Sukses

Negara Ini Akan Mengharamkan Ponsel Pintar di Sekolah

Seiring dengan meningkatnya kecanggihan smartphone atau ponsel pintar dan internet, peneliti menyebut ada efek buruk dari aktivitas penggunaannya pada otak.

Liputan6.com, Paris - Anak-anak di Prancis sebentar lagi harus meninggalkan smartphone atau ponsel pintar mereka di rumah atau harus dimatikan ketika dibawa ke sekolah. Larangan tersebut akan mulai diterapkan pada September mendatang.

Pembatasan penggunaan smartphone serta perangkat pintar yang terhubung ke internet, seperti tablet, berlaku untuk anak-anak sekolah antara usia 3 dan 15 tahun.

"Kami tahu hari ini bahwa ada fenomena kecanduan gadget, fenomena penggunaan ponsel yang buruk ... Peran utama kami adalah melindungi anak-anak dan remaja. Ini adalah peran mendasar dari pendidikan, dan undang-undang ini memungkinkan," kata Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer di saluran berita Prancis BFMTV yang dikutip dari CNN, Rabu (1/8/2018).

Aturan mengharamkan ponsel pintar di sekolah itu dianggap memenuhi salah satu janji kampanye Presiden Emmanuel Macron yang disahkan oleh anggota parlemen pada Senin 30 Juli. Melewati 62 suara melawan satu perolehan, didukung oleh pendukung sang pemimpin.

Sementara beberapa anggota parlemen dari sayap kanan dan kiri abstain, mengklaim bahwa undang-undang itu tak akan banyak memberikan perubahan.

Sekolah menengah Prancis, atau lycées, dengan siswa berusia lebih dari 15 tahun lebih, diperbolehkan tak menerapkan aturan larangan ponsel pintar tersebut.

"Ini bukan hukum Abad ke-21 di mata kami, tetapi hukum dari era saluran berita dan debat biner," kata Alexis Corbière, deputi dari partai Prancis sayap kiri France Insoumise (France Unbowed) yang juga seorang mantan guru.

"Kenyataannya, larangan itu telah dibuat," tambahnya, mengacu pada undang-undang 2010. "Saya tidak tahu ada seorang guru di negara ini memungkinkan penggunaan telepon di kelas."

Sebuah undang-undang yang disetujui pada tahun 2010 melarang penggunaan ponsel pintar "selama semua kegiatan mengajar." Undang-undang baru ini membuat pengecualian untuk siswa cacat, selama kegiatan ekstrakurikuler dan untuk "penggunaan pedagogi" atau kegiatan belajar-mengajar.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Langkah Baik

Ketergantungan yang meningkat pada ponsel pintar telah melahirkan istilah "nomophobia," atau "NO phoBIA PHOne PHOne" --ketakutan karena tidak dapat menggunakan ponsel Anda atau perangkat pintar lainnya.

Satu survei dari Inggris menunjukkan bahwa 66% responden memiliki beberapa bentuk nomophobia. Sementara 41% dari responden tersebut mengatakan mereka memiliki dua atau lebih telepon agar tetap terhubung.

Dan seiring dengan meningkatnya kecanggihan ponsel cerdas dan internet, begitu juga efek buruk dari aktivitas tersebut pada otak.

Sebuah penelitian dari Korea Selatan yang dilakukan pada remaja dengan kecanduan internet dan smartphone menunjukkan bahwa otak mereka memiliki tingkat neurotramsmitter yang lebih tinggi. Hal itu berdampak memperlambat neuron, sehingga mengurangi tingkat kontrol dan perhatian serta membuat orang lebih rentan terhadap gangguan.

Studi lain oleh London School of Economics and Political Science menunjukkan bahwa mengharamkan smartphone di sekolah menyebabkan peningkatan yang baik dalam nilai ujian siswa.

Lebih dari 90% anak-anak Prancis antara usia 12 dan 17 tahun telah memiliki ponsel pada tahun 2016. Jumlah tersebut naik dari 72% pada tahun 2005, demikian menurut regulator telekomunikasi Perancis ARCEP.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.