Sukses

Anwar Ibrahim: Saya Memaafkan Najib Razak dan Mahathir Mohamad

Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia ke-7, Anwar Ibrahim, mengungkapkan bahwa ia telah memaafkan Mahathir Mohamad dan Najib Razak.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, angkat bicara soal sejumlah dinamika politik dan hukum yang tengah terjadi di negerinya.

Hal itu ia utarakan kala menyampaikan pidato kunci dalam The ECGL Leadership Forum 2018, di Hotel Fairmont, Jakarta, pada Rabu (4/7/2018). Dalam kesempatan tersebut, Anwar berkomentar tentang hubungannya dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Ia juga membahas secara khusus tentang mantan PM Najib Razak, yang kini menjadi terdakwa kasus megakorupsi 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB.

Tentang hubungannya dengan sang PM Malaysia yang kini tengah menjabat, Anwar membicarakan mengenai "perselisihan" dengan Mahathir pada masa lalu, dan bagaimana sekarang ia telah "memaafkan" pria berusia 92 tahun itu.

"Pada suatu kesempatan setelah saya bebas dari penjara (pada 16 Mei 2018), saya pernah berbicara kepada Mahathir. Saya bilang kepada Beliau, 'saya dan Anda (Mahathir) sudah berselisih sengit selama 20 tahun terakhir'," Anwar bercerita dalam pidatonya.

"Saya lanjut katakan ke Pak Mahathir: tapi kini saya sudah memaafkan Anda ... Ini demi negara, dan sekarang, saya berharap kita berdua bisa sukses demi Malaysia," jelasnya.

Anwar juga menjelaskan bahwa Mahathir mengaku "lega" mendengar hal tersebut.

"Ia (Mahathir) berjanji akan memberikan ruang sepenuhnya kepada saya demi melanjutkan agenda reformasi, hukum, dan ekonomi," ucap mantan pemimpin oposisi ini.

Sementara itu, berkomentar mengenai hubungannya pada masa lalu dengan mantan Perdana Menteri Najib Razak, Anwar juga telah memaafkan pria yang kini menjadi terdakwa kasus megakorupsi 1MDB itu.

"Pemenjaraan saya selama 3,5 tahun itu (sejak 2015) terjadi atas keputusan Pak Najib dan pada masa pemerintahannya. Tapi kini, saya secara pribadi memaafkan Beliau," ujarnya.

"Dan saya harap, Beliau (Najib), yang saat ini tengah terjerat tuduhan korupsi 1MDB, mendapatkan proses hukum yang adil. PM Mahathir pun telah menjanjikan itu terhadap proses hukum Najib Razak."

Lebih lanjut, Anwar mengatakan sambil bercanda, "Meski demikian, ketika dulu saya terjerat kasus, proses hukum yang adil tidak dijanjikan (oleh pemerintah Malaysia) kepada saya," ucapnya diiringi tawa dari para peserta forum The ECGL Leadership Forum 2018 di Jakarta.

Anwar Ibrahim mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Sungai Buloh, Malaysia, sejak Februari 2015--pada masa pemerintahan PM Najib Razak--usai menerima vonis 5 tahun penjara atas kasus sodomi terhadap mantan asisten pribadinya.

Kala itu, kasus tersebut dinilai sarat kontroversi. Beberapa pihak menyebutnya sebagai "peristiwa yang dibuat-buat" oleh lawan politiknya, guna mendiskreditkan Anwar Ibrahim dalam kancah perpolitikan Malaysia.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan Penuh Gejolak

Sementara itu, Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad sempat punya hubungan yang penuh gejolak. Adalah Mahathir yang meyakinkan mantan pemimpin gerakan pemuda Islam itu untuk bergabung di UMNO pada 1982.

Kedekatan dengan Mahathir pula yang membuat karier Anwar melesat di jajaran UMNO, jadi menteri keuangan, kemudian memegang jabatan Wakil Perdana Menteri Malaysia.

Namun, krisis keuangan yang melanda Asia pada 1997 menjadi duri dalam daging dalam hubungan mereka.

Secara dramatis, Mahathir memecat wakilnya pada September 1998. Anwar kemudian meresponsnya dengan memimpin aksi demonstrasi yang menuntut reformasi.

Sebulan kemudian, Anwar ditangkap berdasarkan UU Keamanan Dalam Negeri (Internal Security Act) yang kontroversial. Ia kemudian divonis penjara atas kasus korupsi dan sodomi.

Setelah bebas pada 2004, Anwar Ibrahim kembali dibui dalam kasus sodomi yang berbeda, di bawah pemerintahan PM Najib Razak, bekas anak didik Mahathir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.