Sukses

Tomatina, Festival Perang Tomat di Spanyol yang Seru Untuk Dikuti

Beberapa pengunjung mengenakan kacamata hitam atau bahkan kacamata renang untuk melindungi mata mereka dari lumuran cairan tomat.

Liputan6.com, Bunol - Ribuan pengunjung saling melemparkan 145 ton tomat untuk merayakan festival tahunan Tomatina yang berlangsung di Bunol, sebuah kota di timur Spanyol, Rabu 29 Agustus kemarin.

Tepat pukul 11 pagi waktu setempat, kembang api dinyalakan untuk menandai dimulainya perang makanan masal, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (1/9/2018).

Dan hanya dalam beberapa jam, enam truk yang dipenuhi tomat yang sudah terlalu matang melintas di jalan utama kota kecil itu untuk membagikan amunisi perang kepada para pengunjung.

Beberapa pengunjung mengenakan kacamata hitam atau bahkan kacamata renang untuk melindungi mata mereka dari lumuran cairan tomat yang dilemparkan oleh pengunjung lain.

Kabarnya, Tomatina dimulai dari acara spontan di antara para penduduk desa pada 1945. Namun pada 1950an, ketika puncak masa pemerintahan dictator Jenderal Francisco Franco, festival ini sempat dilarang.

Sekarang, festival tahunan ini menarik perhatian tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga wisatawan mancanegara.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Tomat, Aksi Protes Rusia atas Produk Eropa

Pusat Kota Amsterdam di Dam Square pada Minggu 14 September 2014 waktu setempat penuh dengan lelehan buah tomat hancur. Karena baru saja digelar acara perang tomat yang terinspirasi dari Festival La Tomatina di Spanyol.

Perang tomat , ini bukan festival bersenang-senang seperti di Spanyol. Namun, hal ini merupakan protes terhadap boikot Rusia atas produk Eropa.

Karenanya penyelenggara menggunakan 120 ribu buah tomat yang terlalu matang atau nyaris busuk dan telah dinyatakan tak layak dikonsumsi manusia. Namun kebanyakan peserta mengaku berpartisipasi karena ingin bersenang-senang.

Sebanyak 1.000 tiket dengan harga 15 Euro berhasil terjual. Dari hasil penjualan tersebut, pihak penyelenggaraan akan memberikan pada para petani tomat yang terkena dampak boikot Rusia atas produk Eropa.

Sementara itu, sisa tomat dan sampah dikumpulkan dan dibawa ke fasilitas produksi biogas setempat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.