Sukses

Mobil Ditembaki, 11 Sopir Taksi di Afrika Selatan Tewas

Kekerasan terhadap sopir taksi telah melanda Afrika Selatan selama bertahun-tahun. Kali ini 11 orang menjadi korban.

Liputan6.com, Durban - Sebelas orang tewas dan empat lainnya luka parah akibat gerombolan bersenjata tak dikenal menembaki sebuah minibus di jalan raya di Afrika Selatan pada Sabtu, 21 Juli 2018 malam waktu setempat. Para korban merupakan sopir taksi yang baru saja pulang melayat dan menghadiri pemakaman rekannya di Provinsi KwaZulu-Natal.

Kejadian bermula saat minibus yang membawa para pengemudi taksi itu sedang dalam perjalanan menuju Gauteng, sebuah provinsi di utara Afrika Selatan. Tiba-tiba sekelompok orang tak dikenal memberhentikan laju kendaraan mereka dan langsung memberondong peluru ke arah minibus yang ditumpangi korban.

Penyerangan tersebut mengakibatkan sebelas sopir taksi meninggal di tempat, sementara empat orang lainnya mengalami luka serius.

"Telah terjadi banyak kekerasan terhadap sopir taksi di daerah itu, tetapi kami masih menyelidiki siapa pelakunya," kata juru bicara pemerintah provinsi, Jay Naicker, seperti dikutip dari Deutsche Welle, Senin (23/7/2018).

Sementara itu, komisioner polisi nasional, Khehla Sitole, menyebut ada 17 pria di dalam taksi minibus itu.

"Laporan awal menunjukkan bahwa 17 orang ada di dalam minibus itu, mereka hendak kembali ke Gauteng setelah menghadiri pemakaman ... Sebelas meninggal, empat luka parah dan telah dilarikan ke rumah sakit terdekat, sementara dua lainnya selamat tanpa cedera," katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Hingga kini, polisi masih memburu para pelaku yang masih belum diketahui identitasnya.

"Kami akan menunggu hasil penyelidikan untuk menangkap mereka, sebelum berspekulasi tentang motif di balik serangan ini," ucap Sitole.

Taksi minibus adalah bentuk transportasi yang paling populer di Afrika Selatan. Akibat semakin menjamurnya taksi jenis ini, persaingan di antara para asosiasi pun kian ketat.

Kasus semacam itu telah mendera Afrika Selatan selama bertahun-tahun dan bukan kali pertamanya penyerangan tersebut terjadi. Penyebabnya ialah mereka kerap berebut rute yang menguntungkan.

Pada bulan Mei lalu, sepuluh orang dilaporkan tewas dalam bentrokan mematikan antara kelompok sopir taksi di kota Cape Town, ibu kota Afrika Selatan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Polisi Afrika Selatan Dihukum Karena Membunuh Sopir Taksi

Serangan yang dilakukan oleh oknum polisi dan membunuh sopir taksi bernama Mido Macia semakin mencemari reputasi kepolisian Afrika Selatan. Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Independent Police Investigative Directorate (IPID), setiap tahun ada lebih dari 900 orang meninggal di tahanan sebagai akibat dari tindakan sewenang-wenang polisi.

Juru bicara IPID, Robbie Rabu Rabu, mengatakan kepada DW bahwa dia puas dengan keputusan yang dibuat hakim untuk menghukum sang oknum. "Ini akan selalu menjadi pelajaran bagi lembaga seperti kepolisian," kata Rabu Rabu.

Macia, seorang sopir taksi berusia 27 tahun dan warga negara Mozambik, meninggal karena mengalami cedera di kepala dan pendarahan internal setelah diseret di belakang kendaraan polisi. Dia kemudian dikeroyok di sel tahanan.

Dalam keputusannya, hakim Bert Bam mengatakan bahwa oknum polisi terkait, berusia antara 25 dan 56 tahun, tidak pantas mendapatkan vonis ringan karena mereka tidak menunjukkan penyesalan setelah berbuat demikian.

"Keterangan mengenai luka pada almarhum berasal dari tindakan barbar dan benar-benar tidak manusiawi," kata Bam.

Lebih jauh, dia juga mengutuk perilaku para oknum dengan menyebut bahwa sikap mereka sangat tercela dan pengecut, karena menyerang korba di penjara ketika ia sudaah tidak berdaya dan terluka parah.

Kendati demikian, Bam mengatakan bahwa hukuman penjara seumur hidup tidak bisa diberikan lantaran kedelapan oknum polisi itu memiliki rekam jejak yang bagus. Pengacara pembela, Benny Ndaba, mengatakan mereka akan mengajukan banding atas tuduhan pembunuhan tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.