Sukses

Jurnalis Rusia yang Dikabarkan Tewas Ditembak, Ternyata Masih Hidup

Awalnya, pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka menduga wartawan Rusia itu dibunuh karena pekerjaannya.

Liputan6.com, Kiev - Wartawan Rusia Arkady Babchenko hari Rabu, 30 Mei, muncul di sebuah konferensi pers di ibu kota Ukraina kurang dari 24 jam setelah polisi melaporkan ia ditembak dan tewas di gedung apartemennya di Kiev.

Badan keamanan negara itu mengatakan kematian Babchenko dipalsukan untuk menggagalkan rencana pembunuhan terhadap Babchenko. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (31/5/2018).

Sebelumnya, polisi Ukraina hari Selasa mengatakan bahwa Babchenko, seorang pengecam keras Kremlin ditembak beberapa kali di bagian belakang tubuhnya pada hari Selasa dan ditemukan berlumuran darah oleh istrinya.

Pihak berwenang mengatakan mereka menduga Babchenko dibunuh karena pekerjaannya.

Vasyl Gritsak, kepala Dinas Keamanan Ukraina, hari Rabu mengumumkan pada konferensi pers, badan keamanan dan polisi telah menyelesaikan kasus pembunuhan Babchenko. Ia kemudian mengejutkan semua yang hadir dengan mengundang wartawan berusia 41 tahun ke dalam ruangan konferensi pers itu.

Diiringi tepuk tangan dan keterkejutan para wartawan, Babchenko kemudian berbicara dan meminta maaf kepada teman-teman dan keluarga yang berkabung dan tidak mengetahui rencana itu.

"Saya masih hidup," katanya.

Sebelum mengundang Babchenko masuk ke ruangan itu, Gritsak mengatakan para penyelidik telah mengidentifikasi seorang warga negara Ukraina yang direkrut dan dibayar 40.000 dolar oleh dinas keamanan Rusia untuk mengatur dan melaksanakan pembunuhan itu.

Pria Ukraina yang tidak diketahui itu kemudian menyewa seorang kawannya yang bertempur dalam perang separatis di Ukraina timur untuk melakukan pembunuhan dimaksud.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ukraina dan Rusia Sempat Saling Tuding

Pejabat Ukraina dan Rusia saling tunjuk jari atas kematian Babchenko. Anton Gerashchenko, seorang anggota parlemen Ukraina yang juga penasihat menteri dalam negeri menulis di Facebook bahwa penyelidik akan berusaha menggali upaya "agen mata-mata Rusia untuk menyingkirkan mereka yang mencoba menyampaikan kebenaran tentang apa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina".

"Ukraina menjadi negara paling berbahaya bagi para wartawan," ungkap anggota parlemen Rusia Yevgeny Revenko dalam pernyataan yang disampaikan oleh kantor berita RIA Novisti. Ia menambahkan, "Pemerintah Ukraina tidak dapat menjamin kebebasan dasar".

Babchenko bertugas sebagai prajurit dalam Perang Chechnya I dan Perang Chechnya II, sebelum akhirnya ia menuangkan pengalamannya dalam sebuah memoar terkenal, One Soldier's War. Babchenko melayani sebagai koresponden perang selama lebih dari satu dekade, ia menulis tentang perang di Georgia dan Ukraina tenggara.

Pria berusia 41 tahun itu melarikan diri dari Rusia pada 2017 setelah mengunggah opini berlawanan di Facebook terkait dengan insiden kematian kelompok paduan suara militer dan sejumlah penumpang lainnya dalam kecelakaan pesawat Rusia. Burung besi itu jatuh dalam perjalanan ke Suriah.

Sejak saat itu, Babchenko menerima ancaman bahkan alamat rumahnya dipublikasikan. Beberapa orang menyerukan agar kewarganegaraan Rusia-nya dicabut.

Babchenko pada awalnya pindah ke Republik Ceko, kemudian ia pergi ke Israel, sebelum akhirnya menetap di Kiev di mana ia bekerja untuk ATR. "Semua elemen mesin propaganda terlibat," tulisnya di The Guadian tahun lalu, menyebut pengalaman (teror) itu "sangat pribadi, begitu menakutkan, sehingga saya terpaksa melarikan diri".

Sebelum Babchenko, sejumlah kritikus Rusia juga tewas di Kiev dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai seorang jurnalis, Babchenko dinilai mempertaruhkan posisinya sebagai penentang perang. Memoarnya adalah kebalikan dari kejayaan, menggambarkan kehidupan sehari-hari seorang prajurit yang berbahaya di garis depan konflik Chechnya. Ketika ditanya apa yang ingin ia sampaikan dalam memoarnya, ia mengatakan, "Saya ada. Saya terlibat dalam perang ini. Dan inilah yang saya lihat".

Di hari di mana ia dikabarkan tewas, Babchenko menulis tentang sebuah insiden di mana seorang jenderal Ukraina menolak memberikannya izin untuk bepergian dengan helikopter selama awal perang pada 2014. Helikopter tersebut kemudian ditembak jatuh. "Empat belas orang tewas. Saya beruntung. Itu menjadi hari lahir kedua saya".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.