Sukses

Muhammad Ali Tak Butuh Pengampunan dari Donald Trump

Donald Trump mengaku sedang mempertimbangkan untuk memberi pengampunan pada Muhammad Ali, atas penolakannya terhadap Perang Vietnam.

Liputan6.com, Washington DC - Donald Trump memenuhi permintaan bintang reality show Kim Kardashian untuk mengampuni Alice Marie Johson, perempuan 63 tahun yang divonis pidana seumur hidup dalam kasus narkoba.

Setelah itu, Presiden Amerika Serikat itu mengaku sedang mempertimbangkan untuk memberi pengampunan pada Muhammad Ali, sang petinju legendaris.

Hal tersebut disampaikan sang miliarder nyentrik di Gedung Putih sebelum bertolak menuju Quebec, Kanada untuk menghadiri KTT G7.

Donald Trump mengatakan, nama Muhammad Ali termasuk dalam daftar 3.000 orang yang sedang dipertimbangkannya untuk diberi pengampunan. Alasannya, "karena mereka telah diperlakukan dengan tidak adil," kata Trump seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (9/6/2018).

"Saya memikirkan Muhammad Ali. Saya memikirkan soal itu dengan sangat serius, juga hal-hal lainnya," kata Trump. 

Muhammad Ali dinyatakan terbukti bersalah pada 1967, saat petinju bernama asli Cassius Clay itu menolak ikut wajib militer dalam Perang Vietnam.

Kala itu, Ali mendasarkan penolakannya pada keyakinan agama, dan penentangannya pada keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Ali kemudian ditangkap dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan federal tahun 1967 karena melanggar peraturan wajib militer.

Gelar-gelar kejuaraan tinjunya dicabut dan ia diwajibkan membayar denda 10 ribu dolar. Ali juga divonis hukuman penjara lima tahun, tapi tidak ditahan sambil menunggu hasil permohonan bandingnya.

Selama empat tahun berikutnya ia tidak bisa ikut bertanding dalam dunia tinju, dan Ali menjadi aktivis sosial, berbicara menentang perang Vietnam dan mendukung persamaan hak.

Tahun 1971 Mahkamah Agung AS membatalkan putusan pengadilan dan menerima argumen Ali bahwa ia harus dibebaskan dari wajib militer atas alasan keagamaan.

Pada tahun 1977, pada hari pertamanya sebagai presiden, Jimmy Carter mengeluarkan perintah pengampunan umum bagi ratusan ribu warga Amerika yang tidak mau ikut perang.

Seandainya Mahkamah Agung tidak membatalkan hukuman Ali tahun 1971 itu, kata para pakar, Muhammad Ali pastilah akan termasuk di antara orang-orang yang diampuni oleh Presiden Carter.

Tak ayal, pihak kuasa hukum Muhammad Ali pun langsung bersuara. "Kami menghargai sentimen Presiden Trump, namun pengampunan tersebut sama sekali tak diperlukan," kata pengacara Ron Tweel dalam pernyataannya.

Putusan Mahkamah Agung pada 1971 menjadi dasar penolakan pihak Muhammad Ali. "Tak ada dasar yang menyakinkan mengapa pengampunan diperlukan," kata pengacara, mengomentari Donald Trump.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kesan Muhammad Ali soal Donald Trump

Muhammad Ali adalah penentang utama Perang Vietnam. Menurut dia, terjun ke pertempuran yang tak ia yakini bertentangan dengan Islam, rakyat AS, juga dirinya sendiri.

Komentar Trump soal Muhammad Ali dilakukan setelah ia mengampuni komentator politik konservatif Dinesh D'Souza dan Alice Johnson -- atas lobi Kim Kardashian West.

Donald Trump juga mengampuni Martha Stewart dan mantan gubernur Illinois Rod Blagojevich.

Suami Melania Trump tersebut baru-baru ini juga menyebut, ia punya 'hak mutlak' untuk mengampuni dirinya sendiri terkait penyelidikan campur tangan Rusia dalam Pemilu AS 2016 -- meski dia selalu berdalih tak melakukan kesalahan apapun.

Kembali ke Muhammad Ali, Donald Trump berkali-kali menyatakan kekagumannya terhadap tokoh legendaris tersebut.

Ia mengunggah foto pertemuannya dengan Ali di Instagram. Donald Trump juga menyampaikan ucapan duka saat sang petinju meninggal dunia.

Sementara, Muhammad Ali terang-terangan menentang rencana Trump, saat itu masih jadi capres AS, yang akan melarang muslim masuk AS.

Saya seorang muslim. Adalah bukan tindakan yang islami membunuh orang-orang tak berdosa di Paris, San Bernardino, atau siapa pun di dunia," kata Ali seperti dikutip dari ABC News, Kamis 10 Desember 2015.

"Saya yakin, para pemimpin politik seharusnya menggunakan posisi mereka untuk mendorong pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan para pembunuh (teroris) itu telah menyesatkan persepsi tentang Islam. Bukannya mengeluarkan pernyataan menyinggung SARA seperti yang dilontarkan Trump." katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.