Sukses

Iran Pilih Diam soal Kasus Hilangnya Jamal Khashoggi, Ini Alasannya?

Iran yang dikenal bermusuhan dengan AS dan Arab Saudi, memilih tidak berkomentar terhadap kasus dugaan pembunuhan Jamal Khashoggi. Ini alasannya.

Liputan6.com, Teheran - Sejauh ini, Iran diketahui tidak sedikit pun berkomentar terhadap kasus menghilangnya Jamal Khashoggi, yang membuat Arab Saudi kalang-kabut.

Hingga Rabu 17 Oktober, pemerintah Negeri Persia belum membuat komentar resmi atas dugaan pembunuhan Khashoggi, yang lenyap setelah memasuki gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober.

Dihadang oleh berbagai pertanyaan pada konferensi pers mingguannya di awal pekan, juru bicara kementerian luar negeri setempat, Bahram Ghasemi, hanya mengatakan bahwa Iran sedang memantau berbagai peristiwa, demikian sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Kamis (18/10/2018).

Di sisi lain, beberapa media Iran telah mencetak ulang laporan yang mengerikan dari sumber-sumber Turki dan internasional, bahwa Khashoggi disiksa dan dimutilasi di dalam konsulat.

Beberapa media setempat juga melaporkan kutipan berita yang menyebut AS diduga tengah berusaha melindungi Arab Saudi.

"AS, Turki dan Saudi berkolusi untuk menutup kasus pembunuhan Jamal Khashoggi," bunyi tajuk utama Jomhuri Eslami, koran konservatif, menyertai laporan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Riyadh dan Ankara.

"Misi Pompeo dalam perjalanan ke Riyadh dan kemudian Turki adalah untuk menutupi kebrutalan dan skandal Saudi, mengarang cerita, untuk tetap memerah susu Saudi (berkaitan dengan kontrak senjata)," tambah surat kabar sayap kanan, Javan.

Reza Ghabishavi, kolumnis pada koran reformis Arman, menyinggung keheningan dari para pemimpin Iran atas kasus ini.

"Seluruh dunia ... telah bereaksi, tetapi setelah dua pekan, Iran tidak membuat pernyataan," tulisnya.

"Tentu saja, jelas semuanya demi kepentingan Iran. Di satu sisi, kasus tersebut tidak menyinggung keterkaitan negeri ini dengan AS atau Arab Saudi. Di sisi lain, reformasi pangeran muda Saudi telah jatuh di hadapan publik, pemerintah (Iran) tampaknya lebih memilih sebagai penonton," lanjut Ghabishavi, seraya menyebut hal itu tidak lebih penting dari upaya menghapus sanksi internasional.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bukan Teman Iran

Ghabishavi juga menunjukkan bahwa Khashoggi bukan teman Iran, karena sang jurnalis telah beberapa kali mengkritik keras intervensi asing negara itu di Yaman, Suriah dan Irak.

Kasus menghilangnya Khashoggi terjadi hanya beberapa pekan sebelum sanksi penuh AS diterapkan kembali pada Iran, menyusul keputusan Washington untuk membatalkan kesepakatan nuklir 2015.

Meskipun sanksi telah berkontribusi pada penurunan ekonomi yang tajam di Iran, para pemimpinnya telah menikmati kesempatan langka untuk menarik simpati di kancah internasional, karena banyak negara mengkritik agresi AS dalam menghadapi Teheran.

"Semua orang tahu bahwa Amerika telah kehilangan secara hukum dan politik, dengan menyerah pada kewajiban internasionalnya, dan bahwa kami telah mencapai kemenangan," kata Presiden Hassan Rouhani dalam sebuah pidato pada Minggu, 14 Oktober 2018.

The Tehran Times, salah satu koran lokal berbahasa Inggris, menekankan bahwa dugaan pembunuhan Khashoggi adalah konsekuensi tak terelakkan dari dukungan Barat terhadap Raja Saudi, yang berlangsung sejak lama.

"Ini adalah perbuatan Anda sendiri," tulis pemimpin redaksi Mohammad Ghaderi, mengarah kepada pemerintah-pemerintah negara Barat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.