Sukses

Terkuak, Putri Bos Nazi Heinrich Himmler Pernah Jadi Mata-Mata Jerman

Gudrun Burwitz, putri pejabat Nazi, Heinrich Himmler ternyata pernah direkrut badan intelijen Jerman Barat (BND) pada tahun 1960-an.

Liputan6.com, Berlin - Gudrun Burwitz, putri pejabat Nazi, Heinrich Himmler ternyata pernah direkrut badan intelijen Jerman Barat (BND) pada tahun 1960-an.

Informasi soal itu kali pertama dilaporkan media Jerman, Bild menyusul kematiannya pada usia 88 tahun.

Ayahnya, Heinrich Himmler adalah salah satu pejabat di lingkaran dalam Adolf Hitler sekaligus menjadi arsitek Holocaust, yang memutuskan bunuh diri dalam tahanan pada 1945.

Seperti dikutip BBC News, Sabtu (30/6/2018), Gudrun Burwitz diketahui tak pernah mengingkari ideologi Nazi dan membela reputasi ayahnya.

Ia masih remaja saat perang usai dan dibebaskan pada 1946, setelah memberi kesaksian di Pengadilan Nuremberg.

Pada Jumat 29 Juni 2018, media Jerman, Bild melaporkan keterlibatannya dengan BND pasca-perang menyusul kematian Burwitz di Munich bulan lalu.

Keterangan kepala departemen sejarah BND menguatkan laporan Bild tentang kegiatan Burwitz di Jerman Barat -- yang bersatu kembali Jerman Timur yang berhaluan komunis pada 1990 untuk membentuk negara Jerman seperti saat ini.

"BND mengonfirmasi bahwa Burwitz adalah anggotanya selama beberapa tahun hingga 1963, dengan menggunakan nama samaran," kata Bodo Hechelhammer.

Gudrun Burwitz bekerja sebagai sekretaris di markas BND di Pullach, dekat Munich, dari tahun 1961 hingga 1963.

Pada saat itu organisasi tersebut berada di bawah kendali Reinhard Gehlen, mantan komandan intelijen militer Nazi yang meninggalkan BND pada tahun 1968.

Hechelhammer mengatakan, BND tak biasa mendiskusikan tentang karyawannya, baik yang masih bekerja atau yang sudah mantan. Namun perkecualian diberikan kali ini, dengan alasan Burwitz telah meninggal dunia.

Sejumlah lembaga di Jerman seperti BND telah bergulat soal bagaimana menangani keterkaitannya dengan Nazi pasca-perang.

Gudrun Burwitz diketahui menonjol dalam politik sayap kanan sepanjang hidupnya. Dia dilaporkan menjadi anggota terkemuka Stille Hilfe (Silent Help), sebuah kelompok rahasia yang diketahui memberikan dukungan hukum dan keuangan kepada mantan anggota SS Nazi.

Dia juga kerap menghadiri acara dan demonstrasi yang digelar kaum neo-Nazi lainnya sebelum kematiannya.

 

Saksikan video menarik soal Nazi berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Orang Kedua Setelah Adolf Hitler

Ayah Gudrun Burwitz, Heinrich Luitpold Himmler yang lahir pada 7 Oktober 1900 adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di Nazi Jerman. Ia orang kedua, setelah Adolf Hitler. Bahkan diyakini sebagai calon penerus sang fuhrer.

Ia akan dikenang sepanjang massa sebagai komandan pasukan elite Schutzstaffel (SS) yang menakutkan, pengendali satuan polisi rahasia (Gestapo) yang kekejamannya tak ada duanya, dan arsitek pembunuhan massal yang memerintahkan pengiriman jutaan pria, perempuan, dan anak-anak ke kamar gas dan kamp kematian.

Himmler adalah pendiri dan penguasa kamp konsentrasi Nazi, sekaligus penanggung jawab pasukan elite Waffen SS yang selalu berada di garis depan pertempuran-pertempuran besar.

Pada Agustus 1943 Himmler diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri, memberinya yuridiksi atas pengadilan dan dinas sipil. Kekuasaannya tak tertandingi.

Menyusul takluknya Jerman, disusul kabar bunuh diri Adolf Hitler, Himmler mencoba melarikan diri dengan identitas palsu. Namun gagal, buronan paling dicari di dunia kala itu ditangkap di dekat Bremervorde.

Pada 23 Mei 1945, saat diinterogasi pasukan Inggris. Himmler menenggak racun sianida. Jasadnya dibiarkan terbaring di lantai markas British 2nd Army. Ditutupi selimut abu-abu. Dokter mengambil semua sidik jarinya, mengukur tubuhnya yang kaku, mencatat setiap tahi lalat atau penanda lain. Wajahnya yang memutih diabadikan dalam sebuah topeng gips.

Dia kemudian dikuburkan di sebuah kuburan tak bertanda di dekat Luneburg. Sengaja dirahasiakan agar tak dijadikan 'tempat suci' kaum neo-Nazi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.