Sukses

Pemilu Zimbabwe 2018, Presiden Petahana dan Kandidat Oposisi Bersaing Ketat

Warga Zimbabwe, pada Selasa 31 Juli 2018, sedang menunggu hasil pemilu yang telah bergulir sejak 30 Juli kemarin.

Liputan6.com, Harare - Warga Zimbabwe, pada Selasa 31 Juli 2018, sedang menunggu hasil pemilu yang telah bergulir sejak 30 Juli kemarin.

Mereka menaruh harapan besar pada pemilihan itu, berharap agar partai dan pemimpin pemerintahan yang baru mampu membawa Zimbabwe keluar dari stagnasi ekonomi-politik selama 37 tahun, peninggalan kepemimpinan Robert Mugabe --yang telah lengser sejak akhir 2017 dan tak lagi maju dalam pemilu tahun ini.

Para pejabat pada Selasa 31 Juli masih menghitung perolehan voting, sehari setelah jutaan warga Zimbabwe secara damai memberikan suara mereka dalam suatu proses yang diawasi ketat oleh para pemantau internasional --meski belum jelas apakah proses pemilihan itu berlangsung bebas dan adil.

Komisi Pemilihan Zimbabwe mengatakan akan merilis penghitungan akhir dalam lima hari.

Hasil akhir itu akan menentukan nasib dua pesaing ketat dalam pemilu: presiden sementara Emmerson Mnangagwa --yang mengisi kursi presiden usai Mugabe lengser pada November 2017; dan Nelson Chamisa, pengacara dan pendeta yang memimpin koalisi kelompok oposisi. Demikian seperti dikutip dari Associated Press (AP), Selasa (31/7/2018).

Chamisa, yang memimpin kelompok oposisi, yakin akan menang. Ia menyimpulkan hal itu setelah partainya, Movement for Democratic Change-Tsvangirai (MDC-T) telah memiliki hasil dari 10.000 tempat pemungutan suara.

"Kita bisa menang dengan gemilang ... Kami telah melakukan dengan sangat baik," katanya di Twitter setelah pemungutan suara penting pada hari Senin, menambahkan "Kami siap untuk membentuk (pemerintah) berikutnya." Demikian seperti dikutip dari iNews24.

Seorang pengacara dan pastor berusia 40 tahun, Chamisa telah berkompetisi dengan sangat kuat selama kampanye --yang mana dirinya dan MDC-T mengandalkan kantung suara dari kalangan pemuda dan komunitas urban.

Salah seorang pendukung mengatakan, "Saya tidak malu untuk mengatakan saya memilih Chamisa. Dia masih muda dan dapat memahami keadaan kami sebagai pemuda," kata Ndumiso Nyoni, 20, seorang pekerja di sebuah penginapan di Lupane, Zimbabwe selatan.

Sementara itu, Mnangagwa --yang dalam kampanyenya menjanjikan perubahan-- juga mendulang hasil yang cukup signifikan. Pihak oposisi menyebut bahwa Mnangagwa diuntungkan dari dukungan militer dan media negara yang dikontrol oleh pemerintah.

"Zimbabwe mengalami ekspresi kebebasan dan demokrasi yang indah. Kami memilih dalam semangat toleransi, saling menghormati dan perdamaian," tulis Mnangagwa di Twitter setelah pemungutan suara ditutup.

Dengan sistem pemerintahan presidensial, pemilu Zimbabwe menjadi ajang bagi 5,6 juta pemilih terdaftar untuk memilih presiden, anggota parlemen nasional dan daerah sekaligus.

Warga dihadapkan pada total empat kandidat presiden, yakni: petahana Emmerson Mnangagwa; oposisi sekaligus pesaing utama Nelson Chamela; Elton Mangoma; dan Joice Mujuru.

Hasil lengkap dari pemilu Zimbabwe akan jatuh tempo pada 4 Agustus 2018. Pemilihan putaran kedua dijadwalkan bergulir pada 8 September, hanya jika tidak ada kandidat presiden yang memperoleh ambang batas suara minimum 50 persen.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengamat dari Eropa Sebut Pemilu Zimbabwe Berjalan Lancar

Pejabat yang mengawasi pemungutan suara mengatakan banyak tempat pemungutan suara memiliki antrean dan memperkirakan bahwa jumlah pemilih rata-rata sekitar 75 persen pada satu jam akhir sebelum pemungutan suara ditutup pada Senin malam 30 Juli.

"Kami berpandangan bahwa jumlah pemilih yang tinggi merupakan indikasi pemilihan yang sehat, berpendidikan dan berorientasi publik," kata ketua Komisi Pemilu Zimbabwe (ZEC) Priscilla Chigumba pada suatu taklimat media di Harare Senin malam.

Para pengamat pemilu Uni Eropa yang sebelumnya dicekal oleh pemerintahan Mugabe dulu, hadir untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.

Mereka mengatakan, partisipasi tampak tinggi tetapi memperingatkan kemungkinan "kecacatan" dalam proses pemungutan suara di Zimbabwe.

"Ada kekurangan yang harus kami periksa. Kami belum tahu apakah itu sebuah pola atau apakah itu masalah organisasi yang buruk di tempat pemungutan suara tertentu," kata pengamat utama Uni Eropa Elmar Brok kepada AFP. Blok akan menyampaikan laporan kepada Uni Eropa tentang pelaksanaan pemilihan Zimbabwe pada hari Rabu.

"Secara keseluruhan (ada) jumlah besar pemilih - terutama orang-orang muda, sebagian besar dalam suasana yang sangat baik, umumnya damai, sangat positif," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.