Sukses

Lembaga Amal yang Didirikan Bunda Theresa Dituduh Terlibat Jual Beli Bayi di India

Lembaga amal yang didirikan Bunda Teresa di India dituduh terlibat praktik jual beli bayi.

Liputan6.com, New Delhi - Seorang wanita yang bekerja di lembaga pemeliharaan anak telantar di negara bagian Jharkhand, di timur India, telah ditangkap karena diduga menjual bayi berusia 14 hari.

Dua karyawan wanita lainnya juga dikabarkan telah ditahan dan sedang ditanyai tentang kemungkinan kasus jual beli bayi.

Dikutip dari BBC pada Jumat (6/7/2018), penangkapan tersebut dilakukan setelah polisi India menerima laporan dari Komite Kesejahteraan Anak (CWC), tentang dugaan praktik jual beli anak di lembaga yang didirikan oleh Bunda Teresa.

"Kami telah menemukan bahwa beberapa bayi lain juga telah dijual secara ilegal dari lembaga tersebut," kata seorang pejabat polisi kepada BBC Hindi.

"Kami telah mendapatkan nama-nama ibu dari para bayi malang ini, dan kini sedang menyelidikinya lebih lanjut," lanjutnya menjelaskan.

Pihak kepolisian India juga menemukan uang tunai senilai 140.000 rupee (setara Rp 29,2 juta) dari kantor pusat lembaga terkait, yang terletak di ibu kota negara bagian Jharkhand, Ranchi.

Kantor pusat lembaga bernama resmi Missionaries of Charity itu dibangun oleh mendiang Bunda Teresa pada 1950, dan menjadi landasan peraih Nobel Perdamaian tersebut dalam melakukan aksi sosial perlindungan anak di selatan India.

Lembaga yang berasaskan pada ajaran Gereja Katolik Roma ini berkembang menjadi beberapa cabang di seluruh dunia, dan kini memiliki lebih dari 3.000 biarawati.

Bunda Teresa mendirikan lembaga ini dengan tujuan awal untuk menghadirkan rumah perawatan, dapur umum, dan sekolah bagi penderita kusta. Selanjutnya, ia pun meluaskan kegiatan amalnya dengan mendirikan pusat perlindungan anak-anak telantar.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kebijakan Baru Adopsi di India

Sementara itu, secara hukum, mengadopsi bayi di India dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun.

Setiap tahunnya, hanya beberapa ribu adopsi yang tercatat secara resmi, di mana menurut beberapa pihak, lebih besar pada fakta sebenarnya.

Perkiraan tidak resmi tentang jumlah anak yang ditinggalkan atau tidak diinginkan mencapai puluhan ribu di seluruh India.

Pada Oktober 2015, pemerintah India mengubah aturan terkait isu adopsi. Dibutuhkan sistem online, dengan basis pusat data anak bersifat nasional.

Pendukung kebijakan ini mengatakan bahwa proses adopsi menjadi lebih cepat dan lebih transparan, serta memungkinkan calon orangtua untuk menemukan anak-anak di mana saja di India.

Tetapi beberapa agen adopsi menentang perubahan, yang mengurangi keterlibatan mereka dalam proses mencocokkan pasangan dan anak-anak.

Ada stigma lama terkait adopsi di India. Di masa lalu, banyak yang diatur secara informal dalam keluarga besar.

Namun, kekhawatiran tetap ada bahwa pasangan yang ingin mengadopsi mungkin merasa lebih mudah untuk beralih ke pasar gelap, dan mengadopsi langsung dari rumah sakit atau panti asuhan yang bukan bagian dari sistem hukum.

Ini juga dapat mendorong perdagangan perdagangan anak, yang masih menjadi perhatian utama di India.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.