Sukses

Memilukan, 6 Pesan Terakhir Korban Tragedi 9/11 Sebelum Ajal Menjemput

Salah satu keluarga korban tragedi 11 September 2001 atau 9/11 tersebut mengungkap kisah haru di balik pesan terakhir dari yang terkasih. Rekaman suara menjelang ajal menjemput pun beredar.

Liputan6.com, New York - 11 September 2001 atau 9/11 tercatat sebagai momen tragedi teror terbesar sepanjang sejarah. Saat itu gedung kembar yang menjadi pusat bisnis Amerika Serikat, World Trade Center runtuh dihantam dua pesawat.

Satu pesawat lainnya dijatuhkan di Markas Militer AS, Pentagon.

Tragedi 9/11 mengakibatkan sekitar 3.000 orang tewas, termasuk 400 petugas penyelamat yang tengah mengevakuasi korban, ikut kandas terbenam di lokasi. Hampir semua mata tertuju pada pesawat yang menghantam dan gedung yang runtuh.

17 tahun berlalu, salah satu keluarga korban tragedi tersebut mengungkap kisah haru di balik pesan terakhir dari yang terkasih. Sementara lainnya beredar rekaman percakapan menjelang ajal menjemput mereka.

Berikut kisahnya yang Liputan6.com rangkum dari News.com.au, Selasa (11/9/2018):

1. Selamat tinggal sayang...

Beberapa saat sebelum pesawat United Airlines Flight 175 menabrak World Trade Center pada 11 September 2001, seorang penumpang meninggalkan pesan suara untuk istri yang ditinggalkannya di Massachusetts, Amerika Serikat.

"Jules, ini Brian. Dengar, saya berada di pesawat terbang yang telah dibajak," kata Brian Sweeney, konsultan aeronautika berusia 38 tahun dan mantan pilot Angkatan Laut.

"Jika sesuatu tidak berjalan dengan baik, dan sepertinya memang terlihat demikian, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu."

"Aku ingin kamu melakukan hal baik, bersenang-senang -- sama seperti orangtuaku dan semua orang -- dan aku sangat mencintaimu ..."

"Selamat tinggal sayang. Aku berharap bisa menghubungimu lagi".

Sweeney menelepon ibunya untuk mengatakan dia mencintainya, dan mengatakan padanya para penumpang berencana untuk melawan.

"Mereka mungkin kembali ke sini," katanya. "Saya mungkin harus pergi. Kami akan mencoba melakukan sesuatu."

Tiga menit kemudian, pesawat itu jatuh ke lantai atas South Tower.

Pesan suara itu adalah salah satu pesan terakhir memilukan yang bisa didengar pengunjung museum 9/11 di New York melalui telepon yang dipasang di dinding.

Di museum itu terdapat sejumlah rekaman kata-kata terakhir dari penumpang, awak dan pekerja kantor yang termasuk di antara 2.996 korban tewas ketika teroris membajak pesawat dan menabrakkannya ke Menara Kembar, Pentagon dan sebuah lapangan di Pennsylvania.

Dalam rekaman itu, suara mereka menyiratkan rasa ketakutan yang amat sangat karena menyadari akan mati, tapi di lain sisi mencoba menenangkan dan menghibur orang-orang terkasih.

Rekaman itu mungkin adalah salah satu rekaman paling menyedihkan yang pernah Anda dengar.

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rekaman dari Layanan Darurat

2. Aku kepanasan...

Mimpi Melissa Doi menjadi seorang ballerina kandas akibat tragedi 11 September 2001. Lulusan Universitas Northwestern yang bekerja sebagai manajer di IQ Financial Systems itu terjebak dalam gedung yang jadi target para militan.

Rekaman suaranya menjadi bukti detik-detik terakhir sebelum ajal menjemput. Saat ia menghubungi layanan darurat 911 dari lantai 83 Menara Selatan, 2 World Trade Center.

Doi: Di sini sangat panas ... saya tak bisa merasakan udara lagi!

911: OK ...

Doi: Yang saya lihat hanyalah asap.

Doi: Oke sayang, saya minta maaf, tunggu sebentar, tetap tenang dengan saya, tetap tenang, dengarkan, dengarkan, saya sedang merekam percakapan ini, tunggu sebentar ...

Doi: saya akan mati, bukan?

911: Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, cobalah untuk berdoa bu

Doi: saya akan mati.

911: Anda harus berpikir positif, karena Anda harus saling membantu untuk turun dari lantai itu.

Doi: saya akan mati.

911: Sekarang tetap tenang, tetap tenang, tetap tenang, tetap tenang.

Doi: Tuhan Tolong ...

Rekaman suara Doi kemudian terputus.

3. Aku belum siap mati...

Kevin Cosgrove ada di lantai 105 gedung yang sama ketika dia menelepon layanan darurat dari kantor pada pukul 9.54 pagi. Ayah tiga anak berusia 33 tahun itu terperangkap di kantor bersama rekan kerja Doug Cherry.

Mereka mencoba untuk bernapas di tengah kepulan asap hitam yang begitu tebal di bangunan tempat kerjanya.

Cosgrove: Nyonya, ada dua orang di kantor ini. Kami belum siap untuk mati tetapi kondisinya semakin buruk.

911: Kami menuju ke sana.

