Sukses

20-9-1881: Sosok yang Dianggap Tak Pantas Disumpah Jadi Presiden Amerika Serikat

Chester A. Arthur disumpah menjadi Presiden Amerika Serikat pada 20 September 1881, setelah pendahulunya tewas akibat luka tembak.

Liputan6.com, New York - Chester A. Arthur tak pernah dipilih rakyat menjadi presiden Amerika Serikat, namun, pada 20 September 1881, ia mengangkat sumpah sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam.

Malam sebelumnya, saat berada perpustakaan di lantai dua rumahnya yang megah, kabar duka sampai ke telinga Arthur. Presiden James A. Garfield meninggal dunia.

Sebagai wakil presiden, ia harus menggantikan posisi kepala negara dan kepala pemerintahan AS yang lowong.

Upacara penyumpahannya sebagai Presiden ke-21 AS dilakukan di kediamannya yang terletak di 123 Lexington Avenue, New York, bukan Washington DC. Arthur menjadi yang kedua, setelah George Washington, yang disumpah di kota berjuluk Big Apple itu. Baru dua hari kemudian ia mengulang sumpahnya di Gedung Capitol di Washington DC.

Takdir yang membawa Chester A. Arthur ke kursi orang nomor satu AS. Dua bulan sebelumnya, Presiden Garfield ditembak dari belakang. Pelakunya adalah Charles Guiteau, pria 40 tahun yang melakoni banyak profesi: pengacara, penagih utang, salesman, pengkhotbah, aktivis politik -- yang nyaris selalu gagal, termasuk dalam pernikahan.

Hari itu, pada 2 Juli 1881, pelaku yang sudah mengintai sang kepala negara selama beberapa pekan, menanti targetnya di dalam stasiun kereta. Saat Presiden Garfield memasuki ruangan, bersama Menteri Luar Negeri James G. Blaine, pelaku menembakkan dua peluru dari belakang.

Satu peluru yang ditembakkan Guiteau mengenai lengan sang presiden. Lainnya menerjang punggung, menjatuhkan korban ke tanah.

Saat polisi membekuknya, Guiteau berteriak, "Saya seorang Stalwart (loyalis) dan Arthur sekarang menjadi presiden," kata dia seperti dikutip dari smithsonianmag.com.

Presiden Garfield, yang baru menjabat empat bulan, meninggal dunia 79 hari kemudian.

Pengambilan sumpah Chester A. Arthur sebagai Presiden Ke-21 AS pada 20 September 1881 (Wikipedia/Public Domain)

"Ketika Presiden James Garfield ditembak, tidak ada seorang pun di Amerika Serikat yang lebih cemas daripada Wakil Presiden, Chester Arthur. Selama bertahun-tahun, Arthur dianggap tidak layak untuk memerintah, tidak hanya oleh para kritikus dan sesama warga, tetapi juga oleh hati nuraninya sendiri," demikian dikutip dari buku The Unexpected President: The Life and Times of Chester A. Arthur, karya Scott S. Greenberger.

Chester Arthur menjadi presiden di tengah era di mana perkembangan teknologi menciptakan kekayaan besar di Amerika Serikat -- tapi hanya untuk beberapa orang terpilih. Kesenjangan antara kaya dan miskin menganga lebar.

"Perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang superkaya mengerahkan pengaruh mereka yang luar biasa pada proses politik, menggunakan uang dan pelobi untuk membengkokkan kebijakan pemerintah demi keuntungan mereka." Caranya, dengan menciptakan mesin politik.

Chester A. Arthur adalah produk mesin politik, bukan kehendak publik. Ia adalah seorang Republikan, tajir melintir, yang mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dari transaksi real estat yang konon tak jujur.

Para elite di kota-kota besar pun merasa khawatir. Mereka mengejek presiden baru sebagai sosok yang tidak layak menempati Oval Office.

"Mereka mengatakan dia korup, penjahat yang harusnya menghuni penjara, bukan Gedung Putih. Bahkan beberapa orang di sekitarnya takut bahwa dia tidak seimbang secara mental, dan bahwa dia mungkin berada di ambang kejatuhan emosional," demikian dikutip dari Bloomberg.

The New York Times bahkan menyebutnya sebagai, "orang terakhir yang akan dianggap memenuhi syarat untuk jadi presiden."

Benarkah Chester A. Arthur sedemikian bobroknya sebagai Presiden Amerika Serikat?

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Performa Mengejutkan

Sebagai presiden, performa Chester A. Arthur ternyata mengejutkan banyak orang. Terutama dalam mengatasi keberpihakan.

Dia berbalik melawan kelompok Stalwart dan bekerja untuk menyatukan partainya. Ia membuat banyak janji non-partisan, dan melanjutkan pekerjaan Presiden Rutherford B Hayes dan Garfield untuk mereformasi layanan sipil.

Dia mendukung penuntutan atas serangkaian kasus penipuan di Departemen Kantor Pos. Pada tahun 1883, ia menandatangani Undang-Undang Pendleton yang merupakan tonggak penting dalam menciptakan layanan sipil yang profesional dan non-partisan.

Selebaran kampanye James A. Garfield dan Chester A. Arthur (Wikipedia/Public Domain)

Pada bulan Desember 1884, Arthur menandai awal zaman listrik dengan menyalakan mesin di pameran North, Central and South American di New Orleans dengan menekan sebuah tombol di Gedung Putih. Dua bulan kemudian, ia mempersembahkan Monumen Washington yang akhirnya rampung dibangun.

Namun, Partai Republik menolak untuk mencalonkan kembali Arthur pada Pilpres 1884.

Dia adalah seorang presiden yang dihormati dan populer, tetapi ia dianggap tak loyal oleh partainya sendiri. Pada 1885, Chester Arthur pensiun dan kembali ke kediamannya di New York City.

Pada tahun yang sama, ia gagal memenangkan nominasi Partai Republik untuk jabatan senator dari New York. Dia berencana untuk melanjutkan praktik hukumnya, namun masalah kesehatan menggagalkan niatnya itu. Dia meninggal di rumahnya pada November 1886.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.