Sukses

WNI di Amerika Buat Jamu Tradisional dan Sambal Mendunia

Warga Negara Indonesia, Morsinah Katimin, memperkenalkan jamu tradisional dan sambal kepada publik Amerika Serikat lewat produknya yang diberi nama 'Sajen'.

Liputan6.com, San Francisco - Warga Negara Indonesia (WNI), Morsinah Katimin, memperkenalkan jamu tradisional dan sambal kepada penduduk Amerika Serikat. Nama produknya pun terbilang unik, yakni "Sajen".

Sebutan ini terinspirasi dari zaman kecil Morsinah. Kata wanita paruh baya ini, dahulu kala sewaktu dia masih kanak-kanak, dia kerap mengamuk saat sedang marah. Itulah awal mula munculnya "Sajen".

Morsinah, diaspora Indonesia yang menetap di San Francisco, menawarkan empat rasa jamu yang dijual dengan harga US$ 5 atau sekitar Rp 70 ribu untuk satu botol, yaitu kunyit, jahe kunyit, cengkeh kayumanis, dan jahe lengkuas. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (29/9/2018).

"Sambal sedang naik daun di Amerika. Banyak warga Amerika, yang sudah pernah pergi ke Indonesia, menyukai sambal. Akan tetapi, mereka tidak tahu bagaimana cara membuatnya," ujar Morsinah.

Upaya Morsinah memperkenalkan sambal ke publik di Negeri Paman Sam tidak sia-sia. Pada tahun 2018, sambal sate buatannya berhasil memperoleh penghargaan "Good Food".

Morsinah yang merupakan lulusan Universitas Colombia, New York, dulunya bekerja sebagai konsultan di berbagai anak badan dunia PBB. Ia terjun ke dunia wirausaha pada tahun 2010 dengan bantuan La Cocina, organisasi nirlaba yang mengelola dapur bersama untuk usaha rintisan di bidang kuliner.

La Cocina menyediakan ruang dapur komersial, bantuan teknis dan bisnis, serta akses ke peluang pasar dan penjualan.

"Kami kebanyakan membantu imigran perempuan, warga non kulit putih dan mereka yang jarang memperoleh kesempatan kepemilikan bisnis pada industri makanan," jelas Leticia Landa, Wakil Direktur La Cocina.

Morsinah --yang berasal dari Parakan, Jawa Tengah-- adalah orang Asia dan Indonesia pertama yang menjadi peserta program pelatihan di La Cocina hingga tahun 2014. Berbekal pengalamannya ikut dalam program pelatihan di lembaga tersebut, Morsinah memberanikan diri terjun ke industri makanan.

Awalnya, dia tidak mau menjual jamu, karena dianggapnya kuno. Tapi ia berubah pikiran setelah mempelajari banyaknya khasiat minuman tradisional ini dan mendapat dukungan dari Leticia yang menekankan bahwa produk jamu Morsinah dianggap unik, serta pantas dilempar ke pasaran. Rasanya pun enak.

Dalam mempromosikan sambal produksinya, Morsinah selalu menekankan kalau sambal adalah makanan leluhurnya dari Indonesia, yang dijualnya dengan harga sekitar Rp 100 ribu.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kampungan, Namun Memberi Kebanggaan

Meracik jamu dan sambal membuat Morsinah belajar banyak mengenai kebudayaan Indonesia. Makanan yang awalnya dianggap kampungan, seperti namanya, kini memberinya kebanggaan tersendiri.

"Nama saya Morsinah, kan. Memang dari kecil saya diberi nama Morsinah, Morsinah itu, kan, nama kampungan. Nama bapak saya Katimin, itu pun saya terlalu bangga sekarang. Dulunya saya nggak senang. Aduh, namanya kampungan banget gitu loh. Tapi sekarang, semakin tua, saya menjadi semakin bangga dengan warisan budaya saya," ucapnya.

Sebelum memutuskan menggunakan nama "Sajen" untuk produknya, Morsinah awalnya sempat ingin memakai nama "Kampung Food and Drinks".

"Tapi orang-orang focus group (di La Cocina) kurang setuju, karena menurut mereka untuk membuat sebuah merek, kamu harus mencari kata yang amat singkat, terdiri dari lima huruf atau kurang," jelasnya.

Sementara itu, Morsinah bercita-cita mengembangkan dapur bersama, semacam "La Cocina" di Indonesia, dan bekolaborasi dengan produsen di Indonesia untuk mempopulerkan gula aren di Amerika.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.