Cosgrove: ... Ada asap yang sangat tebal.

911: Duduklah di tempat yang aman dan kami akan menghubungi Anda sesegera mungkin.

Cosgrove: Saya tahu Anda memiliki banyak orang di dalam gedung tetapi kami berada di atas. Asapnya juga naik. Ayolah, saya hampir tidak bisa bernapas sekarang - tidak bisa melihat. Benar-benar dalam kondisi buruk, semuanya hitam. Kami pria muda, belum siap untuk mati.

911: Halo?

Cosgrove: Halo ... ada tiga orang di sini, dua jendela rusak ... Ya Tuhan - oh!

Panggilan teleponnya berakhir tiba-tiba, lalu terdengar suara jeritan dan puing-puing jatuh saat panggilan terputus.

3 dari 3 halaman

Pesan Terakhir 2 Pramugari

4. Aku selalu mencintaimu...

Melissa Harrington Hughes baru satu hari di New York untuk urusan bisnis. Saat terjebak di gedung itu, dia menghubungi suaminya, Sean di San Francisco.

Sambil terisak, ia menyampaikan pesan terakhir kepada pasangan hidupnya.

"Aku hanya ingin memberi tahu bahwa aku mencintaimu dan tengah terjebak di gedung ini di New York," katanya di pesan suara untuk sang suami.

"Ada banyak asap dan aku hanya ingin kamu tahu aku selalu mencintaimu."

5. Maafkan Aku...

Ceece Lyles adalah seorang pramugari yang bekerja di pesawat United Airlines Penerbangan 93. Ketika pesawat itu dibajak pada 11 September, ibu empat anak itu menelepon ke rumah dua kali, tetapi tidak dapat menghubungi suaminya yang seorang polisi karena sedang tidur setelah tugas malam.

United 93 adalah pesawat tempat para penumpang dan awak pesawat memutuskan untuk melawan para pembajak, dan ketika bentrokan terjadi kapal terbang itu jatuh di Pennsylvania, hanya 200 kilometer barat laut Washington, DC.

Diyakini mereka mencegah tragedi yang lebih buruk, dan lagi banyak nyawa hilang.

"Hai sayang," kata Lyles di layanan pesan suara-nya. "Saya - sayang, kamu harus mendengarkanku dengan baik. Aku berada di pesawat yang dibajak. Aku di pesawat, menelepon dari pesawat.

"Aku ingin memberitahumu bahwa aku mencintaimu. Tolong beri tahu anak-anak bahwa aku sangat mencintai mereka. Maafkan aku sayang.

"Aku tak tahu harus berkata apa. Ada tiga orang, mereka telah membajak pesawat ... pesawat berbalik dan aku mendengar bahwa pesawat diterbangkan ke World Trade Center."

"Aku berharap melihat wajahmu lagi, sayang. Aku cinta kamu. Selamat tinggal."

6. Kami tak bisa bernapas...

Betty Ong adalah pramugari di American Airlines Flight 11 dari Boston ke Los Angeles, pesawat pertama yang dibajak.

Dia menelepon American Airlines dan Nydia Gonzalez (AAL), agen yang beroperasi, menggunakan Airfone di belakang pesawat. Ini bagian dari percakapan terakhirnya.

Ong: Kokpit tidak menjawab. Ada yang ditikam di kelas bisnis, dan saya pikir ada zat kimia yang membuat kami tak bisa bernapas. Saya tak tahu, saya pikir kita dibajak ... nama saya Betty Ong. Saya Nomor 3 di Penerbangan 11.

AAL: ... Bisakah Anda menggambarkan orang itu, yang ada di kelas bisnis?

Ong: Saya - saya duduk di belakang, seseorang kembali dari kelas bisnis. (Hening) Jika Anda dapat bertahan selama satu detik, mereka akan kembali...

Latar: Saya tidak tahu, tetapi Karen dan Bobby ditikam.

Ong: Kami - Nomor 1 kami ditikam. Kepala pramugari kami ditikam. Ah, tidak ada yang tahu siapa yang menikam siapa dan kita bahkan tidak bisa naik ke kelas bisnis sekarang karena tidak ada yang bisa bernapas. Nomor 1 kami - ditikam sekarang. Dan Nomor 5. Penumpang kelas satu kami itu, pramugari kapal kelas satu dan kepala pramugari kami telah ditusuk dan kami tidak bisa sampai ke kokpit, pintu tidak bisa terbuka. Halo? ... Adakah yang bisa naik ke kokpit? Kita bahkan tidak bisa masuk ke kokpit. Kami tidak tahu siapa yang ada di sana.

AAL: Jika mereka cerdas, mereka akan menutup pintu, dan -

Ong: Saya minta maaf?

AAL: Apakah mereka tidak membuat kokpit steril?

Ong: Saya pikir orang-orang itu di sana. Mereka mungkin pergi ke sana - pintunya macet ... Tak ada yang bisa menghubungi kokpit. Kami bahkan tidak bisa masuk ke dalam.

(American Airlines menyampaikan informasi ke saluran darurat)

AAL: Apa yang terjadi, Betty? Betty, bicaralah padaku. Betty, kamu di sana? Betty? (Hening) Apakah kami terputus? Ok, sepertinya demikian ...".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.