Sukses

Ilmuwan: Ada 3 Hal yang Memperburuk Bencana Tsunami di Teluk Palu

Menurut para ilmuwan, bencana tsunami di Teluk Palu kemungkinan diperburuk oleh tiga hal berikut.

Liputan6.com, Palu - Para ilmuwan mengatakan bahwa gelombang tsunami yang menghantam Donggala, Sigi, dan Palu pada Jumat, 28 September, diketahui memiliki kekuatan lebih besar dari gempa yang memunculkannya.

Namun, disebutkan pula bahwa faktor-faktor lain, termasuk bentuk teluk yang panjang dan sempit, berkonspirasi menciptakan gelombang monster.

Setidaknya 1.234 orang telah diketahui tewas dalam bencana itu versi BNPB. Para pejabat mengatakan bahwa total korban seluruhnya kemungkinan akan meningkat menjadi ribuan jiwa, demikian sebagaimana dikutip dari kantor berita AFP pada Selasa (2/10/2018).

Gempa berkekuatan magnitudo 7,4, yang terjadi ketika banyak orang sedang berada di masjid pada waktu petang, menghancurkan banyak bangunan di Palu dan sekitarnya.

Namun, menurut peneliti, gempa tersebut merupakan pertemuan kondisi geofisika yang tidak mungkin memunculkan tsunami lokal, menghanyutkan banyak struktur lain, dan tentu saja menambah biaya manusia.

Namun, dilihat dari karakter gempa yang terjadi, banyak ilmuwan menyebut bahwa dampak tsunami seharusnya tidak sebesar yang terjadi di lapangan.

"Dalam sebagian besar kasus, tsunami dihasilkan oleh apa gempa dorong, yang menciptakan perpindahan vertikal besar-besaran dari dasar laut," kata Baptiste Gombert, seorang ahli tektonik di Departemen Ilmu Bumi Universitas Oxford.

Tsunami Palu, sebaliknya, dihasilkan oleh sesar mendatar, di mana potongan-potongan kerak bumi bergerak di atas atau di bawah, satu sama lain di sepanjang bidang horizontal.

"Sesar strike-slip cenderung tidak menghasilkan tsunami karena mereka tidak mengangkat dasar laut terlalu banyak," kata Cunneen.

Jadi, apa yang menyebabkan gelombang mematikan itu? Setidaknya tiga faktor, para ahli mengatakan kepada AFP, yakni longsor bawah laut, ukuran dan lokasi gempa, serta ekuivalen bawah laut akibat tekanan longsor.

 

* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Kitabisa.com mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.

 

 

Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.

wajib pakai di semua artikel baru

 

Simak video pilihan berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Longsor Bawah Laut

Ilmuwan menyebut longsor bawah laut sebagai kemungkinan terbesar saat ini, di mana kemungkinan tsunami semakin diperkuat oleh saluran air laut yang memasuki teluk panjang, dan berakhir dengan simpul mati pada dataran rendah Kota Palu.

"Bentuk teluk pasti memainkan peran utama dalam memperkuat ukuran ombak," kata Anne Socquet, seorang ahli gempa di Institut Ilmu Bumi di Grenoble, Prancis, yang telah mempelajari kesalahan seismik di kawasan itu.

"Teluk itu bertindak seperti corong ke mana gelombang tsunami masuk," lanjutnya.

Saat teluk menyempit dan menjadi lebih dangkal, air didorong dari bawah dan ditekan secara bersamaan dari kedua sisinya.

3 dari 4 halaman

Ukuran dan Lokasi Gempa

Menurut ilmuwan, magnitudo 7,7 adalah gempa berkategori kuat, dan hanya sedikit kejadian yang tercatat setiap tahunnya.

"Gempa yang menghantam Palu berada di kedalaman dangkal, yang berarti perpindahan dasar laut menjadi lebih besar," kata Gombert.

Untuk membuat segalanya lebih buruk, gempa tersebut terjadi dekat dengan wilayah pantai, meninggalkan sedikit waktu dan jarak bagi gelombang untuk menghilang.

4 dari 4 halaman

Diperbesar oleh Ekuivalen Longsor Bawah Laut

Bukti tidak langsung menunjukkan bahwa tsunami Sulawesi Tengah diperbesar oleh ekuivalen bawah laut akibat tanah longsor.

"Gempa bumi mungkin menyebabkan tanah longsor di bawah laut dekat mulut teluk, atau bahkan di dalam teluk itu sendiri," kata Cunneen, mencatat dinding-dinding tanah yang curam di jalur perairan pesisir setempat.

Fenomena tersebut akan membantu menjelaskan mengapa ombak datang begitu besar di dekat Palu, tetapi jauh lebih kecil di daerah sekitarnya.

"Peristiwa seperti itu sangat sulit diprediksi dengan sistem peringatan tsunami kami saat ini, yang bergantung pada perkiraan cepat dari besaran gempa bumi dan lokasi," Cunneen menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.