Sukses

Menyayat Hati, Induk Paus Bawa Bangkai Bayinya Selama Berhari-hari

Tahlequah nama paus orca yang juga dikenal sebagai J35, melahirkan pada Selasa 24 Juli, namun bayinya hanya bertahan hidup selama setengah jam.

Jakarta - Kehilangan dan berduka sepertinya tengah dirasakan oleh induk paus orca ini. Ia membawa serta bangkai sang buah hati berenang di lautan.

Pemandangan menyayat hati itu terlihat ketika sang induk berenang selama beberapa hari di Lautan Pasifik.

Induk paus pembunuh (orca) itu menolak melepaskan bangkai sang bayi dan mendorongnya berenang di lautan selama enam hari.

Tahlequah, nama paus itu yang juga dikenal sebagai J35, melahirkan pada Selasa 24 Juli, namun bayinya hanya bertahan hidup selama setengah jam.

Namun sang ibu menolak melepaskan bangkai anaknya dan tetap mendorong tubuh mati itu dengan kepalanya agar tetap berada di permukaan air.

Paus lain yang merupakan anggota kawanannya tetap berada di dekat Tahlequah sepanjang waktu di dekat Pulau San Juan di Laut Salish, lepas pantai British Columbia dan Negara Bagian Washington.

"Tidak bisa dipercaya. Dia masih membawa bayinya dengan kepalanya, mendorongnya di air. Seluruh keluarganya juga tetap berada dekat dengannya," ujar Taylor Shedd dari Soundwatch yang memantau kawanan paus tersebut.

"Sirip punggungnya melengkung sempurna, pundak putihnya cemerlang dengan goresan paling samar... Lengkungannya berkilauan di bawah sinar matahari saat ia menyelam. Itu adalah pemandangan paling indah di dunia kalau Anda tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi," katanya melalui email.

Induknya Kurang Gizi

Ini adalah bayi orca pertama yang lahir dari Southern Residents Killer Whales dalam tiga tahun terakhir. Para peneliti mengatakan bahwa orca terancam punah karena habitatnya dicemari suara kapal laut, polusi air dan juga penurunan populasi salmon Chinook.

Berbeda dari orca yang lain, orca dari Southern Residents Killer Whales secara eksklusif hanya makan ikan berlemak yang populasinya menurun drastis karena penangkapan berlebih dan berubahnya habitat.

Karena kekurangan gizi, tingkat kegagalan kehamilan pada orca betina pun sangat tinggi. Sebuah studi Universitas Washington menemukan adanya kegagalan sebanyak dua pertiga dari total kehamilan orca antara 2007 dan 2014.

Saat ini hanya ada 75 paus pembunuh yang tersisa di tiga kawanan. Ini adalah tingkat terendah dalam hampir tiga dekade dan jumlahnya turun dari 98 ekor pada tahun 1995.

"Rata-rata kami berharap ada beberapa bayi orca lahir setiap tahun. Fakta bahwa kami belum pernah melihat adanya kelahiran dalam beberapa tahun terakhir dan kemudian mengalami kegagalan reproduksi adalah bukti adanya masalah berat terkait kemampuan reproduksi," ujar Brad Hanson, ahli biologi margasatwa dari Pusat Sains Perikanan Barat Laut di Seattle.

Pernah terjadi lonjakan jumlah bayi paus pembunuh dalam waktu singkat pada Desember 2014, seiring dengan adanya pasokan salmon yang melimpah. Pada saat itu, sekitar 11 bayi orca lahir, tapi setengahnya kini sudah mati.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.