Sukses

Ini Daftar Kota Paling Layak Huni di Dunia 2018, Ada Indonesia?

Daftar kota paling layak huni tahun 2018 dikeluarkan oleh Majalah Inggris Monocle belum lama ini. Apakah ada kota dari Indonesia di dalamnya?

Munchen - Majalah Inggris Monocle mengeluarkan daftar kota paling layak huni di dunia. Ada Indonesia di dalamnya?

Seperti dikutip dari DW, Selasa (3/7/2018), peringkat tahunan yang dikeluarkan oleh majalah itu menyebut Muenchen meraih peringkat tertinggi sebagai kota paling layak huni tahun ini dan menyingkirkan Tokyo dari posisi teratas.

Media tersebut juga menempatkan Berlin, Hamburg dan Dusseldorf di peringkat 20 besar. Tokyo menempati posisi kedua. Tidak ada kota di Indonesia yang masuk ke dalam daftar.

Biaya hidup di ibu kota Bayern itu memang tinggi tetapi para analis berpendapat bahwa warga München mendapatkan balasan yang setimpal, karena kota ini memiliki "infrastruktur yang sangat baik dengan ekonomi yang kuat" dan "kedekatan dengan alam serta apresiasi untuk budaya."

Selain itu, kolam renang umum dan sauna serta pusat kebugaran (gym) terkemuka yang dimiliki München juga menjadi pertimbangan para analis dalam penilaian mereka.

Kota dengan 1,5 juta penduduk ini juga memiliki tingkat pengangguran yang rendah, yakni 3,5 persen. Berbeda dengan banyak kota lain, angka pengangguran di München justru lebih rendah di kalangan anak muda. Ekonomi bergeliat pada industri mobil, mesin bangunan, teknologi informasi dan industri bioteknologi.

Tokyo dan Wina masing-masing turun ke peringkat 2 dan 3. Meski turun peringkat, Tokyo, yang sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2020, meraih nilai tinggi untuk "makanan, ritel, transportasi dan efisiensi secara umum" dan "untuk menunjukkan bahwa kota-kota besar tidak harus keras dan tidak manusiawi."

Wina dan Berlin: Turun Peringkat

Wina dikritik karena jam ritel yang terbatas tetapi unggul karena kecantikan arsitektur Barok, sewa rumah yang terjangkau, transportasi yang sangat baik, makanan dan kehidupan kultural.

Sementara itu, posisi 4 dan 5 ditempati Zurich dan Kopenhagen.

Tahun lalu München dan Berlin berada di posisi 3, tetapi sementara München melonjak ke nomor 1, Berlin tergelincir ke nomor 6. Turunnya peringkat Berlin dikarenakan pembangunan bandara yang molor dengan pembengkakan biaya dan perencanaan yang buruk. Bandara itu seharusnya dibuka pada tahun 2011 tetapi hingga kini bandara tersebut belum siap dan tidak akan dibuka sebelum tahun 2019.

Tokyo dan Wina masing-masing turun ke peringkat 2 dan 3. Meski turun peringkat, Tokyo, yang sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2020, meraih nilai tinggi untuk "makanan, ritel, transportasi dan efisiensi secara umum" dan "untuk menunjukkan bahwa kota-kota besar tidak harus keras dan tidak manusiawi."

Meskipun begitu, tinjauan Monocle tetap menyebut Berlin sebagai "salah satu kota paling menarik di dunia", penuh kreativitas, tidak hanya dalam seni dan budaya tetapi juga dalam kewirausahaan.

Di peringkat 7 ada Madrid, yang naik tiga peringkat dari tahun lalu dan di posisi 8 Hamburg.

Hamburg: Efek Elbphilharmonie

Hamburg telah mengalami pertumbuhan pesat di bidang pariwisata, disebabkan sebagian oleh gedung konser yang baru saja dibuka - Elbphilharmonie, pada tahun 2017. Kota di pinggiran sungai Elbe itu sekarang melampaui Berlin dalam jumlah turis yang menginap satu malam.

Kota ini sekarang melarang kendaraan bertenaga diesel dan melakukan sejumlah proyek pembangunan kembali.

Melbourne dan Helsinki menutup daftar 10 besar kota layak huni tahun 2018 dengan berada masing-masing di posisi 9 dan 10.

Di benua Amerika, Vancouver menjadi satu-satunya kota yang masuk daftar (di posisi 15) sebagian besar berkat keindahan alamnya.

Kota Jerman lain, Dusseldorf - yang dihuni sekitar 600.000 orang - berada di posisi 18. Biaya hidup yang relatif rendah, panggung seni yang hidup dan sektor telekomunikasi yang berkembang memberi daya tarik bagi kota ini.

Meskipun ukurannya kecil, Dusseldorf adalah rumah bagi bandara ketiga tersibuk di Jerman, setelah Frankfurt dan München. Kota ini juga sedang melakukan perbaikan senilai 80 juta euro untuk sistem transportasi umumnya.

Namun, kota itu dikritik karena tidak ramah terhadap bisnis dan turis.

Sejauh ini Indonesia belum masuk dalam daftar tersebut.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.