Sukses

Ini Strategi Elon Musk untuk Selamatkan Remaja Thailand yang Terperangkap di Gua

Elon Musk, miliarder sekaligus pemilik perusahaan Tesla dan SpaceX mengirimkan sejumlah insinyur ke gua di Thailand, di mana sejumlah remaja terjebak.

Liputan6.com, Bangkok - Dua belas remaja dan seorang pelatihnya ditemukan dalam kondisi hidup di sebuah liang batu, yang berjarak sekitar 4 kilometer dari mulut sebuah gua di Chiang Rai, Thailand.

Mereka sudah ada di sana sejak 23 Juni 2018. Kondisi gua masih kering saat mereka melakukan penjelajahan. Namun, tiba-tiba lorong berstalaktit itu penuh air pasca-banjir bandang yang datang tiba-tiba.

Sementara itu, tim penyelamat berlomba dengan waktu. Hujan lebat diprediksi akan turun pada Minggu 8 Juli 2018. Liang tempat mereka berada berpotensi terendam air. Belum lagi risiko munculnya sinkhole atau lubang runtuhan.

Alternatif untuk mengevakuasi para korban dengan penyelaman sempat tercetus. Namun, tak semua anak yang berusia 11-16 tahun bisa berenang apalagi menyelam. Kematian seorang anggota tim penyelamat membuktikan, gagasan itu berisiko besar. 

Saman Gunan, nama korban tewas, adalah seorang penyelam terlatih sekaligus mantan anggota Angkatan laut Thailand.

Musibah di Thailand tersebut menarik perhatian warga dunia. Para relawan dan penyelam internasional berdatangan ke lokasi kejadian untuk menawarkan bantuan. Elon Musk, miliarder sekaligus pemilik perusahaan Tesla dan SpaceX juga mengirimkan sejumlah insinyur ke lokasi kejadian.

"Sejumlah umpan balik didapat dari beberapa ahli gua di Thailand," kata dia di dalam akun Twitternya, @elonmusk.

Ia mengusulkan pembuatan sejenis kapsul (pod) yang layak dicoba untuk mengevakuasi para korban. "Juga membangun sebuah tabung tiup dengan segel (airlock)," tambah Musk. "Kurang bisa bekerja secara efektif, menimbang kontur (gua) yang rumit. Namun, akan luar biasa jika bisa dilakukan."

Perusahaan milik Musk, Boring Co -- yang piawai membangun terowongan untuk sistem transportasi dan punya radar penembus tanah yang canggih -- dikerahkan ke Thailand.

"(Saya) akan melakukan yang terbaik untuk membantu tim," kata dia. "Tim akan menggali lebih dalam dan akan membantu dengan kemampuan terbaiknya."

James Yenbamroong, dari perusahaan kedirgantaraan Thailand, juga bergabung dalam misi penyelamatan.

"Tim SpaceX menghubungi kami hari ini, meminta kami menghubungkan ke pemerintah Thailand," kata dia.

Tim Thailand memberikan masukan pada tim Space X. Misalnya, informasi bahwa lorong gua yang tersempit berukuran 70 sentimeter, panjangnya sekitar 5 kilometer. "Untuk pengeboran vertikal, sekitar setengah mil ke bawah, sulit dilakukan," tambah Yenbamroong.

Mendapat informasi tersebut, Musk memiliki ide. "Mungkin pantas dicoba: masukkan tabung nilon berdiameter 1 meter (atau set tabung yang lebih pendek untuk bagian yang paling sulit) melalui jaringan gua, yang dikembangkan mirip pelampung (bouncy castle)," kata dia.

Namun, harus dipikirkan bagaimana cara memasukkan suplai oksigen ke dalamnya, juga daya tahan lapisannya terhadap stalaktit yang tajam dan punya fleksibilitas di lokasi yang aneh, seperti lubang yang menyempit hingga diameter 70 cm.

Belakangan dilaporkan, level oksigen di dalam gua menurun, dari 21 persen menjadi 15 persen. Tim penyelamat harus terus mengirimkan tabung oksigen, selain makanan, obat, selimut, dan perlengkapan lain. 

 

Saksikan video menarik soal remaja Thailand yang terjebak di gua berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangan Khawatir...

Pihak berwenang awalnya mempertimbangkan untuk membiarkan para bocah dan pelatihnya itu tetap berada di dalam gua hingga situasi aman. Itu berarti mereka bisa tinggal di sana hingga empat bulan.

Namun, komandan Angkatan Laut Thailand menyarankan, upaya penyelamatan ekstrem mungkin harus dilakukan secepat mungkin.

"Awalnya kami mengira anak-anak itu bisa tinggal di sana dalam waktu lama...namun, situasi berubah, waktu kami terbatas," kata Laksamana Muda Apakorn Yookongkaew, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (7/7/2018).

Namun, proses evakuasi dengan penyelaman pun mengandung risiko besar. Apalagi, sebagian dari para bocah, yang usianya 11 sampai 16 tahun, tidak bisa berenang.

Sementara itu, anak-anak yang terperangkap sejak 23 Juni 2018 baru-baru ini menulis surat kepada orangtuanya. "Jangan khawatir ... kami semua kuat"," demikian yang disampaikan mereka.

Mereka juga menuliskan pesan-pesan lain dengan tulisan tangan. Ada yang minta makanan tertentu, termasuk ayam goreng.

"Guru, jangan beri kami banyak PR!," itu pesan mereka yang lain.

Dalam surat terpisah, sang pelatih Ekkapol Chantawong meyakinkan para orangtua bahwa mereka dalam kondisi aman. "Sekarang semuanya baik-baik saja, tim penyelamat memperlakukan kami dengan baik," kata pria 25 tahun itu.

"Dan saya berjanji akan mengurus anak-anak sebaik mungkin. Terima kasih untuk semua yang datang untuk membantu," tambah dia. "Saya dengan tulus juga meminta maaf kepada para orangtua."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.