Sukses

Menlu Kolombia: Pengungsi Venezuela Bisa Capai 4 Juta pada 2021

Lebih dari 2 juta warga Venezuela mengungsi dari negeri mereka pada beberapa tahun belakangan. Mereka menyelamatkan diri dari kekurangan pangan dan obat-obatan.

Liputan6.com, Caracas - Menteri Luar Negeri Kolombia Carlos Holmes Trujillo mengatakan, pada Selasa (2/10/2018), jumlah migran Venezuela di Kolombia bisa membengkak menjadi 4 juta orang pada 2021, jika krisis di Venezuela yang sosialis itu memburuk.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (4/10/2018), lebih dari 2 juta warga Venezuela mengungsi dari negeri mereka dalam beberapa tahun belakangan untuk menyelamatkan diri dari kekurangan pangan dan obat-obatan, yang diperparah oleh krisis ekonomi dan politik.

Sekitar 1 juta orang sekarang tinggal di Kolombia yang berpenduduk 50 juta.

"Jika situasi memburuk, kita bisa bicara tentang 4 juta warga Venezuela yang hidup di Kolombia," kata Trujillo dalam suatu forum migrasi di Bogota dengan merujuk angka perkiraan dari sebuah studi pemerintah, yang katanya akan diterbitkan pekan depan.

Beberapa pemerintah di Amerika Selatan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan finansial migran itu yang sering kali tiba tanpa bekal yang memadai.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan pemerintahan Partai Sosialisnya menepiskan hitungan resmi tentang jumlah migran itu dan mengecapnya bermotif politis sebagai alasan untuk membenarkan intervensi asing dalam kekacauan yang terjadi di negerinya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Venezuela Tuduh PBB Mendramatisasi Krisis Imigran

Pemerintah Venezuela pada awal pekan ini menuduh PBB melebih-lebihkan krisis imigran di negaranya, untuk membenarkan "intervensi internasional".

Wakil Presiden Delcy Rodriguez mengatakan pemerintah Venezuela menyampaikan keberatan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, bahwa "pejabat individu" telah menggambarkan "aliran migrasi sebagai krisis kemanusiaan untuk membenarkan intervensi".

Dikutip dari Straits Times, PBB mengatakan 1,6 juta orang Venezuela telah melarikan diri dari krisis ekonomi di negara itu sejak 2015, akibat dari semakin sulitnya mencukupi kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan.

Venezuela berada di tahun keempat resesi, sementara Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi di sana akan mencapai 1 juta persen tahun ini.

Banjir imigran yang meninggalkan Venezuela untuk mencari kehidupan yang lebih baik di tempat lain, telah menyebabkan negara-negara, seperti Kolombia, Brasil, Ekuador, dan Peru menjerit di bawah tekanan, demikian tulis PBB dalam satu laporannya.

Sementara itu, berbicara pada konferensi pers, Rodriguez mengatakan para pejabat PBB telah menggunakan data dari "negara musuh", dan menyajikannya seolah-olah itu milik mereka sendiri. Meski begitu, sang wakil presiden tidak merinci siapa para pejabat atau negara-negara musuh itu.

"Krisis kemanusiaan terburuk yang sedang dihadapi dunia saat ini adalah yang disebabkan oleh Nato dan negara-negara Uni Eropa di Afrika dan Timur Tengah," ucap Rodriguez, yang menyerukan kepada diplomat Uni Eropa atas Federica Mogherini untuk membasmi "berita palsu."

Di lain pihak, sekitar 13 negara Amerika Latin memulai pertemuan dua hari di Kota Quito pada Senin, 2 September, untuk membahas krisis imigran Venezuela, termasuk respons regional dan permohonan untuk pendanaan dari luar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.