Sukses

Tidur di Akhir Pekan Bikin Panjang Umur, Ini Buktinya ...

Tidur di akhir pekan bisa dikatakan serupa dengan memenuhi kekurangan tabungan istirahat. Coba saja dan rasakan hasilnya.

Liputan6.com, Stockholm - Para ilmuwan telah lama meyakini ada hubungan yang saling terkait antara lama waktu tidur dan angka harapan hidup manusia.

Ketika seseorang kurang tidur, maka ia akan berisiko mengalami penurunan fungsi jantung dan organ tubuh penting lainnya, di mana dapat memicu munculnya rasa cemas dan tertekan.

Meski begitu, terlalu lama tidur pun berisiko sama buruknya bagi kesehatan manusia, karena cederung melemahkan daya fokus dan fungsi motorik.

Dikutip dari CNN pada Jumat (25/5/2018), muncul sebuah hasil penelitian baru yang kian menguatkan hipotesa di atas, namun sekaligus mampu berikan kesesuaian pada rutinitas masyarakat modern yang sibuk.

"Ini merupakan penelitian yang sangat berguna, meski kerap terlewatkan untuk ditelisik secara lebih seksama," ujar Torbjörn Åkerstedt, rekan penulis dari sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Sleep Research.

Åkerstedt mengaku "cukup terkejut" oleh apa yang ditemukan oleh para peneliti, ketika mereka memutuskan fokus studi pada dampak positif dari aktivitas tidur di akhir pekan.

"Rupanya, tidur pada akhir pekan dapat mendukung seseorang meraih angka harapan hidup yang lebih tinggi," kata Åkerstedt, yang juga merupakan seorang profesor pada Stress Research Institute di Stockholm University.

Studi ini mengamati 43.880 orang di Swedia, di mana peneliti menanyakan secara rutin tentang kebiasaan tidur selama 13 tahun.

Ditemukan bahwa orang yang secara teratur tidur sekitar lima jam, termasuk pada akhir pekan, memiliki risiko kematian dini yang lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang membiasakan beristirajat selama rata-rata tujuh jam setiap harinya.

Dijelaskan pula bahwa orang yang sering memiliki durasi tidur lebih dari tujuh jam, berisiko mengalami risiko kematian dini yang hampir sama besarnya dengan mereka yang kekurangan waktu tidur.

Menariknya, ketika kelompok yang kekurangan waktu tidur di hari kerja, memutuskan untuk istirahat cukup di akhir pekan, maka risiko kematian dini padanya akan berkurang cukup drastis sekitar 30 persen.

Sayangnya, fakta tersebut tidak berlaku pada kelompok lansia, atau mereka yang berada di atas usia 65 tahun.

Åkerstedt mencatat bahwa tidur selama tujuh jam bukanlah aturan yang baku, karena beberapa orang mungkin membutuhkan lebih banyak, dan yang lainnya bisa saja kurang.

"Jika Anda bisa lancar beraktivitas tanpa halangan, maka bisa jadi durasi tidur yang Anda jalani telah berada di tingkat setara dengan apa yang diinginkan oleh tubuh," jelas Åkerstedt.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masih Memiliki Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan, karena peserta diminta untuk mengingat pola tidur mereka dibandingkan mengamati bagaimana mereka beristriahat.

Tetapi, Åkerstedt memiliki gagasan tentang apa yang mungkin mendorong perbedaan dalam risiko kematian ini.

Ia berpikir bahwa orang-orang yang tidur dalam waktu singkat, dan mengubah kebiasaan mereka di akhir pekan, serupa dengan pemenuhan "tabungan tidur" selama seminggu.

Åkerstedt telah melakukan banyak studi tentag kebiasaan tidur, tetapi tentang peluang manfaat pada tidur akhir pekan kerap luput dari perhatian.

Menurutnya, banyak orang mungkin mengalami kurang tidur selama menjalani hari kerja, dan oleh karenanya mereka memiliki alasan untuk tidur lebih panjang di akhir pekan (dan juga hari libur).

"Saya pikir orang-orang menyukai gagasan bahwa Anda dapat mengimbangi tidur yang hilang," kata Åkerstedt. "Mungkin hal tersebut memberi mereka harapan bahwa kebiasaan ini, dalam beberapa hal, baik untuk kesehatan tubuh dan pikiran."

Ditambahkan oleh Michael Grandner, seorang ahli kesehatan umum, tidur adalah sesuatu yang perlu diisi secara teratur, jika seseorang tidak ingin mengalami gangguan kesehatan.

"Ini adalah bagian mendasar dari sistem biologi kita sebagai manusia," kata Grandner, yang juga merupakan direktur Program Penelitian Tidur dan Kesehatan pada Departemen Psikiatri di University Arizona College of Medicine, AS.

"Apa yang terjadi adalah, jika Anda cukup istirahat, dorongan untuk tertidur akan rendah di pagi hari, sehingga tidak mengganggu kelancaran dalam beraktivitas sehari-hari,” lanjut  Grandner.

"Jika Anda tidak tidur, atau tidak cukup tidur, maka Anda akan bangun dengan perasaan tertekan, yang memicu munculnya keengganan untuk menjalani aktivitas harian."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.