Sukses

2 Tips Jitu Anti-Jet Lag ala Ilmuwan Australia

Menurut para ilmuwan dari Universitas Sydney yang bekerja sama dengan Qantas, ternyata kita bisa menghindari jet lag. Ini tips jitunya.

Liputan6.com, Sydney - Para pelancong sering kali mengalami penerbangan jarak jauh menggunakan pesawat komersial yang sangat melelahkan tubuh. Akan tetapi, menurut para ilmuwan dari Universitas Sydney yang bekerja sama dengan Qantas, ternyata kita bisa menghindari jet lag.

Ketika penerbangan semakin panjang, ada pertanyaan tentang seberapa baik wisatawan bisa menangani penerbangan berjam-jam di dalam pesawat.

Singapore Airlines meluncurkan penerbangan nonstop terpanjang di dunia, 18 jam dan 40 menit dari Singapura ke New York, dan Qantas berencana untuk meluncurkan penerbangan 20 jam antara Sydney dan London pada 2020.

Mengenali kelemahan penerbangan jarak jauh, Qantas meminta para ilmuwan untuk mencari cara untuk mempermudah perjalanan penumpang pesawat.

Kini, para peneliti melaporkan temuan mereka pada sebuah konferensi tidur di Brisbane. Berikut tips jitu untuk menghindari jet lag usai naik pesawat, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (18/10/2018).

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1. Jangan Terlambat

Bagian pertama dari penelitian ini, dimulai pada awal 2018, melibatkan peneliti dari Charles Perkins Centre di Universitas Sydney yang meninjau semua penelitian relevan tentang cara non-farmakologis untuk melawan jet lag.

Peneliti kesehatan masyarakat, Dr Sun Bin, mengatakan tidak ada strategi yang sejauh ini efektif untuk mengurangi penderitaan akibat penerbangan panjang itu.

Jadi, apa rahasia untuk menghindari kebosanan, kantuk saat makan siang dan bermata cerah pada pukul 3 pagi?

"Yang kami tahu bahwa cahaya adalah faktor terpenting dalam jet lag," kata Dr Bin.

"Saya pikir faktor penting lainnya yang kebanyakan orang tidak bicarakan adalah perencanaan."

"Banyak orang pergi dengan penerbangan internasional tanpa memikirkan bagaimana mereka akan menyesuaikan diri. Mereka hanya menjalaninya saja."

Penelitian ini memberi tahu kami bahwa kita perlu mengubah jam tubuh kita selama berhari-hari dan bahkan berminggu-minggu sebelum naik ke pesawat.

Kemudian kita perlu terus melakukan itu, bersamaan dengan menghindari alkohol dan minum air yang cukup.

"Cara Anda merasakan, cara Anda berfungsi--secara mental melalui gerakan usus--semuanya dikendalikan oleh jam tubuh Anda," kata Steve Simpson, direktur akademis Charles Perkins Center.

Akan tetapi, jam biologis hanya bisa diatur ulang sekitar 90 menit sehari, jadi perencanaan sangat penting.

Menurut penelitian, mencari sinar matahari di tempat tujuan Anda terlalu sedikit, terlalu terlambat.

"Kita sangat baik dalam mencoba mendapatkan cahaya pada saat yang tepat, jadi cobalah pergi ke luar mencari sinar matahari di siang hari," kata Dr Bin.

"Tapi kita tak begitu baik dalam menghindari cahaya ketika seharusnya itu adalah malam hari--jadi hal-hal seperti melihat komputer, melihat ponsel Anda, semua hal itu dianggap sebagai masukan cahaya untuk sistem tubuh."

3 dari 3 halaman

2. Maskapai Bisa Membantu

Sejumlah maskapai penerbangan sedang merancang pesawat untuk memperbaiki bagaimana penumpang mengalami penerbangan panjang.

Beberapa termasuk fitur seperti tekanan kabin untuk membuat bernapas lebih mudah dan jendela yang lebih besar yang secara elektronik disinkronkan menjadi gelap atau terang dengan pencahayaan kabin.

Qantas juga mendesain ulang ruang tunggu, memperbarui menu di pesawat, dan menawarkan kelas meditasi di dalam pesawat.

"Ilmu siklus biologis benar-benar solid," kata Dr Bin.

"Kami tahu bahwa cahaya menggeser jam tubuh Anda dan kami bisa melakukannya dengan sangat baik di laboratorium - kami tidak melakukannya dengan sangat baik dalam praktik, dengan penumpang yang sebenarnya."

Qantas meminta peneliti untuk memberi masukan tentang desain pencahayaan kabin.

"Tentunya jika penerbangan semakin panjang, kita perlu menggunakan waktu di pesawat untuk mencoba dan menggeser jam tubuh, dan itu menghemat waktu Anda untuk mencoba beradaptasi di tempat tujuan," kata Dr Bin.

Contoh penggunaan cahaya untuk mengurangi efek penerbangan panjang adalah perjalanan Socceroos tahun 2017 dari Honduras ke Australia.

Tim itu memakai kacamata terapi cahaya yang dirancang oleh ilmuwan olahraga, Dr Craig Duncan.

Kacamata ini memaparkan mata ke cahaya biru-hijau yang bisa digunakan untuk mengatur pola tidur dan membantu mengatur ulang jam tubuh dengan menekan produksi melatonin, hormon yang mulai diproduksi di malam hari saat kita hendak tidur.

Para pemain mengenakan kacamata untuk tetap terjaga selama bagian pertama penerbangan -perjalanan 9,5 jam antara San Pedro Sula dan Honolulu -dan kemudian beralih ke kacamata gelap untuk memotivasi tidur selama bagian terakhir dari perjalanan.

Pesawat itu juga tetap gelap selama 10 jam ke Sydney, sehingga para pemain bisa tidur dan menggeser jam tubuh mereka lebih dekat ke waktu Sydney.

Tahap kedua dari penelitian ini melibatkan studi Kesehatan dan Kesejahteraan di Udara, di mana beberapa penumpang pada rute 17 jam dari Perth ke London akan diminta untuk memakai perangkat yang mencatat aktivitas fisik, tidur dan perubahan postur, dan untuk mengisi kuesioner tentang keadaan pikiran mereka dan apa yang mereka makan dan minum selama penerbangan.

Informasi akan dikumpulkan untuk membangun gambaran tentang bagaimana tiap orang terpengaruh.

Namun Dr Bin yakin ada lebih banyak hal yang bisa ditemukan tentang dampak penerbangan jarak jauh.

"Salah satu faktor yang hilang dari banyak penelitian adalah gagasan jet lag sebagai keletihan perjalanan, serta gangguan jam tubuh Anda, dan itu adalah sesuatu yang belum ditangani sama sekali," katanya.

"Penumpang di pesawat terpapar potensi percepatan 20 jam, getaran, perubahan kualitas udara dan tekanan udara dan tingkat oksigen, dan kami benar-benar tidak tahu apa dampaknya terhadap kelelahan dan kebugaran mereka."

"Jadi itu adalah sesuatu yang benar-benar ingin kami pelajari."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.