Sukses

Israel Boikot Truk Pemasok Bahan Bakar dan Gas untuk Jalur Gaza

Langkah ini muncul beberapa minggu setelah Israel menutup satu-satunya jalan utama menuju Jalur Gaza, sebagai bentuk pembalasan terhadap pembakaran layang-layang yang terbangkan dari wilayah konflik itu.

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel telah memblokir pasokan bahan bakar dan gas ke Jalur Gaza. Mereka mengklaim tindakan ini sebagai pembalasan terhadap aksi warga Palestina yang membakar lahan Israel, demikian media setempat melaporkan.

Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, memerintahkan untuk menghentikan pengiriman bahan bakar melalui jalur penyeberangan di perbatasan komersial Karem Abu Salem --area ini telah ditutup sebagian. Keputusan yang mulai diberlakukan pada hari Kamis kemarin akan berlanjut sampai pemberitahuan berikutnya.

Jurnalis Al Jazeera, Stefanie Dekker yang melaporkan langsung dari Jalur Gaza, mengabarkan bahwa setidaknya 19 kasus kebakaran melanda negeri zionis pada Rabu, 1 Agustus 2018.

"Langkah itu (pemblokiran bahan bakar dan gas) diklaim sebagai bentuk tekanan kepada pimpinan di sini (Gaza) agar menghentikan layang-layang dan balon yang sengaja dibakar dan diterbangkan di langit Israel," kata Dekker mengacu pada kelompok militan Hamas yang mendominasi wilayah di Jalur Gaza.

Pada tanggal 9 Juli, Israel menutup satu-satunya penyeberangan komersial ke wilayah Palestina, memotong pasokan komoditas penting ke hampir dua juta penduduk.

Bahan bakar dan gas merupakan dua elemen penting untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari penduduk di sekitar Jalur Gaza, seperti memasak gandum dan mengolah tepung.

Pemblokiran itu juga mempengaruhi ekspor Gaza, sehingga semakin menekan perekonomian yang sudah lumpuh karena blokade 12 tahun. Sekitar 40 hingga 50 truk pengangkut barang-barang lokal meninggalkan Jalur Gaza setiap hari, kata pejabat di perbatasan.

Wilayah kantong (enclave) di jalur Gaza dilaporkan sangat kekurangan pasokan listrik. Mereka yang tinggal di sana harus bergantung pada generator bertenaga bahan bakar selama pemadaman yang berlangsung beberapa jam pada suatu waktu.

Tak ayal, sejumlah pihak menganggap bahwa sikap Israel yang menghalau pasokan bahan bakar dan gas ke area itu akan membuat penduduk setempat kian menderita.

Dalam beberapa pekan terakhir, warga Palestina di Jalur Gaza telah melakukan protes terhadap blokade angkatan laut, udara dan darat yang diberlakukan oleh Israel dan negara tetangga, Mesir, sejak 2006.

Beberapa orang menggunakan api yang dilekatkan pada layang-layang untuk membakar lahan pertanian milik Israel. Layang-layang dan balon udara pembakar ini diterbangkan di sebelah timur Jalur Gaza dan menyebabkan kerusakan senilai ratusan ribu dolar.

Israel telah menggunakan pesawat tak berawak atau drone untuk mencegat layang-layang tersebut, tetapi orang-orang Palestina memiliki banyak trik untuk menjatuhkan drone itu.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Angkatan Laut Israel Cegat 2 Kapal Pembawa Bantuan dan Perbekalan Medis ke Gaza

Sebelumnya, Patroli Angkatan Laut (AL) Israel telah mencegat sejumlah kapal kecil pada Minggu, 29 Juli 2018. Pencegatan itu dilakukan karena kapal-kapal tersebut melanggar imbauan AL Israel untuk berhenti berlayar ke Jalur Gaza.

Kapal-kapal tersebut diperkirakan merapat ke pelabuhan Gaza pada Minggu malam. Namun, hingga waktu yang telah ditentukan, kapal tersebut tak kunjung tiba.

Patroli AL Israel mencegat kapal-kapal tersebut pada 60 mil nautika dari bibir pantai Gaza, di kawasan laut yang diblokade oleh Israel, pada Minggu 29 Juli sore waktu setempat. Demikian seperti dikutip dari The Jerusalem Post, Selasa 31 Juli 2018.

Salah satu kapal yang dicegat bernama Al Awda, bekas kapal nelayan yang berlayar di bawah bendera Norwegia. Kapal itu berangkat dari Italia dengan membawa bantuan kemanusiaan, perbekalan medis senilai 13.000 euro (sekitar Rp 219 juta), dan 22 aktivis --termasuk aktivis Israel Yonatan Shapira. Ini merupakan upaya keempat Shapira untuk mematahkan blokade Israel di Laut Gaza.

Aktivis lainnya berasal dari Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Israel, Malaysia, Selandia Baru, Norwegia, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Shapira, dikutip oleh situs berita Ynet, mengatakan, "Tujuan kami adalah untuk mengangkat blokade Israel atas laut Gaza."

Aktivis Israel pro Palestina lainnya di atas kapal itu mengatakan, demonstrasi mingguan "March of Return" di perbatasan Gaza telah memberi para aktivis "motivasi" untuk bergabung dengan Al Awda.

"Ada orang-orang dalam kapal yang terkait dengan demo di Gaza, tetapi kapal ini telah memiliki rencana perjalanan ke Gaza sebelum demo pecah dan tanpa koneksi ke kampanye," kata Zohar Regev kepada situs berita Ynet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.