Sukses

Mengapa Jumat Tanggal 13 Dianggap Sebagai 'Hari Terkutuk'? Ini Sejarahnya

Terdapat sejarah panjang di balik pengasosiasian Jumat tanggal 13 sebagai hari buruk. Berikut penjelasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini adalah Jumat tanggal 13, dan banyak orang di berbagai belahan dunia menerjemahkannya sebagai pertanda buruk.

Salah satu yang meyakini betul "kutukan tanggal 13" sebagai hari buruk adalah masyarakat Inggris, yang sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Jumat (13/7/2018), mengasosiasikannya dengan gejolak Brexit, kepulangan timnas dari Piala Dunia di Moskow, dan kunjungan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang disambut protes hari ini.

Takhayul tentang Jumat tanggal 13 sebagai hari buruk, diperkirakan berasal dari Perjamuan Terakhir, dalam kisah Alkitab, yang dihadiri oleh 13 orang, yakni Yesus Kristus dan 12 muridnya. Namun, peristiwa legendaris itu sejatinya berlangsung pada Kamis malam

Peristiwa itu kemudian ditandai sebagai Kamis Putih oleh penganut Kristiani saat ini, yang menandakan malam sebelum penyaiban Yesus oleh tentara Romawi pada keesokan harinya --Jumat Agung.

Selain itu, angka 13 juga terkait dengan sosok Yudas Iskariot, pengkhianat Kristus yang menambah jumlah 12 murid pada jamuan terakhir, di mana hal tersebut oleh banyak pihak menyalahi jumlah total bulan penanggalan dalam setahun.

Asosiasi hari buruk pada Jumat tanggal 13 tersebut juga bisa ditelusuri sejarahnya pada eksistensi Raja Philip IV di Prancis, yang menangkap ratusan Kesatria Templar pada Jumat 13 Oktober 1307.

Merkea ditangkap atas tekanan dari Paus Clement V, yang menuduh mereka diperintah untuk meludahi salib, menyangkal Kristus, dan terlibat dalam tindakan homoseksual selama upacara inisiasi.

Klaim-klaim, yang disebut tidak berdasar oleh para ahli sejarah, menjadi dalih mudah bagi Raja Philip IV untuk menganiaya para Kesatria Templar. Padahal kelompok elite tersebut telah meminjamkan cukup banyak uang, menyusul kebangkrutan sang raja akibat terlibat perang dengan Inggris.

AKibat dituduh melakukan korupsi dan penyembahan terhadap "Tuhan palsu", para Ksatria Templar kerap mendapat siksaan karena tidak mau mengakuinya. Tidak jarang, beberapa di antara mereka dibakar hidup-hidup di tiang pancang di Paris.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kutukan Kesatria Templar

Sementara itu, salah satu tetua (Grand Master) Kesatria Templar, Jacques de Molay, menyatakan kutukan ketika dirinya hendak dihukum bakar di depan Katedral Notre Dame.

"Tuhan tahu siapa yang salah dan telah berbuat dosa. Segera akan terjadi malapetaka bagi mereka yang telah menyiksa kami hingga mati," ujarnya mengutuk.

Menurut cerita dari mulut ke mulut di tengah masyarakat Prancis, bahwa setiap Jumat berikutnya di tanggal 13, nasib buruk akan menimpa mereka yang tidak mempercayai apa yang telah dibela oleh para Ksatria Templar.

Konon, kutukan itu terbukti juga ke keturunan Phillip IV, Louis XVI yang dihukum penggal pada 21 Januari 1793 pukul 05.00.

"Aku mati dalam keadaan tak bersalah atas kejahatan yang dituduhkan padaku. Aku memaafkan mereka yang telah menyebabkan kematianku; dan berdoa pada Tuhan semoga darah yang akan kalian tumpahkan tak akan menodai Prancis," demikian seruan Louis XVI, berdasarkan kesaksian rohaniwan Henry Essex Edgeworth yang mendampinginya sebelum eksekusi, seperti dikutip dari situs eyewitnesstohistory.com.

Louis XVI kembali membuka mulutnya, namun kata-kata yang terlontar kemudian diredam gemuruh suara drum. Ia lalu diantar ke guillotine yang berada di dekatnya.

Dan pada pukul 10.22, dengan satu hentakan pisau besar, kepalanya terpisah dari raga.

Salah satu petugas mengambil kepala Louis XVI, menunjukkannya ke kerumunan orang. Suara pekikan ribuan orang menyusul gaduh. "Vive la Nation! Vive la Republique!," begitu teriak mereka.

Di tengah hiruk pikuk itu, konon, seorang laki-laki tak dikenal mencelupkan tangannya ke genangan darah Louis XVI di bawah pisau guillotine, mengibaskannya ke arah kerumunan orang, dan berteriak, "Jacques de Molay, tu es vengé!" -- Jacques de Molay, dendammu telah terbalaskan.

Adapun hari Jumat tanggal 13 kali ini, merupakan yang kedua kalinya terjadi di tahun 2018, setelah sebelumnya tercatat pada April lalu.

Meski dianggap irasional, namun ketakutan terhadap legenda keramat Jumat tanggal 13 telah menjadi salah satu pembahasan serius di ranah psikologi, di mana gejalanya disebut dengan istilah paraskevidekatriaphobia.

Menariknya, ketakutan terhadap asosiasi hari dan tanggal tersebut mengalami sedikit perbedaan untuk beberapa wilayah di dunia.

Negara-negara berbahasa Spanyol dan Yunani menyebut Selasa tanggal 13 sebagai hari buruk. Sedangkan di Italia, anggapan serupa justru menyasar hari Jumat tanggal 17.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.