Sukses

Ada Kutu-Kutu Rambut di Sandaran Kursi Pesawat yang Siap Hinggap di Kepala Anda?

Sejumlah ahli memperingatkan ancaman baru dalam penerbangan: kutu-kutu kepala yang siap menginvasi kepala Anda.

Liputan6.com, Jakarta - Kursi yang sempit, ruang kaki yang terbatas, meja yang penuh kuman, kejutan tak menyenangkan di kamar kecil, atau makanan yang tidak mengundang selera -- bukan hanya itu yang layak dikhawatirkan di dalam pesawat.

Sejumlah ahli memperingatkan ancaman baru dalam penerbangan: kutu-kutu kepala yang siap menginvasi kepala Anda.

Kutu kepala adalah sejenis parasit penghisap darah yang biasanya hidup di bagian kepala. Hewan kecil itu bisa memicu gatal tak terkira di bagian kulit kepala akibat zat yang terkandung dalam liurnya.

Tanpa sadar, para penumpang bisa tertular parasit itu di dalam pesawat. Kutu-kutu bisa menyebar lewat bantal atau sandaran kursi.

Seperti dikutip dari situs Inggris, Express, Jumat (10/8/2018), para penumpang pesawat bisa jadi mendapati kepala mereka penuh pengunjung yang tak diinginkan setelah mendarat.

Dr Sharon Wong, konsultan dermatologis British Skin Foundation menjelaskan, meski kutu-kutu kepala tidak bisa terbang atau melompat, parasit itu dapat hidup hingga 48 jam pada manusia.

Itu berart, mereka bisa dengan mudah berpindah kepala. "Dalam jangka waktu itu, kutu dan telurnya yang jatuh dari helaian rambut seseorang berpotensi bisa berpindah ke orang lain lewat benda-benda seperti bantal, sisir rambut...dan sandaran kepala," kata dia.

Pesawat memang sering dibersihkan di antara jeda keberangkatan. Namun, pembersihan secara menyeluruh jarang dilakukan.

Maskapai penerbangan berbiaya murah bisa terbang sebanyak lima kali sehari, menempuh sejumlah rute pendek. Itu berarti banyak penumpang berbeda yang bisa menularkan kutu-kutu kepala.

Sementara, ahli farmasi, Shamir Patel, sekaliogus penemu layanan farmasi online, Chemist-4-U mengatakan jika tempat duduk pesawat yang empuk kontak dengan seorang penumpang yang memiliki kutu kepala, bisa jadi beberapa parasit tersebut tertinggal di sandaran kepala.

Ilustrasi kursi pesawat (iStockphoto)

Namun, ahli lainnya membantah klaim tersebut. Menurut mereka, risiko penularan kutu-kutu kepala di pesawat rendah.

Dr Tess McPherson, konsultan dermatologi dari British Association of Dermatologists salah satu yang membantah klaim tersebut.

"Parasit itu tidak mungkin melompat dari kepala ke kursi, karena mereka suka tempat hangat. Dan dalam kasus seperti itu, kutu-kutu itu hanya akan bertahan dalam waktu singkat," kata dia.

Meski demikian, pencegahan tetap penting dilakukan. Orangtua yang sadar bahwa anak mereka terinfeksi kutu kepala, disarankan untuk mencoba melindungi penumpang lain dari risiko tertular.

Misalnya, dengan membawa semprotan atau sampo khusus saat liburan, bukan hanya losion tabir surya.

Ahli farmasi, Shamir Patel menyarankan agar orangtua mencari produk yang mengandung "cyclomethicone and isopropyl myristate" -- yang bisa mengeringkan kutu-kutu.

Sisir yang bisa menghilangkan telur kutu juga bisa digunakan. Ia juga menyarankan agar seseorang yang kepalanya menjadi sarang kutu untuk tidak terbang.

Sebab, kutu kepala bisa menyebar ke penumpang lain di dalam pesawat tanpa disadari.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pramugari Buka Rahasia

Sejumlah pramugari membuka rahasia menjijikkan di dalam pesawat, dan seberapa sering pembersihan dilakukan.

Para awak kabin menyarankan agar penumpang tak berjalan telanjang kaki di atas karpet pesawat. Sebab, karpet adalah salah satu tempat yang paling jorok di dalam kapal terbang.

Sementara, menyesap minuman panas juga tak disarankan. Sebab, tanki air panas di dalam pesawat jarang dibersihkan.

Sejumlah penumpang mengaku digigit serangga setelah duduk di kursi pesawat. Meski kasusnya jarang, kutu kasur juga dengan mudah menyebar di bagian perabot yang lunak (soft furnishings), yang memaksa pesawat harus difumigasi atau diasap untuk membersihkannya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini