Sukses

Ilmuwan China Berambisi Ubah Gurun di Dubai Jadi Sawah

Setelah sukses mengembangkan pertanian air asin, ilmuwan China berambisi mengubah gurun di Dubai menjadi sawah.

Liputan6.com, Beijing - Sebuah tim ilmuwan, yang dipimpin "bapak padi hibrida" China Yuan Longping, berhasil menanam padi di lahan dengan pengairan air garam. Kini, dia berniat membawa teknik tersebut ke Dubai, di mana air tawar terlalu berharga untuk digunakan.

Dikutip dari South China Morning Post, Minggu (10/6/2018), panen beras minggu lalu, yang telah ditanam di lahan air asin pada Januari di pinggiran kota Qingdao, jauh melebihi harapan para ilmuwan.

Hasil tinggi yang dilaporkan kantor berita Xinhua, menyebut produksi padi air asin di China mencapai 7.500 kilogram per hektare (ha).

Hal itu jauh di atas rata-rata produksi padi global, yakni 3.000 kilogram per hektare, sehingga membuat ilmuwan terkait yakin kesuksesannya bisa diterapkan di banyak wilayah lain di seantero jagat.

Mereka berencana untuk membangun lahan percobaan seluas 100 ha di Dubai, dan mulai memanfaatkannya secara reguler di tahun berikutnya, hingga kemudian dikembangkan secara terbuka pada 2020.

Tujuan proyek itu adalah untuk menghasilkan sekitar 10 persen lahan pertanian baru di Uni Emirat Arab, yang akan memiliki total luas 83.600 kilometer persegi.

Namun, rincian tentang bagaimana proyek tersebut akan dicapai, masih belum bisa diungkapkan.

Laporan kantor berita Xinhua menambahkan bahwa proyek ambisius itu merupakan hasil kolaborasi antara pusat penelitian pertanian air asin, yang berbasis di pelabuhan timur Qingdao, China, dengan kantor swasta Sheikh Saeed bin Ahmed Al Maktoum, yang merupakan anggota miliarder keluarga penguasa Dubai.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengurangi Risiko Kekurangan Pangan

Sementara itu, kedua belah pihak juga telah menandatangani perjanjian untuk mempromosikan beras air laut di kawasan Timur Tengah, guna mengurangi risiko kekurangan pangan di masa depan.

Di waktu bersamaan, para ilmuwan di beberapa negara di dunia menghadapi masalah kekurangan air serius, seperti misalnya Israel dan Australia.

Meski telah dikembangkan teknik desalinasi yang mengubah air laut menjadi tawar untuk pertanian, belum ada tindakan seprogresif China dalam mengembangkan galur beras tahan-garam selama empat dekade terakhir.

Musim gugur lalu, beras air asin pertama berhasil dipanen di kawasan pantai di dekat kota Qingdao, dan kini didistribusikan di banyak jaringan retail di kawasan Pantai Timur China. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.