Sukses

Demi Hasilkan Daging yang Lezat, Restoran Ini Gunakan Ganja untuk Merebus Lobster

Salah satu pemilik restoran di Maine, Amerika Serikat, meniupkan asap ganja ke seluruh permukaan tubuh lobster sebelum merebusnya.

Liputan6.com, Maine - Selama beberapa dekade, pencinta makanan laut (seafood) umumnya mengetahui bahwa cara terbaik untuk mendapatkan daging lobster yang lezat adalah dengan merebusnya hidup-hidup di dalam air mendidih.

Namun, salah satu restoran di Maine, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa para kokinya menggunakan trik khusus untuk membuat daging lobster gurih. Sebelum memasukkan ke dalam panci yang berisi air mendidih, juru masak meniupkan asap ganja di seluruh permukaan tubuh hewan dengan nama latin Nephropidae ini.

Pemilik restoran Charlotte’s Legendary Lobster Pound di Southwest Harbor, Charlotte Gill, menuturkan bahwa cara ini bisa membius lobster agar binatang laut tersebut tidak merasakan sakit ketika direbus hidup-hidup. Selain itu, ganja dianggapnya bisa membahagiakan lobster saat menemui ajal.

Gill, yang juga merupakan pendukung hak-hak binatang dan telah memiliki restoran itu selama tujuh tahun, mengatakan kepada media setempat Mount Desert Island bahwa banyak konsumen mengeluhkan tentang cara para koki ketika memasak lobster hidup-hidup.

Namun, sejak dia kemudian menemukan cara baru --dengan melibatkan ganja-- dan dianggap ampuh untuk "membunuh" lobster, para pelanggan mulai meyakini trik tersebut dan dianggap lebih manusiawi.

"Hewan itu akan dibunuh dengan cara yang jauh lebih manusiawi untuk membuatnya menjadi lebih baik," tutur Gill, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (21/9/2018).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Layak Diterapkan di Seluruh Restoran Seafood

Polemik tentang "apakah lobster atau spesies terkait lainnya merasakan sakit seperti yang kita pikirkan ketika drebus hidup-hidup" telah membuat penasaran para peneliti dan koki tradisional.

Seperti yang ditulis oleh penulis terkenal asal Amerika, David Foster Wallace, dalam esainya berjudul "Consider the Lobster", menggarisbawahi bahwa inti dari makan lobster dan hewan sejenisnya adalah hanya satu: makan.

"Apakah tidak apa-apa untuk merebus makhluk hidup dalam keadaan belum mati demi kesenangan kita?" katanya.

Awal tahun ini sebuah undang-undang yang disahkan di Swiss telah melarang merebus lobster yang masih hidup.

Dr Robert Elwood, seorang emeritus (pensiunan profesor) yang pernah meneliti tentang perilaku hewan di Queen's University Belfast, adalah salah satu ilmuwan yang telah melakukan eksperimen terkait lobster sepanjang kariernya.

Menurut dia, lobster memang tidak merasakan rangsangan sakit, seperti panas, tetapi tidak jelas apakah itu hanya refleks sesaat atau berlanjut, sebab sistem saraf hewan crustacea ini sangat berbeda dari manusia.

"Kami tidak dapat membuktikan rasa sakit pada spesies hewan apa pun. Anda hanya dapat melakukan studi dan jika mereka konsisten dengan rasa sakit, Anda mulai berpikir bahwa mungkin kita harus memberi mereka manfaat dari rasa sakit itu," kata Elwood.

Sedangkan kata Gill, yang memegang lisensi ganja legal dari pemerintah, tetap yakin bahwa cara yang digunakannya layak diaplikasikan di seluruh restoran seafood.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.