Sukses

15 Orang Tewas Akibat Wabah Kolera di Tanzania

Sekitar 397 orang lainnya harus menjalani perawatan medis akibat terjangkit wabah kolera di Tanzania.

Liputan6.com, Sumbawanga - Sedikitnya 15 orang meninggal dunia dan sekitar 397 lainnya dirawat di rumah sakit dalam tiga pekan belakangan, setelah wabah kolera menyebar di Sumbawanga, Tanzania Barat. Demikin kata seorang pejabat pada Selasa 5 Juni 2018.

Menurut petugas medis setempat, wabah tersebut terjadi akibat warga meminum air yang tidak aman selama musim panen padi.

Fani Mussa, Otoritas Medis Sumbawanga, mengatakan bahwa para ahli kesehatan terus meningkatkan upaya guna memerangi penyakit yang menular melalui air tersebut yang bisa mengakibatkan diare akut.

Ia menyerukan upaya terpadu dari semua pemegang saham dalam menanggulangi penyakit itu, yang muncul pada pertengahan Mei.

"Para pejabat medis melakukan apa saja yang dapat mereka kerjakan untuk menangani penyakit tersebut termasuk melakukan pendidikan dan meningkatkan kesadaran anggota masyarakat," kata Mussa di dalam satu wawancara, seperti dikutip dari Antara, Rabu (6/6/2018).

Namun, Mussa mengkritik reaksi buruk masyarakat mengenai langkah-langkah menjaga kebersihan dan mekanisme preventif lain. Hal itu menyulitkan pemerintah untuk mengendalikan wabah kolera tersebut.

Pada November tahun lalu, wabah lain kolera di wilayah itu merenggut tujuh nyawa. Wabah tersebut dapat dikendalikan pada Maret tahun ini.

Pada 2015, wabah besar kolera yang melanda negara Afrika Timur itu merenggut sebanyak 166 nyawa.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Korban Wabah Kolera di Yaman Mencapai 1 Juta Orang

Wabah kolera sempat menjadi polemik serius di Yaman pada akhir tahun lalu.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae itu telah menginfeksi 1 juta penduduk di Yaman. Komite Palang Merah International (ICRC) mengatakan, angka itu terhitung pada tanggal 22 Desember 2017.

Angka itu merupakan sebuah rekor dunia dan paling buruk dalam sejarah epidemi penyakit tersebut.

Sementara itu, terhitung sejak Oktober 2016, kolera telah merenggut sekitar 2.200 nyawa manusia di Yaman.

Kekurangan air bersih, pasokan makanan dan bahan bakar membuat otoritas kesehatan serta organisasi kemanusiaan tak berdaya untuk menghentikan wabah.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) juga mengatakan, lebih dari 80 persen warga Yaman terdampak atas kekurangan pasokan tersebut.

Minimnya pasokan juga semakin diperparah usai blokade laut dan udara yang dipimpin oleh koalisi Arab Saudi (sebagai bagian dari intervensi Riyadh dalam Perang Saudara Yaman secara keseluruhan) sejak November 2017.

Blokade itu menghambat kiriman suplai bantuan kemanusiaan untuk Yaman.

Mengomentari kondisi nahas tersebut, Shane Stevenson, direktur organisasi kemanusiaan Oxfam di Yaman mengatakan sangat terkejut dengan rekor baru mengerikan negara ber-ibu kota Sana'a itu.

"Sungguh memalukan bahwa di Abad ke-21, Kolera yang sejatinya penyakit kuno dan mudah diobati, dapat menginfeksi lebih dari satu juta orang di satu negara," kata Stevenson.

"Ini adalah wabah terburuk yang tercatat di dunia, sebuah tragedi buatan manusia yang didorong oleh lebih dari 1.000 hari perang, tanpa henti dan ampun," lanjutnya mengomentari Perang Saudara Yaman yang tak kunjung usai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.