Sukses

Mayoritas Masyarakat AS Dukung Donald Trump Undang Presiden Rusia ke Gedung Putih

Keputusan Donald Trump mengundang presiden Rusia ternyata didukung oleh sebagian besar warga AS.

Liputan6.com, Washington DC - Menurut sebuah jajak pendapat baru, mayoritas warga Amerika Serikat (AS) menyetujui keputusan Donald Trump mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin ke Gedung Putih.

Undangan Trump ke Putin itu disampaikan ketika keduanya bertemu untuk pertama kalinya secara bilateral di Helsinki, Finlandia, pada pekan lalu.

Selama KTT, sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Rabu (25/7/2018), Trump disebut meragukan meragukan penilaian komunitas intelijen AS bahwa Rusia telah ikut campur dalam pemilihan presiden 2016.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh harian The Hill, bekerja sama dengan perusahaan konsultan publik HarrisX, sebanyak 60 persen warga AS tidak menyetujui sikap Donald Trump terhadap sikap Rusia pada KTT Helsinki.

Namun, sebanyak 54 persen responden justru mendukung keputusan Presiden Trump untuk mengundang Putin ke Gedung Putih.

Meski begitu, hasil jajak pendapat tetap terbagi menurut garis partisan, yakni 87 persen yang berasal dari Partai Republik menyetujui undangan tersebut, namun hanya 26 persen menyuarakan hal serupa dari kubu Partai Demokrat.

Di lain pihak, Presiden Donald Trump mengklaim bahwa pertemuannya dengan Putin di Helsinki, telah berlangsung dengan "sukses besar". Pernyataan itu ia sampaikan dalam sebuah twit pada pekan lalu, sesaat sebelum ia mengumumkan undangan terkait.

Trump berdalih bahwa undangan tersebut dapat menjadi landasan lebih lanjut "untuk bisa mulai menerapkan beberapa dari banyak hal yang dibahas kedua negara".

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump Beralih Sikap

Sementara itu, setelah kembali ke Washington, Donald Trump mengatakan dia salah bicara di Helsinki, dan menambahkan bahwa dia memiliki "kepercayaan penuh" di badan-badan intelijen AS.

"Dalam kalimat kunci dalam pernyataan saya, saya mengatakan kata 'akan' bukannya 'tidak akan'," kata presiden.

"Kalimat itu seharusnya: 'Saya tidak melihat alasan mengapa itu bukan Rusia'," lanjutnya memberi alasan.

Presiden Trump men-twit pada Selasa, 24 Juli 2018, bahwa ia "prihatin" tentang ancaman campur tangan Rusia dalam pemilihan paruh waktu mendatang, di mana oleh banyak pengamat, kemungkinan dia terus menolak tudingan dan klaim negatif kepada pemerintahannya.

Trump menambahkan bahwa Moskow kemungkinan akan mendorong kandidat Demokrat, mengklaim bahwa "tidak ada presiden yang lebih keras terhadap Rusia daripada saya".

Upaya itu tidak banyak membantu menenangkan ketegangan di Kongres, di mana kelompok Republik mengatakan Putin tidak akan diundang untuk berbicara dengan mereka, jika benar mengunjungi Washington.

Perwakilan Republik, Trey Gowdy, yang biasanya merupakan kubu dekat presiden, mengatakan kepada Fox News bahwa melanjutkan undangan adalah kesalahan baru bagi Trump.

Di lain tempat, Putin dikabarkan belum menerima undangan langsung dari pemerintahan Trump. Seorang staf Kremlin mengatakan pada hari Selasa bahwa Rusia belum memulai persiapan untuk KTT seperti itu.

Dijelaskan pula bahwa ada banyak waktu lain bagi kedua pemimpin untuk menjadwalkan agenda pertemuan tatap muka, termasuk KTT G20 pada November mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.