Sukses

Akibat Politik, Donald Trump: Rasa Suka Saya atas Musik Taylor Swift Berkurang

Akibat beda pandangan politik, Presiden AS Donald Trump mengaku rasa kagumnya terhadap penyanyi Taylor Swift berkurang 25 persen.

Liputan6.com, Washington DC - Dukungan penyanyi Taylor Swift terhadap dua anggota Partai Demokrat dalam pemilihan paruh waktu Amerika Serikat (AS) mendatang telah memicu tanggapan dari khalayak luas, termasuk Presiden Donald Trump.

Presiden AS ke-45 itu mengatakan kepada media bahwa dia menyukai "musik Taylor sekitar 25 persen lebih sedikit saat ini".

Meski tidak menyebut pasti alasannya, publik telanjur menduga pernyataan itu sebagai tanggapan atas pandangan politik Taylor Swift yang diunggah di Instagram, akhir pekan lalu.

Dikutip dari BBC pada Selasa (9/10/2018), penyanyi dan penulis lagu berusia 28 tahun itu mengaku sengaja menghindari politik selama berkarier di industri musik. Namun, "berbagai kejadian dalam dua tahun terakhir", disebut telah mengubah pikirannya.

Komentar terakhirnya yang mendukung kandidat Demokrat dipuji oleh banyak orang, tapi juga memicu reaksi keras dari pendukung Republik.

Swift memecah keheningannya terhadap politik pada Minggu 7 Oktober, di mana secara terbuka ia mendukung dua kandidat Demokrat di negara bagian Tennessee, yang merupakan kampung halamannya.

Komentar itu disampaikan pelantun "Look What You Made Me Do" itu melalui sebuah unggahan di akun Instagram miliknya, yang memiliki lebih dari 112 juta pengikut (followers).

"Di masa lalu saya enggan untuk secara terbuka menyuarakan pendapat politik saya, tetapi karena beberapa peristiwa pada hidup saya dan di dunia dalam dua tahun terakhir, saya merasa sangat berbeda tentang itu sekarang," tulisnya.

Dia terutama mengkritik kandidat Partai Republik untuk Senat Tennessee, Marsha Blackburn, atas catatan pemungutan suara tentang kesetaraan gender.

"Rekaman pemungutan suaranya di Kongres tidak begitu meyakinkan, dan membuat saya khawatir," tulis Swift, mengutip kontra politikus terkait terhadap undang-undang kesetaraan upah dan hukuman atas kekerasan domestik.

Berbicara pada hari Senin, Donald Trump berpendapat sebaliknya, menyebut Blackburn telah "melakukan pekerjaan dengan sangat baik" di negara bagian asal Taylor Swift.

"Dia (Blackburn) wanita yang luar biasa. Saya yakin Taylor Swift tidak tahu apa-apa tentang dia," kata Presiden Trump.

Kilas balik dalam twit yang pernah diunggah Donald Trump pada tahun 2012, Taylor Swift sempat digambarkannya sebagai sosok "fantastis" dan "luar biasa", serta berterima kasih padanya atas kesempatan foto bersama.

Unggahan Swift mendapat lebih dari 1,6 juta tanda suka sejak diunggah pada hari Minggu. Beberapa yang menyukai posting-an tersebut, termasuk di antaranya model Chrissy Teigen, penyanyi Katy Perry, dan aktris Reese Witherspoon.

Tennessee sendiri merupakan negara bagian yang condong ke arah Republik, dan pendapat Swift disebut dapat mengubah pandangan masyarakat di sana terhadap kandidat pemilu paruh waktu pada 6 November nanti.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Munculnya Deretan Kritik

Sementara itu, Komite Senator Nasional Republik mengkritik pendapat Taylor Swift, dan mengatakan penyanyi tersebut turun dari menara gading--kritik terhadap orang pintar tanpa kontribusi-- untuk memberitahu warga Tennessee "bagaimana cara memilih wakil rakyat".

Namun, menurut beberapa pengamat, pendapat Swift itu tidak secara terbuka mendukung kandidat manapun dalam pemilu 2016, ketika bintang-bintang lain seperti Beyonce dan Lady Gaga memberikan dukungan langsung kepada Hillary Clinton.

Pada tahun 2012, Swift mengatakan kepada majalah Time, dia tidak akan berbicara tentang politik "karena mungkin bisa mempengaruhi orang lain".

"Saya tidak berpikir bahwa saya cukup tahu untuk memberitahu orang-orang tentang siapa yang harus dipilih," katanya kala itu.

Swift sebelumnya telah dikritik karena menghindari diskusi tentang politik, dan bahkan pencarian teratas Google di waktu pemilu 2016 adalah: "Siapa yang dipilih Taylor Swift?"

Para pengamat berpendapat bahwa kenetralan politiknya membantu popularitasnya tetap terjaga dengan baik.

Namun di luar itu semua, muncul spekulasi bahwa pendapat politik taylor Swift berkaitan dengan sejarah perseteruannya dengan rapper Kanye West, yang dikenal vokal mendukung Donald Trump, dan juga terlihat beberapa kali mengenakan topi bertuliskan slogan Make America Great Again.

Perseteruan keduanya bermula sejak West menyela pidato kemenangan Swift di ajang MTV Video Music Awards 2009, di mana menyebut bahwa Beyonce lah yang lebih layak mendapat penghargaan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.