Sukses

Studi: Kenaikan Suhu Bumi Picu Tingginya Angka Bunuh Diri

Muncul fakta ilmiah baru bahwa kenaikan suhu Bumi bisa memicu peningkatan risiko kasus bunuh diri . Ini penjelasan lengkapnya.

Liputan6.com, Washington DC - Sebuah hasil studi ilmiah terbaru di ranah psikologi menunjukkan fakta bahwa tingkat bunuh diri cenderung meningkat dalam beberapa bulan terakhir, menyusul meningkatnya suhu Bumi di atas ambang batas normal.

Temuan tersebut menjadi penanda pertama tentang kemungkinan hubungan potensial antara perubahan iklim dengan kondisi kesehatan mental, demikian sebagaimana dikutip dari Time.com pada Rabu (25/7/2018).

Hasil studi yang dimuat di jurnal Nature Climate Change itu menganalisis data dari ribuan komunitas warga di Amerika Serikat (AS) dan Meksiko selama beberapa dekade.

Peneliti menemukan fakta bahwa ketika suhu naik 1 derajat Celsius di atas rata-rata pada bulan tertentu, tingkat bunuh diri naik sekitar 0,7 persen di AS dan 2,1 persen di Meksiko.

Selain itu, analisa tentang "bahasa depresif" pada 600 juta percakapan di media sosial, turut menyimpulkan dugaan bahwa kesejahteraan mental memburuk secara keseluruhan, selama periode suhu yang lebih tinggi dari rata-rata suatu wilayah.

Penulis penelitian ini memperkirakan bahwa "perubahan iklim yang tak tergantikan" dapat menyebabkan antara 9.000 dan 40.000 lebih banyak kasus bunuh diri di AS dan Meksiko selama tiga dekade berikutnya.

Hal itu disebut "mewakili perubahan dalam tingkat bunuh diri sebanding dengan perkiraan dampak resesi ekonomi, program pencegahan bunuh diri atau undang-undang pembatasan senjata".

Studi lain yang berkaitan dengan temuan ini menemukan bahwa suhu Bumi tengah merambat menuju kenaikan lebih dari 2 derajat Celsius selama sisa abad ini.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kematian Nomor Satu di AS

Namun, korelasi terkait tidak menyiratkan sebab-akibat, dan banyak faktor yang berbeda berkontribusi pada risiko bunuh diri, menyebabkan hasil studi ini dikritik karena kurang memberi dampak pemahaman menyeluruh.

Beberapa penelitian sebenarnya telah menunjukkan hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan mental, baik langsung maupun tidak langsung. Namun, baru studi inilah yang memiliki komponen beragam, sehingga dinilai sebagai yang paling mutakhir di bidangnya.

Penulis penelitian ini berfokus pada isu bunuh diri karena hal tersebut merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, terutama di negara-negara kaya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) bunuh diri adalah penyebab kematian nomor satu di AS, dan jumlah kasus tersebut meningkat lebih dari 25 persen antara 1999 dan 2016.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.