Sukses

Niat Hati Tembak Badak, Para Pemburu Dihadang 6 Singa Lapar

Para pemburu mengincar kawanan badak untuk diambil culanya, namun aksi mereka dihadang singa-singa lapar.

Liputan6.com, Pretoria - Para pemburu menerobos masuk ke sebuah taman safari di Afrika Selatan. Membawa senapan dan kapak, mereka berniat berburu kawanan badak untuk diambil culanya.

Namun, aksi mereka dihadang oleh singa lapar. Kawanan hewan berjuluk Raja Rimba tersebut menyerang dan membunuh dua, atau bahkan tiga pemburu.

Jasad para korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, berdarah-darah dan sejumlah bagian tubuhnya hilang. Mungkin dimangsa singa.

Aksi para pemburu yang masuk secara ilegal dan insiden penyerangan singa terjadi di Sibuya Game Reserve pada Minggu malam 1 Juni 2018 hingga Senin pagi 2 Juni 2018, demikian menurut pihak taman safari seperti dikutip dari LiveScience, Selasa (10/7/2018).

"Para pemburu tersebut membawa senapan berkekuatan tinggi yang dilengkapi peredam, sebuah kapak, pemotong jeruji, dan persediaan makanan untuk beberapa hari. Mereka berniat membunuh badak dan mengambil culanya," kata Nick Fox, pemilik taman safari.

Pasca-kejadian, sekitar pukul 04.30 dini hari, anjing-anjing anti-perburuan di taman safari menggonggong, memperingatkan pawangnya bawa ada hal yang tak beres.

"Pada saat bersamaan, sang pawang mendengar suara berisik dari para singa. Ia mengira, hal itu yang membuat anjingnya bereaksi," kata Fox.

Karena aktivitas singa pada malam hari bukan hal yang aneh, pawang tidak terlalu merisaukannya.

Kemudian, pada Selasa sore, salah satu staf menemukan apa yang terlihat sebagai bagian tubuh manusia di dekat lokasi singa berkeliaran.

"Jelas, para pemburu memasuki wilayah kekuasaan enam singa. Beberapa dari mereka, jika tak semuanya, tewas dimangsa," tambah Fox.

Tim forensik dari kepolisian setempat kini sedang menyelidiki lokasi kejadian. Fox mengaku belum mendapat informasi berapa pemburu yang tewas dimangsa singa.

 

Saksikan video menarik soal singa berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mitos Cula Badak

Cula badak bernilai tinggi di pasar gelap karena konon berkhasiat, dan kerap digunakan dalam obat tradisional China -- meski taka da bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.

Cula badak juga dianggap sebagai simbol status, demikian menurut Save the Rhino, sebuah organisasi konservasi yang berbasis di Inggris.

Dan, Afrika Selatan adalah rumah bagi badak, termasuk badak hitam yang nyaris punah dan badak putih yang terancam.

Tak heran, perburuan badak merajalela di sana. Mereka tak jarang mempersenjatai diri dengan senapan dan peralatan lain.

Beberapa dari mereka bahkan membius badak, sebelum menggergaji culanya. Saat terbangun, hewan malang itu akan merasa sakit tak terkira dan mati perlahan akibat kehilangan darah.

Menurut Save the Rhino, pada 2017 para pemburu membunuh 1.028 badak, dibandingkan 13 ekor pada 2007.

Sebelumnya, penelitian yang dilakukan di Ohio University mengungkap, cula badak sangat unik. Berbeda dengan tanduk hewan lain yang memiliki inti tulang dilapisi keratin, cula badak sepenuhnya terbuat dari keratin.

Menggunakan CT scan, peneliti juga menemukan bercak-bercak hitam di pusat cula yang merupakan deposit mineral padat yang terbuat dari kalsium dam melanin. Kalsium membuat inti cula lebih keras dan padat, sementara melanin melindungi inti dari kerusakan akibat kerusakan dari sinar UV matahari.

Dari definisi tadi, tak ada kandungan istimewa dari cula badak. "Cula badak terbuat dari keratin. Cat yang sangat mirip dengan kuku dari kuda atau sapi, atau kuku Anda sendiri," kata Matthew Lewis dari World Wildlife Fund, seperti dimuat Live Science. "Mengonsumsi cula badak memiliki efek yang sama seperti mengunyah kuku Anda: tidak ada sifat obat apapun."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.