Sukses

Bertanya soal Rusia dan Perselingkuhan kepada Donald Trump, Jurnalis CNN Dicekal

Jurnalis CNN dicekal oleh Gedung Putih, setelah mengajukan pertanyaan soal Rusia dan dugaan skandal perselingkuhan kepada Presiden AS Donald Trump.

Liputan6.com, Washington DC - Seorang jurnalis CNN dicekal untuk menghadiri acara kepresidenan Amerika Serikat oleh Gedung Putih, setelah mengajukan pertanyaan soal Rusia dan dugaan skandal perselingkuhan kepada Presiden AS Donald Trump pada sebuah agenda peliputan. Demikian seperti dikutip dari NBC News, Kamis (26/7/2018).

Koresponden CNN di Gedung Putih Kaitlan Collins diketahui melontarkan pertanyaan dalam kapasitasnya sebagai 'pool reporter' kepada Donald Trump dalam sebuah sesi peliputan foto (photo-spray), ketika sang presiden AS menerima kunjungan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker di Gedung Putih, Rabu 25 Juli 2018.

Kapasitas Collins sebagai 'pool reporter' dalam sesi peliputan itu berarti, dirinya mewakili sejumlah jurnalis yang tak mendapat kesempatan untuk ambil bagian dalam agenda tersebut. Protokoler lembaga tinggi negara kerap membatasi jumlah jurnalis dalam agenda peliputan tertentu, dan memandatkan beberapa reporter agar bertindak sebagai 'pool reporter' untuk mewakili media lain.

Sementara itu, dalam tradisi protokol peliputan agenda kenegaraan, sesi photo-spray adalah ketika jurnalis hanya diizinkan untuk mengambil gambar. Berbeda dengan sesi konferensi pers, di mana pejabat biasanya membuka tanya jawab dengan jurnalis.

Beberapa jurnalis tetap mengajukan pertanyaan pada sesi photo-spray kepada pejabat yang bersangkutan, dan hal itu pun tak melanggar peraturan yang bersifat serius. Di sisi lain, ketika jurnalis melontarkan pertanyaan pada sesi photo-spray, pejabat tersebut juga tak mesti menjawab.

Akan tetapi, Presiden Trump sendiri dikabarkan kerap meladeni dan menjawab pertanyaan para jurnalis pada sesi photo-spray di Gedung Putih pada beberapa kesempatan.

Pertanyaan yang Membuat Resah Trump?

Kaitlan Collins mengajukan empat pertanyaan kepada Donald Trump terkait dua isu hangat --dan menjadi perhatian bagi banyak media AS dan internasional. Pertama, terkait langkah Trump mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk berkunjung ke Gedung Putih.

Kedua, seputar mencuatnya rekaman percakapan kontroversial antara Trump dengan mantan pengacaranya, Michael Cohen. Isinya terkait upaya membeli hak atas kesaksian model Playboy, Karen McDougal, tentang dugaan perselingkuhannya dengan sang presiden.

"Apakah Michael Cohen mengkhianati anda Pak Presiden?" tanya Collins ketika Trump dan Juncker duduk berpose saat para jurnalis foto mengambil gambar keduanya.

"Pak Presiden, apakah Anda khawatir bagwa Michael Cohen akan berbicara kepada jaksa?" lanjutnya.

"Apakah Anda khawatir dengan adanya rekaman lain, Pak Presiden?"

"Mengapa (Presiden Rusia) Vladimir Putin tidak memenuhi undangan Anda (untuk berkunjung ke Gedung Putih), Pak Presiden," tanya Collins.

Donald Trump tak menjawab dan lantas beranjak ke agenda berikutnya.

Usai agenda tersebut, Collins mendapat pencekalan dari Gedung Putih, yang 'tak mengharapkan kehadirannya' untuk datang pada konferensi pers Trump-Juncker di Taman Mawar Gedung Putih.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa jurnalis 'yang bersangkutan', "Telah berulangkali diingatkan untuk tidak melakukan hal itu," ujarnya tanpa menyebut nama Collins, seperti dikutip dari The Guardian.

"Dia (Collins) meneriakkan pertanyaan, dan menolak untuk pergi meski kami telah berulangkali memintanya demikian."

"Akhirnya, staf kami (Gedung Putih) memberitahu bahwa dirinya tak diharapkan kehadirannya untuk berpartisipasi dalam agenda berikutnya (konferensi pers Trump-Juncker di Taman Mawar Gedung Putih). Namun, kami menegaskan bahwa jurnalis lain dari tempat kerjanya (CNN) diizinkan hadir," tambah sekretaris pers Gedung Putih tersebut.

 

Simak video berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menuai Kecaman

Pihak CNN, jurnalis, dan berbagai media AS mengecam keras aksi pencekalan itu.

"Keputusan untuk membatasi seorang anggota pers adalah aksi balas dendam dan tak mencerminkan prinsip kebebasan pers dan terbuka. Kami menuntut keadilan," pihak CNN melaporkan.

"Hanya karena Gedung Putih tak nyaman dengan pertanyaan terkait isu hangat tersebut, bukan berarti pertanyaan itu tak relevan dan tak boleh ditanyakan," lanjut CNN.

Asosiasi Wartawan Gedung Putih juga mengecam pencekalan tersebut, menyebutnya sebagai "tak beralasan dan tak pantas."

Bahkan, Fox News --media yang kerap berpreferensi pro-Trump dalam menyampaikan pemberitaan-- turut mengecam keputusan pencekalan tersebut.

"Kami berdiri kompak dengan CNN demi hak akses penuh bagi para jurnalis untuk melakukan pekerjaannya, sebagai bagian dari prinsip pers yang bebas dan tak terkekang," kata Jay Wallace, Presiden Fox News.

Koresponden CBS News Radio di Gedung Putih, Steven Portnoy berpendapat via Twitter:

"... pertanyaannya (Collins) sangat bagus dan tepat. Ketika hal itu pada akhirnya mengakibatkan sanksi resmi (dari Gedung Putih) sebagai bentuk respons atas pertanyaan tersebut, jelas bahwa sanksi itu murni menunjukkan kemarahan semata."

Kepala Koresponden The New York Times di Gedung Putih, Peter Baker mengunggah twit:

"Sungguh sebuah tindakan semena-mena dari Gedung Putih untuk mencekal reporter CNN Kaitlin Collins dari sebuah acara pers terbuka hanya karena mereka tak suka dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Pemimpin yang baik seharusnya tak takut oleh pertanyaan para jurnalis..."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.