Sukses

5-6-1806: Lahirnya Kerajaan Belanda, 'Negara Boneka' Napoleon Bonaparte

Pada 5 Juni 1806, Republik Batavia tamat. Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte kemudian mendirikan Kingdom of Holland (Koninkrijk Holland) dan menunjuk adiknya sebagai raja.

Liputan6.com, Amsterdam - Koninklijk Paleis atau Istana Kerajaan Belanda berdiri tegak di sisi barat Alun-Alun Dam di pusat Amsterdam, yang ramai dikunjungi warga dan wisatawan.

Kini, istana tersebut digunakan sebagai lokasi Willem Alexander menyambut tamu kenegaraan. Orang-orang berdatangan ke sana untuk berwisata, mengujungi museum di dalamnya, atau membelanjakan uang di salah satu toko yang berjejer di Dam Square.

Bangunan megah itu menjadi saksi bisu Zaman Keemasan (Golden Age) pada Abad ke-17, ketika armada VOC merajai dunia, membawa pundi-pundi harta dari tanah jajahan ke Negeri Walanda. Patung Atlas yang menopang Bumi di pundaknya menggambar posisi Amsterdam yang sentral dalam perdagangan dan perekonomian pada masa lalu.

Koninklijk Paleis atau Istana Kerajaan Belanda berdiri tegak di sisi barat Alun-Alun Dam di pusat Amsterdam (Liputan6/Elin Yunita)

Gedung bekas balai kota di era Republik Batavia (Bataafse Republiek) tersebut juga menjadi simbol berdirinya Kerajaan Belanda yang awalnya tak lebih dari 'negara boneka' bikinan Prancis.

Kala itu, 5 Juni 1806, Republik Batavia tamat. Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte kemudian mendirikan Kingdom of Holland (Koninkrijk Holland) dan menunjuk adiknya sebagai raja.

"Raja pertama Belanda berasal dari Prancis, Louis Napoleon Bonaparte, adik Napoleon Bonaparte," kata Jeroen, pengemudi kapal Booking.com kepada para jurnalis asal Indonesia, seraya menjalankan perahunya melalui kanal Amsterdam. 

Sejarah mencatat, setelah diangkat jadi raja, Louis Napoleon kemudian datang ke Amsterdam. Pernyatannya dalam Bahasa Belanda, yang tak terlalu dikuasainya, jadi legenda sepanjang masa.

"Iek ben Konijn van Olland (Saya Kelinci Belanda)," kata dia seperti dikutip situs resmi Rijksmuseum, Senin (4/6/2018).

Louis Bonaparte sebenarnya berniat mengatakan, "Saya Raja Belanda (Koning van Holland)".

Meski kedengarannya lucu, namun, salah ucapnya itu membuktikan upaya Louis mempelajari bahasa rakyat yang dia pimpin. Ia juga lebih suka menyebut dirinya Lodewijk I, bukan Louis I.

Belakangan terbukti, ia adalah raja yang baik. Louis menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan sangat serius untuk rakyat Belanda.

Tak Mau Jadi Raja Boneka

Kaisar Napoleon Bonaparte memberinya sedikit kebebasan selama masa pemerintahannya. Namun, Louis tak mau jadi sekadar boneka.

Menentang kakak kandungnya sendiri, ia membela kepentingan perdagangan Belanda dan memotong pengeluaran militer, baik angkatan darat maupun laut. Louis menyebut dirinya sebagai orang Belanda, bukan Prancis.

Sejumlah menteri dan pejabat penting yang 'diimpor' dari Prancis diperintahkan untuk mengganti kewarganegaraannya dan wajib ngomong Belanda.

Louis Bonaparte juga dicintai rakyatnya karena sikap welas asih yang ia tunjukkan saat mengunjungi Leiden pada 1807. Kala itu, sebuah kapal kargo yang memuat bubuk mesiu seberat 18.230 kilogram meledak. Sebanyak 154 orang tewas, 2.000 lainnya terluka. Pusat kota pun rusak parah.

Dan, pada 1809, ia secara pribadi mengawasi upaya pemulihan wilayah Betuwe yang menderita akibat banjir parah. Karena itulah rakyat menjulukinya sebagai 'Lodewijk de Goede' -- Raja Lodewijk yang Baik.

Sang raja yang bersimpati pada kebudayaan Belanda, mendirikan Royal Netherlands Academy of Science, Royal Library, dan Rijksmuseum.

Louis Bonaparte kemudian mengubah balai kota menjadi istana yang bergaya. Dalam beberapa bulan, hamparan karpet tebal menutupi lantai, pelapis dinding warna-warni pun dipasang.

