Sukses

Keputusan Brexit Ancam Kelestarian Populasi Paus dan Burung, Kenapa?

Proyek pelestarian populasi kura-kura, paus, dan burung kian terancam mendekati tenggat waktu Brexit.

Liputan6.com, London - Paus yang bermigrasi melintasi Samudra Atlantik, kura-kura di Karibia dan hutan musiman di Kepulauan St Helena, semuanya terancam oleh proyek konservasi Uni Eropa, yang akan berhenti setelah keputusan Brexit.

Menyusul laporan tentang Kepulauan Falkland, kawanan penguin memasuki perairan yang bermasalah saat pendanaan Eropa mengering. Konservasionis di luar wilayah Inggris telah memberi peringatan tentang dampak lebih luas dari uang yang hilang ini.

Karena statusnya yang tidak biasa, bukan bagian dari Inggris atau negara merdeka, wilayah ini tidak dapat mengakses sebagian besar pendanaan domestik dan internasional, demikian sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Senin (10/9/2018).

Hal ini berarti uang Uni Eropa adalah satu-satunya harapan, yang hanya mendukung sekitar sepertiga dari upaya konservasi terkait. Belum ada rencana untuk menutupi kekurangan yang akan muncul, ketika proyek yang tengah berjalan akhirnya usai.

Membentang dari Wilayah Antartika Inggris ke Kepulauan Cayman, 14 wilayah Inggris di luar negeri adalah rumah bagi ratusan makhluk yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.

"Masih banyak yang belum diketahui tentang wilayah mereka, kecuali perbatasan," kata Jonathan Hall, yang memimpin operasional perlindungan konservasi luar negeri oleh Lembaga Perlindungan Burung Kerajaan Britania Raya (RSPB).

"Tetapi mereka memiliki setidaknya 1.500 spesies unik, dibandingkan dengan Inggris yang memiliki sekitar 90."

Banyak hewan dan tumbuhan yang ditemukan di wilayah ini sangat terancam punah, dan para ilmuwan memperkirakan ada lebih dari 2.000 spesies yang masih menunggu ditemukan di hutan dan laguna mereka.

Karena tanggal Brexit hampir tiba, pemerintah Inggris berjanji untuk terus mendukung proyek-proyek yang sedang berlangsung di daerah-daerah konservasi ini. Tetapi, di lain pihak, kelompok lingkungan setempat khawatir tentang bagaimana mereka akan tetap bertahan.

"Ini adalah masalah besar,” kata Charlie Butt, manajer program wilayah Karibia di RSPB. "Hilangnya sepertiga pendanaan akan menjadi bencana besar dari perspektif konservasi."

Untuk area kerjanya, Butt bertugas memimpin pengawasan terhadap upaya membasmi spesies invasif, seperti tikus dan iguana hijau, dari wilayah Karibia Inggris.

Sementara itu, Dr Esther Bertram dari Falklands Conservation mengatakan, hilangnya pendanaan mengancam upaya untuk memantau paus sei yang sulit ditangkap, dan kerap melintasi perairan pantai pulau itu.

Saat ini, perusahaan minyak Inggris memindahkan operasi ke wilayah tersebut, dan penelitian diperlukan untuk memastikan mereka menghindari rute migrasi paus yang sensitif.

Ditambahkan oleh De Bertram, Uni Eropa telah melangkah untuk mencoba mengatasi kekosongan terkair, namun para pemerhati lingkungan masih khawatir Brexit akan membawa upaya konservasi tersebut mundur. 

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inggris Berkomitmen Terus Mengawal Pelestarian Lingkungan

Farah Mukhida, yang memimpin Perlindungan Nasional Anguilla, dan mengawasi proyek-proyek pada pelestarian populasi penyu dan iguana di pulau yang rentan di Karibia, mengatakan kebijakan Brexit justru memicu peluang masalah lain di masa depan.

"Kami benar-benar kecewa, dan sungguh memalukan bahwa wilayah luar negeri Inggris tidak benar-benar memiliki suara di Brexit, padahal mereka membawa paspor Inggris," katanya.

Mukhida mengatakan ada kecenderungan di Inggris untuk mengabaikan tanah yang jauh tersebut. Ada pula yang mengatakan bahwa lingkungan di wilayah luar negeri, telah ditinggalkan dengan "tanda tanya besar" oleh Inggris.

Menanggapi kekhawatiran ini, juru bicara pemerintah Inggris mengatakan: "Sebagaimana ditetapkan dalam rencana lingkungan 25 tahun, kami tetap berkomitmen mengambil tindakan untuk memulihkan spesies yang terancam, ikonik atau bernilai ekonomi penting, serta untuk mencegah kepunahan yang disebabkan manusia atau kehilangan yang diketahui, spesies terancam di wilayah luar negeri kita."

"Kami mengakui betapa pentingnya lingkungan yang unik ini, dan sedang mempertimbangkan bagaimana pendanaan lingkungan bagi mereka dapat diberikan setelah kami meninggalkan Uni Eropa," lanjut juru bicara terkait.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.