Air, yang kali pertama menimpa Boeing 737 MAX 8 bikinannya.

Ia hanya mengulangi pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan pihak perusahaan. "Kami mengambil setiap langkah untuk sepenuhnya memahami semua aspek dari insiden ini, bekerja sama dengan tim investigasi dan semua pihak berwenang yang terlibat," kata Bickers. "Kami percaya diri dengan keamanan 737 MAX."

 

Saksikan video terkait kecelakaan Lion Air berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masalah Tak Hanya Menimpa Lion Air

Sebelumnya terungkap, Southwest Airlines, operator terbesar pengguna Boeing 737 MAX 8 mengganti dua sensor kontrol penerbangan yang tidak berfungsi, dari jet dengan jenis yang sama, tiga pekan sebelum kecelakaan Lion Air.

Hal tersebut dikabarkan Wall Street Journal, yang mengutip ringkasan catatan pemeliharaan maskapai AS tersebut.

Para pilot maskapai yang bermarkas di Dallas tersebut melaporkan bahwa mereka tak bisa menggunakan pengaturan klep penutup (throttle) pesawat.

Boeing menyebut, pihaknya menyediakan dua pembaruan (update) untuk operator di seluruh dunia, dengan menekankan kembali prosedur yang ada untuk situasi tersebut. "Keselamatan tetap menjadi prioritas utamanya," kata pihak Boeing.

Sebelumnya, Kamis lalu, Direktur Operasi Lion Air mengaku "frustrasi" dengan apa yang disebutnya sebagai kurangnya informasi tentang fitur keamanan di Boeing 737 MAX 8.

"Tidak ada rincian tentang Manoeuvring Characteristics Augmentation System dalam pembaruan terbaru Boeing, kata Zwingly Silalahi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.