Sukses

Eks Asisten Mengaku Punya Bukti 'Rahasia Kotor' Gedung Putih Era Donald Trump

Mantan asisten Presiden AS Donald Trump mengaku memiliki rekaman tentang "rahasia kotor" di Gedung Putih.

Liputan6.com, Washington DC - Mantan asisten Donald Trump, Omarosa Manigault-Newman mengatakan bahwa buku barunya akan mengungkapkan "banyak hal yang sangat korup terjadi di Gedung Putih", menyusul momen ketika ia merilis rekaman audio dari percakapan yang jelas dengan sang majikan, di mana menurutnya, menunjukkan presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 itu mungkin tidak menyadari apa yang sedang terjadi di kantornya sendiri.

Newman, yang dikenal sebagai Omarosa setelah penampilannya di reality show The Apprentice pada tahun 2004, mengatakan bahwa buku "Unhinged" akan "meniup peluit" alias menguak tentang bagaimana staf senior diduga beroperasi.

Dia berbicara pada acara televisi Today, awal pekan ini, mengatakan Donald Trump mungkin "tidak tahu apa yang terjadi" di Gedung Putih, dan sering "terlalu mengkhawatirkan orang Amerika".

Dikutip dari CNN pada Selasa (14/8/2018), hal itu ia ungkapkan dari sebuah rekaman audio panggilan telepon antara dirinya dan Presiden Trump, pada Desember 2017, beberapa waktu sebelum dipecat dari pos Gedung Putih sebagai penghubung ke komunitas Afrika-Amerika.

"Jenderal Kelly mendatangi saya dan mengatakan bahwa Anda ingin saya pergi," kata Omarosa kepada presiden.

"Tidak ... saya, saya... Tidak ada yang memberitahu tentang itu," Trump terdengar berkata. "Anda tahu mereka menjalankan operasi besar, tetapi saya tidak mengetahuinya. Saya tidak tahu itu. Persetan. Saya tidak menginginkan Anda pergi sama sekali."

Pada program televisi terkait, Omarosa mempertanyakan ketulusan presiden karena "ada catatan kerja yang cukup lengkap di antara mereka berdua," mengacu pada Jenderal Kelly dan Presiden Trump.

Di lain pihak, Donald Trump menanggapi wawancara itu melalui serangkaian twit, yang menyebut mantan asistennya itu sebagai "Omarosa aneh", beberapa hari setelah ia menyebut mantan asistennya sebagai "orang rendahan" dalam sebuah komentar publik.

Presiden Trump mengklaim Omarosa datang memohon pekerjaan padanya di Gedung Putih, tetapi orang-orang di sana membencinya karena menilai asisten tersebut "ganas dan tidak cerdas".

Trimp juga mengaku bahwa dia "jarang bertemu dengannya (Omarosa)". Tetapi telah mendengar dia melewatkan pertemuan penting dan memperlakukan staf dengan buruk.

"Saya mengatakan kepada (Jenderal Kelly) untuk mencoba menyelesaikannya, jika mungkin, karena dia hanya mengatakan hal-hal BESAR tentang saya - sampai dia dipecat!" tulis Trump di Twitter, seraya kembali menyebut tudingan "berita palsu".

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dikendalikan Seperti Boneka?

Sementara itu, Omarosa dengan lantang mengatakan bahwa Presiden Trump sedang "dikendalikan seperti boneka" oleh Jenderal Kelly dan pejabat penting lainnya.

"Apakah Jenderal Kelly menjalankan negara ini atau presiden yang menjalankan negara ini?" tanya Omarosa dalam wawancara yang dinilai "kontroversial" oleh banyak warganet AS.

Rekaman audio terkait muncul sehari setelah Omarosa mengatakan di depan publik, telah mendengar rekaman yang menyebut Presiden Trump menggunakan kata 'N' yang bernada rasis, dan juga menegaskan bahwa bos properti itu tidak ragu mengatakan pernyataan kontroversial tersebut.

Omarosa juga diketahui telah merilis rekaman audio yang menyebut Jenderal Kelly berbicara dengan para pemimpin komunitas militer dan intelijen di Safe Room, yakni ruang rapat khusus yang bahkan tidak membolehkan adaya ponsel.

Dalam rekaman itu, Jenderal Kelly mengklaim ada "masalah integritas yang signifikan" yang membuatnya harus memecat Omarosa.

Oleh beberapa pengamat, rekaman audio yang dibeberkan oleh Omarosa bisa jadi merupakan bukti awal dari "kebobrokan" yang tengah terjadi di Gedung Putih.

Beberapa ahli mengatakan kekacauan operasi Gedung Putih adalah karena kurangnya pengalaman di antara staf senior, yang ditambah dengan beberapa kepentingan sepihak di luar sepengetahuan langsung Presiden Trump.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.