Sukses

Presiden Taiwan Berkunjung ke AS, Cari Dukungan untuk Halau Tekanan China?

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen akan berkunjung ke Amerika Utara, Tengah dan Selatan bulan ini.

Liputan6.com, Taipei - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen akan berkunjung ke Amerika Utara, Tengah dan Selatan bulan ini dalam upaya mempertahankan dukungan dari para negara sekutu asingnya dan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (11/8/2018), langkah itu dianggap sangat penting untuk menghadapi tekanan yang meningkat dari China

Tsai, pada Minggu 12 Agustus akan bertolak ke Paraguay, satu-satunya sekutu Taiwan di Amerika Selatan, dan negara kecil di Amerika Tengah, Belize.

Ia dijadwalkan singgah di beberapa kota di Amerika Serikat, Los Angeles dan Houston, untuk mengikuti acara yang oleh sebagian kalangan diharapkan akan memperlihatkan kekuatan hubungan Taiwan-AS.

Para pakar menyatakan Tsai perlu bersikap baik terhadap Belize dan Paraguay, dua dari 18 sekutu resminya yang tersisa, dan mempertahankan momentum belakangan ini dalam hubungan Taiwan-Amerika Serikat.

China telah mengecam safari politik itu karena menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, bukan sebuah negara yang berhak memiliki kebijakan diplomasi sendiri dengan Washington.

Para pejabat partai Komunis di Beijing telah semakin melemahkan hubungan luar negeri Taiwan sejak Tsai menjabat pada tahun 2016. Mereka marah pada Tsai yang menolak mengakui pemerintahan Beijing dan kebijakan One China Policy.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tensi China-Taiwan

Hubungan Lintas Selat atau Cross-strait relation (label yang diberikan untuk mengidentifikasi relasi Taiwan-China) mencapai titik terburuknya sejak Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik Taiwan menolak kebijakan Satu China atau One-China Policy dari Tiongkok.

Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, Beijing menggaungkan konsep One-China Policy sebagai upaya untuk menyerap kembali Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok.

Bahkan, muncul kekhawatiran kalau China mungkin akan mencapai tujuan itu dengan memilih opsi militer.

Akibatnya, Taiwan menghentikan pembicaraan dan pertukaran dengan China. Di sisi lain, Tiongkok membalas dengan mengintensifkan kehadiran militernya di dekat laut Taiwan.

Tetapi, Tsa Ing-wen tetap dapat mencegah Negeri Tirai Bambu semakin mendekat, berkat bantuan Amerika Serikat yang mengkhawatirkan bahwa 'jatuhnya' Taiwan ke tangan Tiongkok menjadi gerbang bagi Beijing untuk semakin memperluas pengaruhnya ke Laut China Selatan dan kawasan Asia Pasifik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.