Sukses

13-7-1943: Adu Tank di Pertempuran Kursk, Jerman Kalah Gara-Gara Hitler?

Adu kuat armada tank dalam Pertempuran Kursk (Battle of Kursk) menjadi pertaruhan terakhir bagi Adolf Hitler. Dan ia kalah...

Liputan6.com, Moskow - Pertempuran Kursk (Battle of Kursk) menjadi pertaruhan terakhir bagi Adolf Hitler. Mengabaikan kecemasan para jenderalnya, sang fuhrer mengumumkan Operasi Citadel (Unternehmen Zitadelle).

Ia ingin meraih kemenangan di Front Timur, setelah babak belur di Stalingrad, kota yang menyandang nama pemimpin Soviet Joseph Stalin, lima bulan sebelumnya.

Kekalahan pada Pertempuran Stalingrad menjadi titik balik dalam Perang Dunia II, terutama di pihak Nazi. Citra bahwa mereka tak terkalahkan dan memiliki pasukan hebat, hancur lebur. Hitler yang merasa terhina bukan main merencanakan serangan balasan ke pihak Soviet.

Hitler perlu membuktikan kepada sekutunya, Axis Powers, dan juga kepada dunia bahwa Jerman masih merupakan kekuatan yang tangguh.

Kota Kursk di Uni Soviet menjadi target pertama, sebelum pasukan Nazi direncanakan merangsek ke Moskow yang jaraknya 457 kilometer. 

Jika rencana tersebut berhasil, Jerman akan mengepung dan menghancurkan lebih dari lima kesatuan Soviet. Kemenangan itu akan memaksa Moskow menunda operasi tempur mereka. Di sisi lain, Wehrmacht atau angkatan bersenjata Berlin memang butuh ruang untuk bernapas di Front Timur

Wilayah yang dikenal sebagai Kursk Bulge juga punya arti strategis. Nazi ingin mendapat keuntungan taktis dengan menguasai jalur kereta api dan jalanannya.

Persiapan pun dilakukan. Kala itu, pada tahun 1943, setelah melalui sejumlah konflik fisik, termasuk Operasi Barbarossa dan Pertempuran Stalingrad, kekuatan tentara Hitler menyusut hingga dua juta orang.

Putus asa untuk mengisi kekosongan, ia merekrut para veteran Perang Dunia I, bahkan yang usianya sudah mencapai setengah abad. Seperti dikutip dari situs History.com, para anggota program pemuda Hitler, yang sebelumnya tak pernah dikirim ke garis depan pun dikerahkan.

Selama beberapa bulan, Jerman mengumpulkan lebih dari 500.000 orang, 10.000 senjata dan mortir, 2.700 tank dan senapan serbu, serta 2.500

Di sisi lain, Moskow tak tinggal diam. Tentara Merah menyiapkan kekuatan tempurnya yang terdiri atas 1.300.000 tentara, lebih dari 20.000 senjata dan mortir, 3.600 tank, serta 2.650 jet tempur.

Armada jet tempur Soviet yang dikerahkan dalam Pertempuran Kursk (Wikimedia Commons/RIA Novosti)

Sekitar 500 ribu tentara cadangan disiagakan, demikian juga dengan 1.500 tank tambahan.

Pertempuran Kursk dianggap klimaks adu digdaya kekuatan kendaraan tempur lapis baja dua negara. Uni Soviet dilengkapi dengan tank tempur yang efisien, T-34. Sementara, Jerman mengerahkan panzer andalannya, terutama Panther yang dirancang secara khusus untuk menaklukkan T-34.

Tank berat Tiger juga dikerahkan ke medan tempur, meski mayoritas kendaraan lapis baja kepunyaan Berlin terdiri atas Panzer IIIs dan IVs. 

Pada Perang Dunia II Jerman dikenal dengan taktik blitzkrieg atau perang kilat. Pasukan infanteri yang dilengkapi kendaraan lapis baja jadi ujung tombak, dikawal ketat jet tempur yang siap menyerang musuh.

Metode tersebut dengan cepat merusak pertahanan lawan dan mendesak mereka lebih jauh. Kecepatan dan unsur kejutan jadi faktor penting.