Koninklijk Paleis atau Istana Kerajaan Belanda berdiri tegak di sisi barat Alun-Alun Dam di pusat Amsterdam (Liputan6/Elin Yunita)

Ruang bawah tanah pun disulap menjadi gudang anggur, ratusan furniture dipesan khusus. Balkon pun dibangun agar raja bisa menampakkan diri di depan rakyatnya.

Namun, kekuasaan Louis Bonaparte tak berlangsung lama. Hanya sekitar dua tahun.

Ada dua faktor yang mengakhiri kekuasaan Louis Bonaparte. Pertama, Napoleon ingin mengurangi nilai pinjaman Prancis dari investor Belanda sebesar dua pertiga, yang menjadi pukulan telak bagi perekonomian Belanda.

Kedua, saat Napoleon mempersiapkan pasukan untuk invasi ke Rusia, dia meminta pasukan dari negara-negara sekutunya, termasuk Belanda. Namun, Louis menolak mentah-mentah permintaan saudaranya.

Napoleon menuduh adiknya mengutamakan Belanda daripada Prancis. Sang kaisar pun kemudian menarik pasukan Prancis dari Belanda, sehingga hanya menyisakan 9 ribu serdadu.

Sial bagi Louis, pada 1809, Inggris mengerahkan 40 ribu tentaranya dalam upaya menduduki Antwerp dan Flushing. Ia pun tak berdaya.

Prancis kemudian mengirimkan 80 ribu milisi yang dipimpin Jean-Baptiste Bernado -- yang kelak jadi raja Swedia untuk menggagalkan invasi.

Invasi Inggris berhasil dibendung. Napoleon kemudian memerintahkan adiknya turun takhta, dengan dalih, Louis tak bisa melindungi Belanda.

"Raja Louis Bonaparte menjauh dari saudaranya. Ia melakukan terlalu banyak hal untuk Belanda dan terlalu sedikit untuk Kerajaan Prancis. Meski ia hanya tinggal sebentar di Istana Kerajaan Amsterdam, kehadirannya masih bisa dirasakan," demikian dikutip dalam situs paleisamsterdam.nl.

Pada 1810, Napoleon Bonaparte kembali menganeksasi Belanda ke bawah kekuasaan Kekaisaran Prancis. Louis kemudian melarikan diri ke Austria. Ia tinggal di sana hingga akhir hayatnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Orang Amerika Makan Pisang Pakai Pisau dan Garpu

Tak seperti kerajaan di Eropa lainnya, monarki Belanda baru berusia sekitar 200 tahun. Masih terhitung 'belia'.

Pada 1813, kekuasaan Napolepon Bonaparte atas Belanda berakhir. Willlem, yang kala itu berada di London, dipanggil pulang.

Pria yang berasal dari Dinasti Oranje-Nassau kemudian mendeklarasikan diri sebagai pangeran berdaulat di negara itu. Dua tahun kemudian dinobatkan sebagai Willem I.

Setelah Willem I melengserkan diri, ia digantikan Willem II yang bertakhta pada 1792 hingga 1849.

Seperti dikutip dari DutchNews.nl, ada empat raja yang berkuasa di kerajaan Belanda. Yang terakhir, King Willem-Alexander yang baru dinobatkan pada 2017.

Kerajaan Belanda juga tiga kali dipimpin tiga ratu yakni, Wilhelmina, Juliana, dan Beatrix. 

Catharina Amalia, putri Raja Willem-Alexander yang lahir pada 7 Desember 2003 ditetapkan sebagai pewaris takhta. Ia adalah calon ratu Belanda masa depan.

Selain tamatnya Republik Batavia, sejumlah kejadian menarik juga terjadi pada tanggal 5 Juni.

Pada 1876, pisang kali pertama diperkenalkan di Amerika Serikat. Kala itu, ajang pameran global Philadelphia Centennial Exposition untuk kali pertamanya digelar, untuk memperingati 100 tahun Deklarasi Kemerdekaan Negeri Paman Sam.

Pisang-pisang dijual per biji, dibungkus dengan kertas. Namun, warga AS kala itu tak langsung memakannya setelah mengupas kulit buah itu.

Mereka menaruh pisang di piring dan menyantapkan menggunakan pisau dan garpu.

Sementara, pada 1967, Perang Enam Hari pecah antara Israel dan bangsa Arab, khususnya Mesir. Dan, pada 5 Juni 1968, Senator Robert Kennedy ditembak di Hotel Ambassador, Los Angeles.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.