Sukses

Dibius hingga Masuk Kantung, Ini Kisah Penyelamatan 13 Orang Terjebak di Gua Thailand

Seorang regu penyelamat yang mengevakuasi tim sepak bola dari gua Thailand mengungkapkan, para korban harus dibius saat proses evakuasi.

Liputan6.com, Perth - Salah seorang regu penyelamat yang mengevakuasi tim sepak bola remaja Wild Boar yang terjebak di gua Tham Luong, Thailand mengungkapkan, para remaja beserta pelatihnya yang berjumlah 13 orang itu, harus dibius saat proses evakuasi.

Pensiunan dokter hewan asal Perth, Australia Barat Craig Challen menjelaskan bagaimana dia bekerja erat dengan temannya dan sesama pakar penyelam gua, ahli anestesi dari Adelaide Richard Harris, untuk menilai secara medis anak-anak dan pelatih mereka dan menyiapkan mereka untuk operasi penyelamatan, dalam sebuah wawancara eksklusif di program 'ABC Four Corner'.

Dalam wawancara mendalam pertamanya tentang operasi penyelamatan itu, Craig Challen menegaskan bahwa para remaja laki-laki itu harus dibius.

"Tim penyelamat memang memiliki beberapa obat penenang untuk membuat mereka tetap tenang, karena hal terburuk yang bisa terjadi adalah salah satunya berasal dari orang-orang yang panik," katanya, seperti dikutip dari ABC Australia, Minggu (15/7/2018).

"Jika Anda menempatkan saya dalam maske wajah penuh tanpa pengalaman sebelumnya dan menyeretku keluar dari gua, dan lamanya sekitar tiga jam perjalanan, maka saya akan ketakutan dan mungkin panik juga."

Anak-anak dan pelatih mereka ditemukan terjabak di Gua Tham Luong, Thailand oleh sepasang penyelam Inggris pada 2 Juli 2018.

Craig Challen dan Richard Harris dipanggil oleh otoritas Thailand dan tiba di Thailand utara pada 6 Juli. Mereka masuk ke gua yang banjir pada hari berikutnya.

"Mereka (anak-anak lelaki) itu cukup senang melihat kami, saya kira. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di sana sembilan hari tanpa kontak," kata Challen.

"Anda akan berpikir bahwa semuanya sudah berakhir, sungguh. Tetapi pada saat kami masuk ke sana, ada seseorang yang mengunjungi mereka setiap hari.

"Mereka memiliki banyak makanan. Saya tidak akan mengatakan bahwa itu semua makanan yang menggugah selera; semuanya hanya paket ransum. Tapi kami dapat mengatakan kepada mereka bahwa kami sedang mengembangkan rencana untuk mengeluarkan mereka.

"Saya tidak yakin apakah mereka sepenuhnya gembira mendengar hal itu mengingat fakta bahwa gua itu akan banjir dan Anda tahu apa konsekuensi dari itu."

 

Simak pula video berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masuk Tas, Dikatrol, dan Ditandu dalam Gua

Sementara itu, seperti dikutip dari BBC, ke-13 orang yang terjabak diberi masker udara penuh untuk memastikan mereka bisa bernapas, dan dijepit ke masing-masing satu penyelam selama proses evakuasi. Seorang penyelam lain menemani mereka.

Teknik evakuasi itu dikenal dengan nama buddy system oleh kalangan penyelam penyelamat.

Sistem itu membutuhkan sebuah silinder diikat ke bagian depan setiap anak, sementara pegangan melekat pada punggung mereka --dan setiap saat, penyelamat harus memastikan air tersapu dari wajah para remaja itu.

John Volanthen, penyelam penyelamat Inggris, menyamakan peralatan itu seperti "kantung belanja" yang memungkinkan mereka menggerakkan anak-anak di sekitar rintangan terowongan gua.

Penyelam asal Inggris, Robert Charles Harper, mengeksplorasi pintu masuk gua selama operasi penyelamatan di gua Tham Luang, Chiang Rai, Thailand pada 29 Juni. (Krit Phromsakla Na Sakolnakorn/AFP)

Di bagian yang sempit, regu penolong harus melepaskan tangki udara mereka untuk diperas, sambil menarik korban.

Situasi itu sangat menakutkan bagi penyelam yang berpengalaman, apalagi bagi 12 remaja dan seorang pelatihnya yang tidak terlatih.

Pada kondisi dan situasi itulah bius dan obat anti-kecemasan berfungsi --untuk memastikan mereka tidak panik.

Begitu mereka mencapai titik perjalanan ketiga, setiap anak diamankan dengan tandu, dan dibawa oleh tim yang terdiri dari setidaknya lima orang.

Pada satu titik mereka harus menempatkan tandu di atas rakit dan menariknya melintasi kolam air setinggi dagu. Sementara pada kesempatan lain, tim penyelamat harus mendorong anak-anak itu ke lereng curam menggunakan sistem katrol.

Di beberapa daerah berbatu mereka membentuk rantai manusia, mengoper anak-anak itu dari satu tangan penyelamat ke penyelamat lain, sementara di tempat lain mereka menyelipkan para remaja itu di atas pipa yang memompa keluar air.

Tim penyelamat Thailand berjuang menyelamatkan tim sepak bola remaja Thailand dan pelatihnya yang terjebak di sebuah gua di Chiang Rai, Thailand, Senin (2/7). (Tham Luang Rescue Operation Center via AP)

Bagi penyelam Ivan Karadzic, pengalaman itu sangat menegangkan. Ditempatkan di dalam gua, ia bertanggung jawab untuk mengganti tangki udara dan memandu penyelam penyelamat lewat.

Dia jelas mengingat apa yang ia rasakan ketika anak laki-laki pertama muncul dari kegelapan dan dibawa ke arahnya. "Saya tidak tahu apakah itu korban atau anak kecil," katanya kepada BBC.

"Tapi ketika saya melihat bahwa dia masih hidup dan bernapas - rasanya sangat senang."

Satu per satu, anggota Wild Boar dibawa keluar dari kegelapan Tham Luang. Mereka diberi oksigen sebelum dibawa ke ambulans menuju rumah sakit di kota Chiang Rai.

Tim penyelamat membawa mereka keluar dalam tiga regu selama beberapa hari, karena mereka memerlukan waktu untuk mengisi kembali tangki udara.

Ketika anak-anak itu sudah keluar, masih ada orang-orang yang tersisa di tebing berbatu jauh di dalam Tham Luang --penyelam Angkatan Laut Thailand, petugas medis yang merawat Wild Boars, serta Richard Harris, seorang ahli dan dokter selam gua Australia.

Mereka keluar tak lama setelah remaja terakhir dievakuasi. Tak berapa lama kemudian, pompa yang menyedot air keluar tiba-tiba berhenti berfungsi --beberapa mengatakan alat itu rusak, sementara yang lain mengatakan bahwa pompa itu sengaja dimatikan.

Itu adalah prestasi yang membanggakan --setelah dua pekan yang menyiksa, anak-anak gua di Thailand dan pelatih mereka akhirnya akhirnya keluar, aman dan sehat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.