Melihat kekuatan Tentara Merah, sejumlah jenderal Nazi meminta agar Operation Citadel dibatalkan. Tapi, Hitler memutuskan sebaliknya.

 

Saksikan video terkait Hitler di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hitler Salah Strategi

Awalnya, serangan ke Kursk direncanakan pada 3 Mei 1943. Namun, Hitler memilih menundanya. Alasannya, ia menanti cuaca lebih baik. Sang fuhrer juga menunggu kiriman Panther dan Tiger, tank jenis baru dan lebih canggih, meski belum pernah diuji coba di medan tempur sebelumnya.

Soviet mengambil keuntungan dari penundaan itu, dengan memperkuat zona pertahanan mereka di sekitar Kursk, termasuk menyiapkan perangkap tank, jerat kawat berduri, dan hampir satu juta ranjau anti-personel dan anti-tank.

Dengan bantuan warga Kursk, Tentara Merah juga menggali jaringan parit yang luas yang membentang setidaknya sepanjang 2.500 mil atau 4.023 kilometer.

Selain itu, intelijen Inggris telah memecahkan kode rahasia Wehrmacht dan menyerahkan informasi-informasi tersebut ke pihak Soviet. Mereka sudah membaca gerak-gerik Jerman dan punya waktu untuk mempersiapkan diri.

Keberhasilan serangan blitzkrieg sangat tergantung pada unsur kejutan. Namun, saat Jerman meluncurkan Operation Citadel pada 5 Juli 1943, mereka sudah kehilangan momentum.

Jerman menyerang lebih dulu. Kala itu SS Panzer Division "Leibstandarte SS Adolf Hitler" -- yang awalnya adalah pasukan pengawal sang fuhrer, mengerahkan tank-tanknya.

Kala itu, Josef Dietrich, serdadu paramiliter berpangkat Obergruppenfuhrer mengaku mendengar seorang perwira berseru padanya, "Kita akan makan siang di Kursk," demikian dikutip dari rbth.com.

Namun, tak pernah ada pesta makan siang maupun makan malam di Kursk.

Seperti dikutip dari Wired, pertarungan paling menentukan terjadi di Prokhorovka pada 12 Juli 1943. Tank-tank Jerman dan Uni Soviet saling melempar bahan peledak dalam jarak dekat.

Pertempuran di Prokhorovka sering disebut sebagai adu tank terbesar dalam sejarah. Meski, menurut arsip Soviet yang belakangan dibuka, gelar itu layak diberikan pada Pertempuran Brody pada 1941.

Meski pihak Soviet menderita kerugian yang jauh lebih besar, kedigdayaan Jerman surut dengan cepat.

Invasi sekutu di Sisilia pada 11 Juli 1943 dan serangan pihak Uni Soviet di utara memaksa Hitler membatalkan Operasi Citadel pada 13 Juli 1943. Ia pun mengerahkan armada panzer ke Italia. 

Sementara itu, Soviet meluncurkan serangan balasan, Operasi Kutuzov, di utara Kursk pada tanggal 12 Juli. Mereka menerobos garis Jerman di Orel dan memaksa kekuatan Nazi mundur ke titik awal saat Operasi Citadel baru dimulai.

Soviet memenangkan Pertempuran Kursk dan mengakhiri impian Hitler untuk menaklukkan Rusia. Meski secara taktis unggul, Jerman mampu menembus benteng Tentara Merah dan kehilangan keunggulannya.

Koban jiwa berjatuhan di kedua belah pihak. Meski keluar sebagai pemenang, Soviet kehilangan lebih banyak korban, sekitar 800 ribu dibanding 200 ribu di kubu Jerman.

Jerman tidak pernah mendapatkan momentum di Front Timur atau memulihkan kehilangan tenaga dan persenjataan mereka. Belakangan, Hitler dan Wehrmacht-nya cenderung reaktif, alih-alih proaktif, karena bertempur di banyak lokasi sekaligus.

Setelah Kursk, kekalahan Nazi dalam Perang Dunia II di depan mata. Rusia kemudian menduduki Berlin, Hitler bunuh diri, dan selanjutnya adalah sejarah...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.