Sukses

Menlu AS Bantah Isu Pemaksaan Denuklirisasi Korea Utara

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo membantah tuduhan bahwa pihaknya melakukan pemaksaan terhadap pejabat Korea Utara terkait isu denuklirisasi.

Liputan6.com, Washington DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menepis tudingan bahwa pihaknya terlibat "pemaksaan" terhadap pejabat Korea Utara, saat mengunjungi Pyongyang pada pekan lalu.

Setelah dua hari pembicaraan dengan para pejabat senior Korea Utara, Mike Pompeo berupaya mendorong Pyongyang untuk meninggalkan program senjata nuklir, guna mendapat dukungan internasional.

Dikutip dari BBC pada Senin (9/7/2018), Pompeo menekankan bahwa denuklirisasi adalah syarat untuk mencabut sanksi terhadap Korea Utara.

Kunjungan pekan lalu merupakan yang pertama kali dilakukan oleh Pompeo pasca-pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura pada awal Juni 2018.

Pemimpin Korea Utara mengatakan dia berkomitmen untuk denuklirisasi, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut seperti apa proses eksekusinya.

Di Pyongyang, Mike Pompeo tidak bertemu dengan Kim Jong-un, melainkan melakukan pembicaraan dengan Kim Jong-chol yang kerap dipandang sebagai tangan kanan pemimpin Korea Utara. Dalam pembicaraan yang berlangsung pada hari Jumat dan Sabtu lalu, kedua belah pihak kembali membahas tentang komitmen denuklirisasi.

Sehari setelahnya, media milik negara memuat pernyataan bahwa Amerika Serikat telah menentang semangat pertemuan di Singapura, dengan bertindak secara sepihak menekan Korea Utara.

"Kami telah mengantisipasi pihak AS akan datang dengan gagasan konstruktif, berpikir kami akan mengambil sesuatu sebagai balasan," kata pernyataan itu, memperingatkan "penyelesaian untuk denuklirisasi ... mungkin goyah".

"AS salah besar jika sampai pada tingkatan bahwa (Korea Utara) akan dipaksa untuk menerima putusan mereka, yang mencerminkan pola pikir gangster-nya," tambah laporan terkait.

Pernyataan di media Korea Utara itu, menurut salah seorang pejabat kementerian luar negeri yang tidak disebutkan namanya, sangat berbeda dengan laporan yang disampaikan oleh Pompeo ketika ia meninggalkan Pyongyang menuju Tokyo, beberapa jam setelahnya.

Pompeo mengatakan bahwa pembicaraannya dengan pejabat Korea Utara telah "membuat kemajuan di hampir semua masalah sentral".

Beberapa pengamat menilai bahwa pernyataan bernada ofensif sengaja dilakukan oleh Korea Utara sebagai taktik negosiasi.

 

Simak video pilihan berikut:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembelaan Mike Pompeo

Di lain pihak, setelah melakukan pembicaraan dengan menteri luar negeri Jepang dan Korea Selatan, Mike Pompeo mengatakan bahwa usahanya untuk menekan Korea Utara terkait isu denuklirisasi adalah hal yang sah.

"Jika permintaan itu (dianggap) seperti tindakan gangster, dunia adalah gangster, karena ada keputusan bulat di Dewan Keamanan PBB tentang apa yang perlu dicapai," katanya kepada wartawan di Tokyo.

Dia menambahkan: "Ketika kami berbicara kepada mereka tentang denuklirisasi, mereka tidak mendorong kembali. Saya akui memang ke depannya (pelaksanaan komitmen) akan sulit dan menantang."

Setelah pertemuan puncak di Singapura pada awal Juni lalu, AS berjanji menyudahi latihan militer bersama dengan Korea Utara. Presiden Donald Trump juga mengklaim bahwa Koroea Utara tidak lagi menjadi ancaman nuklir.

Namun, Presiden Trump sejak itu memperbarui sanksi terhadap Korea Utara, dan sementara pejabat intelijen AS mengatakan ada bukti bahwa Korea Utara terus meningkatkan infrastruktur untuk program nuklirnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.